Wednesday, December 30, 2009

Cara Mempertahankan Kesucian Hidup

Orang yang BERUSAHA hidup suci/kudus dengan kekuatan manusianya sendiri suatu waktu pasti akan mengalami kegagalan.

Tetapi orang yang berhasil mempertahankan hidupnya tetap suci/kudus adalah orang yang hati/pikirannya ‘MELEKAT’ dengan Tuhan, dengan firman-Nya sepanjang hari sepanjang waktu bahkan setiap menit dan detik.


(Analogi: orang yang tubuhnya kotor hanya perlu merendam dirinya di dalam air, bahkan tanpa berusaha keras untuk membersihkannya)


(Maz 1:1-3, Maz 119:97-100, Yes 48:17-19)

Sunday, December 27, 2009

Sifat Dosa Menjalar seperti Penyakit Kanker

Tahukah anda bahwa yang namanya dosa / perbuatan 'daging' (Galatia 5:19-21) itu memiliki sifat menjalar seperti penyakit kanker yang mematikan?

Biasanya jika seseorang melakukan amarah yang tidak terkendali itu akan menjalar ke sifat-sifat lainnya seperti membenci, dendam, memusuhi, puncaknya adalah pembunuhan,... bahkan lebih luas lagi, satu perbuatan 'daging' ini dapat menjalar ke perbuatan 'daging' lainnya yang seolah-olah tidak ada hubungannya, misalnya hawa nafsu, kecemaran, perzinahan, percabulan, mabuk, dll.

Semua perbuatan 'daging' ini bila sudah menjalar dan matang di dalam kehidupan manusia maka akan mengakibatkan seseorang sangat mudah dikendalikan oleh iblis dan akhirnya mengalami kebinasaan di neraka.

Tetapi syukur kepada Allah, melalui pertobatan dan iman yang sungguh-sungguh kepada Yesus Kristus, maka sifat dosa / perbuatan 'daging' yang menjalar itu dapat dihentikan, karena di saat seseorang mengundang Yesus dengan sungguh-sungguh di dalam hatinya maka dari dalam kehidupannya akan timbul buah Roh, yakni bekerjanya sifat Kristus di dalam hidup seseorang.

Sifat Kristus yang pertama adalah Cinta Kasih.

Dan dari Kasih ini akan menjalar sukacita, damai sejahtera, kesabaran, murah hati, kebaikan, kesetiaan, lemah lembut, dan penguasaan diri. (Galatia 5:22,23)

Oleh karena itu, dengan bertobat sungguh-sungguh dan menerima Yesus Kristus di dalam hati kita maka itu artinya kita menerima kebenaran yang sejati, kebahagiaan yang sejati, dan hidup yang kekal.

Friday, December 18, 2009

O Holy Night - Mariah Carey

O holy night the stars are brightly shining
It is the night of our dear savior’s birth

Long lay the world in sin and error pining
Till he appeared and the soul felt it’s worth

A thrill of hope, the weary world rejoices
For yonder breaks a new glorious morn'

Fall on your knees


O hear the angels’ voices
O night divine
O night when christ was born
O night divine, o night, o night divine

A thrill of hope, the weary world rejoices
For yonder breaks a new and glorious morn'

Fall on your knees

O hear.. (hear the angels’ voices)
O night divine..yeah..
O night when christ was born
O night divine, o night, o night divine

(o night divine, o night divine, o night divine, o night divine, o night divine ...)

Sunday, December 13, 2009

Waspada Terhadap "Agama Babel"

"Agama Babel" adalah:
  • Ajaran yang berusaha merangkum semua ajaran agama/keyakinan, merangkul semua orang di bumi, dan otomatis menghilangkan kebenaran sejati di dalam Yesus Kristus.
  • Semua agama/keyakinan di luar ajaran Yesus Kristus.
  • Ajaran yang membawa manusia menyembah iblis.
  • Ajaran yang mengajarkan tentang "kebaikan", nampaknya benar, nampaknya penuh dengan kasih, tenggang rasa, kepedulian sosial yang tinggi, sehingga banyak Kristen murtad karena tidak dewasa rohani. Banyak Kristen tidak tahu bahwa ini adalah perangkap yang sangat halus dari strategi iblis.
  • Ajaran yang menyebabkan umat manusia kelak akan dipaksa untuk menyembah Antikristus, Penguasa Tunggal ekonomi global yang akan muncul.

Wednesday, December 2, 2009

Kemanakah Roh Orang Yang Mati Bunuh Diri?

Bunuh diri adalah "jalan pintas" ke neraka.

Bunuh diri adalah akibat dari kekecewaan yang berlebihan terhadap orang lain bahkan terhadap diri sendiri. Bunuh diri bisa juga terjadi karena suatu kondisi/keadaan, misalnya penyakit yang tak kunjung sembuh. Bunuh diri adalah hilangnya iman dan pengharapan kepada Allah karena terlalu berharap kepada manusia/keadaan tertentu.

Dengan melakukan bunuh diri berarti orang tersebut sudah mendahului kehendak Tuhan, dia tidak sadar bahwa Tuhan mempunyai rencana yang indah kepada setiap orang, yakni keselamatan sejati: hidup di dalam damai sejahtera, kekal, dan berkelimpahan di surga melalui iman kepada Yesus Kristus.

Jadi, setiap orang yang mati bunuh diri, roh/arwahnya akan menuju:
  1. Alam Maut (Hades) - Tempat siksaan yang sadis; tersiksa oleh api yang sangat panas, dingin yang sangat dingin, ulat-ulat yang tidak akan mati, siksaan dari setan-setan, dlsb. Orang yang bunuh diri, di alam maut mereka akan disuruh setan-setan untuk "bunuh diri" lagi dengan cara yang sama, tentunya tidak akan mati lagi tetapi sakitnya tetap terasa.
  2. Sesudah itu pada hari penghakiman terakhir, mereka akan ditempatkan ke dalam Neraka (Gehena) - Laut/Danau Api, dimana terdapat api dan belerang yang paling panas.

Tuesday, December 1, 2009

Mengapa Kita Bisa Berjalan di Jalan Emas?

Mengapa kita nanti diperbolehkan Allah untuk berjalan di jalan emas yang berada di surga ??? karena di mata-Nya ... kita adalah anak-anak Allah yang nilainya jauh lebih berharga bila dibandingkan dengan nilai emas murni itu.

Siapakah anak-anak Allah itu?
  1. Kita yang percaya kepada nama Yesus,
  2. yang dipimpin oleh Roh Kudus,
  3. yang menerima didikan dari Tuhan agar kita membuang semua sifat-sifat dosa kita .. menjadi benar dan kudus di hadapan Allah,
  4. Pewaris janji-janji/kekayaan Allah
(Wahyu 21:21, Yoh 1:12,13, Roma 8:14, Ibrani 12:5-11, Roma 8:17-21)

Penampilan Yesus Dalam 4 Kitab Injil

  1. Matius - menampilkan Yesus sebagai Raja (The Dignity of Jesus as a King)
  2. Markus - menampilkan Yesus sebagai Hamba (The Resurrection power of Jesus as a Servant)
  3. Lukas - menampilkan Yesus sebagai Anak Manusia (The Suffering of Jesus as a Son of Man)
  4. Yohanes - menampilkan Yesus sebagai Anak Allah (The Righteousness of Jesus as a Son of God)

Friday, November 27, 2009

Tokoh Paling Berpengaruh Di Dunia

Tokoh nomor satu atau yang paling berpengaruh sepanjang sejarah dunia adalah Yesus Kristus / Isa Almasih / Mesias / Yang Diurapi.

Mengapa??? karena:
  • Kasih dan pengorbanan-Nya telah menyelamatkan jutaan orang supaya bisa masuk ke surga melalui iman kepadaNya.
  • Kuasa-Nya telah melepaskan/membebaskan jutaan orang dari cengkraman kuasa iblis, dan telah menyembuhkan berbagai penyakit: penyakit rohani (suka berbuat dosa/terikat dengan dosa, sihir, kutukan), penyakit jiwa (stress, depresi, gila, idiot, gangguan mental), penyakit jasmani (kanker, tbc, virus HIV, ebola, flu burung, dll).
  • Ajaran Yesus telah menyebar ke seluruh dunia dan mempengaruhi pemikiran semua orang di dunia: tua, muda, kaya, miskin, pintar, bodoh, sehat, sakit, kuat, lemah, presiden, politikus, bisnismen, ilmuwan, filsuf, seniman/pujangga, pelajar, dll.
  • Ajaran Yesus telah banyak dipakai sebagai prinsip-prinsip kehidupan jutaan manusia.
  • Kelahiran Yesus telah menjadi patokan Kalender Masehi yang dipakai semua orang di dunia.

Thursday, November 19, 2009

Siapakah Allah yang benar?

Milyaran orang hanya tahu nama "Allah" namun tidak semuanya mengetahui siapakah Allah itu sebenarnya???... bagaimanakah kita bisa beribadah kepada Allah dengan rasa nyaman tanpa mengetahui identitas-Nya yang asli.

Allah yang benar adalah Allah Tritunggal Mahakudus:
  1. Allah Bapa
  2. Allah Anak (Tuhan Yesus Kristus/Mesias/Isa Almasih/Yang Diurapi/Anak Allah/Firman)
  3. Allah Roh Kudus (Roh Allah)
(I Yohanes 5:7, Wahyu 4 dan 5)

Ke-Tiga-nya merupakan Kesatuan yang tidak dapat dipisahkan. Tidak boleh ditambah, tidak boleh dikurangkan.

Barangsiapa belum mengenal Allah yang benar itu disebabkan karena mata-rohaninya masih dibutakan oleh roh-roh iblis, penguasa-penguasa dunia gelap.

Siapa yang bilang semua orang pasti akan mati?

Kita pasti sering mendengar pernyataan dari orang dunia bahkan dari kristen sendiri yang mengatakan bahwa "semua manusia pasti akan mati".

Pernyataan ini sungguh tidak benar, ...

karena masih ada umat Kristus yang tidak akan mati, sebab pada akhir zaman, pada waktu bunyi nafiri yang terakhir, tubuh daging kita (umat pilihanNya) yang masih hidup akan diubahkan oleh Tuhan Yesus dan akan mengenakan tubuh surgawi yang mulia serupa dengan tubuh-Nya yang mulia.


(I Korintus 15:51-58)


15:51Sesungguhnya aku menyatakan kepadamu suatu rahasia: kita tidak akan mati semuanya, tetapi kita semuanya akan diubah,
15:52dalam sekejap mata, pada waktu bunyi nafiri yang terakhir. Sebab nafiri akan berbunyi dan orang-orang mati akan dibangkitkan dalam keadaan yang tidak dapat binasa dan kita semua akan diubah.
15:53Karena yang dapat binasa ini harus mengenakan yang tidak dapat binasa, dan yang dapat mati ini harus mengenakan yang tidak dapat mati.
15:54Dan sesudah yang dapat binasa ini mengenakan yang tidak dapat binasa dan yang dapat mati ini mengenakan yang tidak dapat mati, maka akan genaplah firman Tuhan yang tertulis: "Maut telah ditelan dalam kemenangan.
15:55Hai maut di manakah kemenanganmu? Hai maut, di manakah sengatmu?"
15:56Sengat maut ialah dosa dan kuasa dosa ialah hukum Taurat.
15:57Tetapi syukur kepada Allah, yang telah memberikan kepada kita kemenangan oleh Yesus Kristus, Tuhan kita.
15:58Karena itu, saudara-saudaraku yang kekasih, berdirilah teguh, jangan goyah, dan giatlah selalu dalam pekerjaan Tuhan! Sebab kamu tahu, bahwa dalam persekutuan dengan Tuhan jerih payahmu tidak sia-sia.


(Filipi 3:20-21)


3:20Karena kewargaan kita adalah di dalam sorga, dan dari situ juga kita menantikan Tuhan Yesus Kristus sebagai Juruselamat,
3:21yang akan mengubah tubuh kita yang hina ini, sehingga serupa dengan tubuh-Nya yang mulia, menurut kuasa-Nya yang dapat menaklukkan segala sesuatu kepada diri-Nya.

Pertobatan Seorang Perampok Sadis (Miduk Sinambela)

Keinginannya yang besar untuk lepas dari bayang-bayang kemiskinan membuat Miduk pergi meninggalkan kampungnya dan mencoba peruntungannya di sebuah terminal.

"Saya melihat di tempat mobil-mobil parkir, banyak orang yang hanya minta-minta uang. Dalam hati saya hanya bisa berkata, kapan saya bisa masuk ke sana?" ujar Miduk.

Demi memperoleh rupiah, Miduk pun mencoba bergaul dengan para preman di pangkalan tersebut. Uang yang ia peroleh pun ia habiskan untuk memuaskan keinginannya. Ketika uang dan mihnuman kerasnya habis, supir angkot pun menjadi korban kebengisannya. Kalau supir angkot itu menolak memberikan uang hasil kerja keras mereka, tanpa kenal belas kasihan Miduk akan memukul supir angkot tersebut sampai babak belur.

Belum puas dengan mabuk-mabukan, hasrat Miduk untuk dipuaskan oleh wanita pun mulai tak terbendung. Setiap malam Miduk memuaskan nafsunya dengan bergonta-ganti wanita. Satu malam saja ia tidak berjumpa dengan seorang wanita, hati Miduk akan gelisah. Bahkan untuk sekedar tidur pun tak dapat dilakukannya.

Sampai suatu hari Miduk diajak bergabung oleh kerabatnya untuk melakukan kegiatan yang berbahaya. Ia diajak merampok. Mau tak mau Miduk harus menerima pekerjaan itu karena sudah seminggu ia menumpang di tempat komplotan perampok tersebut dan diberi makan. Pertama kali melakukan perampokan, Miduk gemetar dan berkeringat karena ketakutan. Namun setelah 2-3 kali melakukan, semua perasaan takut itu hilang lenyap. Dan aksi-aksi selanjutnya dilakukannya dengan kepala dingin.

Suatu hari Miduk bertemu dengan seorang gadis. Dan setelah berhubungan beberapa lama, mereka pun memutuskan untuk tinggal bersama. Akibat hubungan terlarang itu, beberapa bulan kemudian sang gadis pun berbadan dua.

"Ketika saat itu dinyatakan positif hamil, saya benar-benar tidak tahu lagi apa yang harus saya lakukan," ujar Nurmita br Tumanggor, teman hidup Miduk.

"Saat itu daripada harus menanggung malu, kami pun ada niat untuk menggugurkannya," tambah Miduk.

Meskipun Nurmita menolak untuk menggugurkan kandungannya, tanpa berperasaan Miduk memaksa Nurmita untuk meminum berbagai macam obat dan melakukan pemijatan. Tapi janin yang dikandungnya tak kunjung gugur.

Akhirnya demi menjaga nama baik keluarga, Miduk pun menikahi Nurmita. Dan setelah menikah, Nurmita begitu terkejut ketika mengetahui Miduk sesungguhnya adalah seorang perampok. Begitu mengetahui hal itu, Nurmita pun mencoba menasehati Miduk untuk tidak melakukan hal itu, apalagi hasil yang diperolehnya tidak halal. Tapi nasehat istrinya hanya bagaikan angin lalu di telinga Miduk. Bahkan bentakan dan makian kasar terlontar dari mulut Miduk kepada istrinya. Tamparan dan perlakuan kasar selalu ditujukannya terhadap sang istri. Kalau sudah dikasari seperti itu, Nurmita hanya bisa diam dengan hati yang hancur.

Miduk sama sekali tidak mempedulikan nasehat istrinya. Ia bahkan mulai berani bergaul dengan wanita-wanita penghibur. Hingga suatu hari Miduk melakukan suatu tindakan yang tak pantas terhadap istrinya. Ia menendang Nurmita tanpa belas kasihan. Hati Nurmita benar-benar hancur atas kelakuan suaminya. Keinginan untuk pergi meninggalkan Miduk begitu kuat di hatinya, tapi pikiran akan nasib anak-anak mereka membuat Nurmita bertahan.

Nurmita benar-benar harus mengurut dada melihat sikap Miduk yang kian hari kian menggila. Semakin hari tindakan Miduk semakin memalukan.

"Saking mabuknya, di depan mama saya Miduk kencing di dekat lemari. Sampai-sampai anak tertua kami pun mengetahui bagaimana kelakuan ayahnya yang memalukan itu. Saya benar-benar merasa kesal dengan kelakuannya itu tapi saya tidak bisa berkata apa-apa," kisah Nurmita dengan hati pedih.

Melihat suaminya yang bagaikan kuda liar yang tak terkendali, Nurmita hanya bisa pasrah kepada Tuhan. Setiap jam 12 malam Nurmita bangun dan berdoa untuk Miduk agar suaminya berubah. Respon Miduk terhadap doa-doa istrinya sangat jauh dari positif.

"Waktu saya sedang tiduran, saya merasa terganggu dengan doa istri saya. Saat itu juga saya malah bicara pada istri saya, ‘Kamu itu berdoa seperti hanya kamu saja yang paling benar.' Meskipun waktu itu saya melihat dia menangis, tidak ada niat dalam hati saya menghiburnya. Saya malah terus memarahi dia," ujar Miduk.

Akhirnya Miduk pun berhenti merampok dan ia mencoba menjadi supir angkot. Namun darah panas Miduk seakan tak mau berhenti bergejolak. Suatu hari terjadi perang mulut yang sengit antara Miduk dengan supir angkot lainnya. Dan sebuah rencana busuk pun terbersit dalam pikiran Miduk.

Miduk pulang ke rumah dan mengambil sebuah pisau serta mengasahnya. Setelah itu ia bergegas menemui supir angkot yang telah membakar hatinya. Setelah bertemu, Miduk langsung menghujamkan pisau ke dadanya dan melarikan diri. Supir angkot itu jatuh tak berdaya. Meskipun berhasil lari, Miduk masih diselimuti oleh kemarahan yang tak terkendali. Saking tidak puas karena musuhnya tidak mati, darah yang meleleh di pisau itu dijilati oleh Miduk.

Miduk mencari tempat persembunyian dan mencari istrinya untuk memberitahu apa yan baru saja ia alami.

"Saking kesalnya melihat kelakuannya yang seperti itu, saya malah bilang, ‘Daripada orang kamu tusuk, lebih baik saya kamu tusuk. Kamu tidak kasihan dengan anak-anak!'. Dan perkataan saya itu hanya membuat dia terdiam," ujar Nurmita.

Setelah merasa aman, Miduk pun kembali pulang ke rumah. Beberapa waktu kemudian Miduk membawa keluarganya pindah. Tak lama kemudian seorang teman datang dan memberikan pernyataan yang membuat Miduk tersentak. Ia meminta Miduk untuk bertobat. Mendengar perkataan itu, Miduk pun gemetar. Ia diliputi ketakutan yang sangat hanya karena perkataan pertobatan itu. Ucapan temannya itu benar-benar membuat Miduk mengalami kegelisahan yang hebat pada malam harinya. Miduk pun pindah ke kamar lain. Ia menggelar tikar dan duduk di situ. Sambil duduk bersila, Miduk hanya bisa menangis. Dalam pikirannya saat itu, hanya ada perasaan untuk bertobat.

Rasa keingintahuan Miduk untuk menemukan jalan keluar atas kegelisahannya, membuat dirinya mengikuti sebuah pertemuan ibadah. Dan perkataan dari seorang pembicara menyentuh hati Miduk.

"Kita dilarang untuk berzinah, tidak berbuat jahat, dan perkataan inilah yang langsung saya renungkan. Ketika sang pembicara itu melihat saya menangis, pembicara itu hanya berkata, ‘Pak, tidak ada artinya kalau Anda menangis. Anda akan ada artinya kalau Anda bertobat.' Begitu saya mendengar perkataannya itu, saya renungkan lagi akan pertobatan. Yang ada dalam pikiran saya hanya apa yang sudah pernah saya lakukan. Saya benar-benar merasa tidak layak. Saya hanya bisa memohon agar Tuhan yang melayakkan saya. Sampai saya pun hanya bisa menangis di hadapan Tuhan," kisah Miduk akan awal pertobatannya.

Miduk benar-benar mengalami kelegaan yang sempurna. Ia pun meminta maaf terhadap istri dan anaknya atas apa yang telah ia lakukan.

"Setelah kami sudah membereskan semua luka emosional itu, saya merasa beban yang selama ini saya bawa ketika saya bandel langsung lepas," ujar Miduk.

"Setelah saya mengampuni suami saya, saya benar-benar merasa lega. Tidak ada lagi beban yang saya rasakan," ujar Nurmita menambahkan.

Akhirnya Miduk pun mengalami terobosan dalam hidupnya. Dan sebuah babak baru dalam kehidupan rumah tangganya dimulai.

Sumber Kesaksian :
Miduk Sinambela

Tuesday, October 6, 2009

Nama-Nama untuk "TABUT"

Nama-nama untuk Tabut:
  • Tabut Allah (I Samuel 4:21, I Samuel 5:7)
  • Tabut perjanjian TUHAN (Bilangan 10:3, Ulangan 10:8)
  • Tabut perjanjian TUHAN semesta alam (I Samuel 4:4)
  • Tabut perjanjian Allah (Hak. 20:27, I Tawarikh 22:19)
  • Tabut hukum Allah (Keluaran 16:34, Bilangan 7:89, Yosua 4:16)
  • Tabut hukum (Keluaran 25:22, Keluaran 27:21)
  • Tabut Kekuatan-Nya (Mazmur 132:8, II Tawarikh 6:41)
---------------------------------------------

Tabut Allah adalah peti yang terbuat dari kayu penaga/akasia yang dilapisi emas sebelah dalam dan sebelah luar, berisikan: 2 loh hukum Allah, buli-buli emas berisi manna, tongkat Harun yang berbunga dan berbuah Badam - ditempatkan di dalam Ruang Maha Suci dari Tabernakel khususnya pada jaman Musa.

Tabut Allah adalah gambaran/arti rohani dari:
  • Takhta Allah Bapa dan Takhta Anak Domba
  • Pernikahan rohani antara Yesus Kristus sebagai Mempelai Pria Surgawi, dan Gereja-Nya sebagai Mempelai Wanita Surgawi.
  • Kekuatan Allah Roh Kudus
  • Naungan/perlindungan yang sempurna dari Allah Trinitas Mahakudus kepada Gereja
  • Penebusan yang sempurna dari Yesus Kristus untuk Gereja-Nya

Gempa Dahsyat di Padang dan Sekitarnya

Gempa bumi di jaman akhir ini memang lebih banyak terjadi jika dibandingkan jaman dulu, bukan hanya lebih sering terjadi tetapi juga goncangannya lebih dahsyat.

Contohnya: Gempa 7,6 di Padang yang terjadi pada tanggal 30 September 2009.

Secara ilmiah kita melihatnya sebagai akibat dari pergerakan kulit/kerak bumi atau pergerakan antara 2 lempeng Hindia dan Australia.

Namun secara rohani ini adalah TANDA bahwa kedatangan Yesus Kristus/Mesias/Isa Almasih sudah sangat dekat. (Matius 24:7, Markus 13:8, Lukas 21:11)

Gempa di Padang dan sekitarnya merupakan peringatan bahwa Raja Yesus Kristus akan segera datang dan barangsiapa yang tidak bertobat dan percaya kepada Yesus Kristus sebagai Tuhan dan Juruselamat pasti akan binasa.

Sunday, September 27, 2009

Daftar Nama Organisasi Setan (Satanic Bodies)

  • The Great White Brotherhood
  • The Red Brotherhood
  • The Black Brotherhood
  • Freemasonry
  • Illuminati
  • The Order of Nine Angles
  • Thule Society
  • Royal Ipsimus
  • King Rex
  • Grande Mother
  • Grande Master
  • Mother of Darkness
  • Sisters of Light
  • Master Witch
  • Ipsissimus
  • Initiate of Sanctuary of Gnosis
  • Skulls and Bones Leadership
  • Illuminatus Major
  • Master / Illuminatus Minor
  • Pilgrim Society
  • Round Table Groups
  • Knight Templar
  • Patriarchs
  • Fellow-Craft / Minerval
  • Novice Witch
  • Knights
  • Grand Inspector
  • Asmodeus / Neophyte
  • Craft-practicing Witch
  • Perfect Pontiff
  • Kings
  • Prince
  • Priests
  • Knight of Pelican & Eagle
  • Knight of East & West
  • CFR/RIIA
  • Philosophers
  • Iluminatus Dirgens





Amsal 12:4 (Alkitab)

Isteri yang cakap adalah mahkota suaminya, tetapi yang membuat malu adalah seperti penyakit yang membusukkan tulang suaminya.

Patuhlah Kepada Pemerintah (Roma 13:1-7)

13:1Tiap-tiap orang harus takluk kepada pemerintah yang di atasnya, sebab tidak ada pemerintah, yang tidak berasal dari Allah; dan pemerintah-pemerintah yang ada, ditetapkan oleh Allah.
13:2Sebab itu barangsiapa melawan pemerintah, ia melawan ketetapan Allah dan siapa yang melakukannya, akan mendatangkan hukuman atas dirinya.
13:3Sebab jika seorang berbuat baik, ia tidak usah takut kepada pemerintah, hanya jika ia berbuat jahat. Maukah kamu hidup tanpa takut terhadap pemerintah? Perbuatlah apa yang baik dan kamu akan beroleh pujian dari padanya.
13:4Karena pemerintah adalah hamba Allah untuk kebaikanmu. Tetapi jika engkau berbuat jahat, takutlah akan dia, karena tidak percuma pemerintah menyandang pedang. Pemerintah adalah hamba Allah untuk membalaskan murka Allah atas mereka yang berbuat jahat.
13:5Sebab itu perlu kita menaklukkan diri, bukan saja oleh karena kemurkaan Allah, tetapi juga oleh karena suara hati kita.
13:6Itulah juga sebabnya maka kamu membayar pajak. Karena mereka yang mengurus hal itu adalah pelayan-pelayan Allah.
13:7Bayarlah kepada semua orang apa yang harus kamu bayar: pajak kepada orang yang berhak menerima pajak, cukai kepada orang yang berhak menerima cukai; rasa takut kepada orang yang berhak menerima rasa takut dan hormat kepada orang yang berhak menerima hormat.


Hanya Ada Satu Cara Buat Istri Menghadapi Suami Bermasalah

  • Bawa segala masalah dan curahkan segala isi hati di dalam doa kepada Tuhan Yesus
  • Jangan menceraikan suami
  • Sabar dalam menghadapi sikap suami
  • Jika merasa tidak kuat dan putus asa -> berdoa lagi
  • Tetap sabar dan lemah lembut dalam menghadapi suami
  • Jika dianiaya suami -> berdoa lagi, agar diberi hati yang tetap mencintai suami
  • Jika dianiaya lagi -> berdoa lagi, agar tetap diberi hati yang mengasihi suami dengan kasih yang tak terbatas, dan supaya Tuhan mengubah hati suami yang keras
  • Jika dianiaya suami selama bertahun-tahun -> Tetap percaya, berharap di dalam doa kepada Tuhan Yesus sampai memperoleh kemenangan agar nama-Nya dipermuliakan

Siapa Yang Masuk Surga dan Siapa Yang Masuk Neraka

Mereka yang masuk ke dalam Surga (Kerajaan Allah) adalah:
  • Semua orang yang menerima Yesus Kristus sebagai Tuhan dan Juruselamat, dan hidup di dalam pertobatan/kebenaran/kekudusan

Mereka yang masuk alam maut (Hades)/neraka (Gehenna) adalah:
  • Semua orang yang tidak percaya bahwa Yesus Kristus adalah Tuhan dan Juruselamat
  • Semua orang yang walaupun sudah percaya kepada Yesus Kristus namun tidak hidup di dalam pertobatan/kebenaran/kekudusan

Mazmur 50:15

Berserulah kepada-Ku pada waktu kesesakan, Aku akan meluputkan engkau, dan engkau akan memuliakan Aku.

And call on Me in the day of trouble; I will deliver you, and you shall honor and glorify Me.


Wednesday, September 23, 2009

Ingin Memiliki DAMAI Yang Sempurna di dalam HATI?

Tujuan Penulisan blog ini adalah murni bukan untuk mempromosikan suatu agama, tetapi hanya berusaha untuk menyatakan kebenaran yang murni.

Di dalam diri manusia ada 3 jenis kepuasan:


1. Kepuasan untuk Tubuh (Jasmani):
  • bekerja dan menikmati hasilnya
  • makan dan minum
  • tidur
  • hubungan sex (suami-istri)
2. Kepuasan untuk Jiwa:
  • Mendengarkan Musik
  • Rekreasi/Piknik/Menikmati pemandangan yang indah
  • Belajar Pengetahuan/pendidikan/kedisplinan
  • Bersosialisasi/komunikasi/bermasyarakat
3. Kepuasan untuk Roh/Hati (kehidupan rohani):
  • Bila segala dosa diampuni oleh TUHAN
  • Menikmati/menjalin hubungan dengan TUHAN, yang merupakan sumbernya kasih, kebenaran dan keadilan. (termasuk penyembahan kepada TUHAN)
  • Menikmati kedamaian sempurna di dalam hati yang dari TUHAN
  • Menikmati keselamatan sejati yang dari TUHAN
  • Menikmati hidup kekal kelak di surga
  • Melakukan kehendakNya


Dan saya yakin seyakin-yakinnya, bahwa banyak orang (khususnya yang non-Kristen) pasti sedang mencari-cari dan menimbang-nimbang manakah yang merupakan kebenaran yang hakiki, bahkan orang itu mungkin termasuk anda yang sedang membaca blog ini.

Saya yakin bahwa banyak orang (khususnya non-Kristen) sekarang ini pasti sedang mengalami suatu kekosongan di dalam hati dan sedang bertanya-tanya: rasa apakah yang hilang itu???

Jawabnya: rasa yang hilang itu adalah perasaan damai yang sempurna/sejati di dalam hati.

Damai yang sejati membuat hati ini menjadi sangat teduh.

Mengapa perasaan damai itu bisa hilang? karena masih terdapat dosa-dosa yang belum diampuni di hadapan TUHAN sehingga hal itu menimbulkan gejolak di dalam hati nurani dan jiwa manusia.

Yang jadi pertanyaan: dengan apakah dosa-dosa saya bisa diampuni secara sempurna oleh TUHAN??? apakah hanya dengan menyebut nama ALLAH lalu dosa-dosa saya bisa terampuni??? jawabnya: TIDAK, tidak cukup hanya dengan menyebut ALLAH, sebab ada tertulis bahwa orang yang masuk ke dalam kerajaan ALLAH bukan hanya dia yang berseru-seru kepada ALLAH tetapi juga orang yang melakukan KEHENDAK ALLAH.

Apakah KEHENDAK ALLAH yang utama? Jawab: Yakni barangsiapa yang melihat/mendengar tentang Yesus Kristus (Isa Almasih) dan percaya/beriman kepadaNya pasti akan memperoleh HIDUP yang KEKAL di SURGA.

Orang yang percaya kepada Yesus Kristus.. dari dalam hatinya akan mengalir damai yang sejati, damai surgawi yang tidak bisa diungkapkan dengan kata-kata, damai yang terus mengalir sampai kepada kehidupan yang kekal.

Jadi, keputusan terpenting di dalam dunia ini adalah MENERIMA YESUS KRISTUS/ISA ALMASIH sebagai TUHAN dan JURUSELAMAT.

Monday, September 21, 2009

I Timotius 4:1

Roh Kudus secara jelas/tegas/tepat menyatakan bahwa pada akhir jaman sebagian Kristen akan murtad (tidak beriman lagi kepada Kristus), lalu memberikan perhatian kepada hal-hal/roh-roh yang menggoda dan menyesatkan, dan memberi perhatian juga kepada pengajaran dari setan-setan.

Baptisan Roh Kudus membuat Gereja Bergairah dan Penuh Kuasa

Pada akhir zaman, semakin banyak gereja yang hidup dikuasai oleh Roh Kudus karena banyak jiwa-jiwa yang telah dibaptis dengan Roh Kudus dan api, ini adalah hal yang menyenangkan hati Tuhan.

.. namun aneh, menjelang kedatangan Tuhan Yesus Kristus yang sudah sangat dekat, ternyata masih ada sebagian gereja yang belum mempercayai tentang adanya baptisan Roh Kudus padahal hal ini sudah ditulis dengan sangat jelas di dalam Alkitab (Lukas 3:16, Kis 1:5-8,  Kis 2:4, Kis 4:31, Kis 8:15-16, Kis 10:45-46, Kis 19:2-6, dsb)

Masih banyak gereja beranggapan kurang tepat, mereka beranggapan bahwa --> dituntun Roh Kudus = dipenuhkan Roh Kudus.

  • Dituntun Roh Kudus --> tingkat rohani Kristen di "Pelataran" Tabernakel. (Contoh: Roh Kudus dengan berbagai macam cara menuntun orang kafir supaya mengenal keselamatan di dalam Yesus Kristus)
  • Dituntun Roh Kudus + dibaptis/dipenuhkan/dikuasai Roh Kudus --> tingkat rohani Kristen di "Ruangan Suci" Tabernakel. (Contoh: Roh Kudus memproses dan mulai membuang sifat-sifat 'daging' kita yang jahat dan najis supaya kita menjadi alat untuk menyalurkan kuasaNya dan bagi kemuliaanNya)

Jadi, tanda dari orang yang dipenuhi Roh Kudus adalah terdengarnya bahasa asing secara jelas dan keras dari mulut mereka, masing-masing bahasa sesuai dengan pemberian Roh Kudus. 

Jadi, kita dibaptis dengan Roh Kudus karena Allah mau meningkatkan level kehidupan rohani kita, supaya karakter kita semakin sama dengan Kristus dan menghasilkan buah-buah kebenaran.

Gereja yang tidak menerima kebenaran tentang adanya baptisan Roh Kudus adalah gereja yang picik (berwawasan sempit) dan merupakan gereja yang kurang 'bergairah'/loyo-loyo/membosankan di dalam ibadahnya/kehidupannya.

Gereja yang menerima baptisan Roh Kudus adalah gereja yang 'bergairah', penuh kuasa, dan berwawasan luas karena Roh Kudus akan selalu memperluas pandangan kita dengan pengetahuan-pengetahuan yang tak terbatas dari kebenaran Allah.

Kisah Para Rasul 14:22

...untuk masuk ke dalam kerajaan Allah kita harus mengalami banyak sengsara.

Mazmur 103:13

Seperti bapa sayang kepada anak-anaknya, demikian TUHAN sayang kepada orang-orang yang takut akan Dia.

Thursday, September 3, 2009

Dibebaskan oleh Nama YESUS dari Iblis Pencabut nyawa (Kesaksian Abraham Pellokila)

"Saat itu saya sedang mempersiapkan buku untuk pelajaran esok hari. Namun ketika saya sampai di meja belajar, saya malah tidak tahu apa yang harus saya perbuat. Lalu tiba-tiba saya ambil buku, dan tanpa saya rencanakan sebelumnya tiba-tiba saja saya langsung menggambar wajah orang-orang yang seram tanpa dapat saya kendalikan. Dan setelah 2 atau 3 gambar kemudian, ada sebuah kekuatan lain yang turun atas tubuh saya. Saya lemas dan kehilangan kekuatan, jantung saya berdebar dengan sangat cepat, ada aliran panas yang terasa di dada dan merangkak naik sampai ke tengkuk. Saya benar-benar tidak punya kekuatan sama sekali. Kemudian ada pikiran lain yang masuk ke otak saya dan berkata, ‘Sebentar lagi kamu akan mati! Sebentar lagi kamu akan mati!'," ujar Abraham membuka kesaksiannya.

Sumber suara itu memang tidak terdengar secara audibel kepada Abraham tapi suara itu sepertinya bicara langsung kepada Abraham. Sontak hal itu membuat Abraham ketakutan karena memang dia tidak pernah mengalami hal seperti itu sebelumnya.

Sejak berusia 14 tahun, Abraham terkena sebuah penyakit yang aneh. Seakan roh kematian akan mencabut nyawanya. Dengan kondisinya yang lemah, Abraham berusaha mencari pertolongan. Abraham berlari ke omanya, dan ia hanya mampu bicara dengan nafas yang terputus-putus, "Oma, tolong saya! Saya sakit! Saya mau mati!".

Namun ternyata oma Abraham tidak tahu harus melakukan apa. Abraham pun dibawanya ke dukun. Sesampainya di sana, Abraham diberikan air yang telah dibacakan mantera sebelumnya. Sepulangnya dari dukun, bukannya menjadi lebih baik, keadaan Abraham menjadi semakin parah. Rasa panas di dadanya tidak mau hilang, jantung Abraham terus berdetak dengan sangat kencang dan ketakutan akan kematian begitu menghantui Abraham. Badannya juga menggigil kedinginan dan kekuatan sepertinya lenyap dari tubuhnya.

Sekalipun Abraham makan banyak sekali, ia tidak pernah merasa kenyang. Badannya pun tetap kurus dan sepertinya tidak punya tenaga. Parahnya lagi, Abraham merasakan otot di sekujur tubuhnya bergerak seperti detak jantung. Setiap saat selama 24 jam, Abraham merasakan ototnya terus bergerak, terkadang di pipi, badan, lalu berpindah ke kaki, terus saja berpindah-pindah.

Keadaan tubuhnya yang aneh benar-benar membuat Abraham ketakutan. Sekalipun Abraham berada di tengah-tengah orang banyak, ia tetap merasa ketakutan.

"Saya benar-benar merasa ketakutan. Saya takut dengan dunia kematian yang begitu hebat. Dan sepertinya tidak ada yang bisa menolong saya," kisah Abraham.

Abraham pun menjadi depresi. Ia selalu teringat akan kata-kata bahwa sebentar lagi dirinya akan mati, ditambah lagi keadaan fisiknya yang terus saja terasa aneh. Abraham benar-benar tidak bisa berada di suatu tempat sendirian. Ia selalu saja mencari tempat dimana banyak orang sedang berkumpul sehingga ia bisa mendengar suara orang lain dan rasa takut yang dialaminya bisa sedikit ditahannya.

Ketika malam datang, hal itu menjadi masalah yang sangat besar bagi Abraham karena ia betul-betul takut untuk mati. Abraham benar-benar merasa belum siap untuk mati. Ketakutan Abraham tak terbendung lagi hingga Abraham akhirnya berhenti untuk sekolah.

"Saya tidak bisa konsentrasi dengan pelajaran di sekolah. Setiap kali sedang belajar, alam pikiran saya hanya dibawa kepada ketakutan, kematian, dan tidak pernah terbersit untuk memikirkan hal yang lain. Sampai akhirnya saya putus sekolah. Saya tidak mau sekolah lagi," ujar Abraham menceritakan masa-masa terkelam dalam hidupnya.

Abraham terus mencari pertolongan dengan menemui kenalan pamannya untuk berdoa. Ketika didoakan oleh kenalan pamannya ini, Abraham merasakan dirinya kuat dan ada keberanian yang timbul di dalam dirinya. Tapi dalam perjalanan pulang, suara intimidasi akan kematian itu terus menekan pikiran Abraham dan pikirannya kembali dikuasai oleh ketakuan akan kematian itu. Dari hari ke hari, Abraham tidak melihat adanya perubahan pada dirinya.

"Suatu saat saya merasa tertekan karena saya tidak kunjung sembuh dan saya pun menangis menjerit, ‘TUHAN, kenapa penyakitku tidak sembuh-sembuh juga?!?!?!' karena ketika saya berdoa bersama hamba Tuhan itu, saya merasa nyaman, tenang, sepertinya sembuh. Tapi setelah itu saya tidak bisa merasakan hal itu lagi. Saya hanya terus berpikir, bagaimana caranya agar saya bisa keluar dari keadaan ini, tapi saya tidak bisa," ujar Abraham mengenai pergumulannya saat itu.

Dalam keadaan tertekan dan depresi, Abraham pergi ke tempat ayahnya yang telah lama berpisah dengannya. Namun tak pernah diduga oleh Abraham sebelumnya, sambutan sang ayah hanya membuatnya sedih.

"Ayah saya tidak peduli bahwa saya sedang sakit dan dia tidak percaya sama saya. Dia hanya berpikir kalau memang sakit itu artinya terbaring dan tidak bisa bangun. Yang dia mau hanyalah saya kembali sekolah," ucap Abraham dengan sedih.

Selama Abraham kembali ke bangku sekolah, perlakuan ayahnya kepada dirinya tetap saja kasar, selalu mengganggap dirinya sebagai anak yang tidak becus, berbeda dengan kakak-kakaknya yang lain. Abraham harus menerima makian demi makian dari ayahnya sendiri. Sebutan ‘anak sial', ‘tidak tahu diuntung' telah menjadi makanannya sehari-hari. Kata-kata kutukan senantiasa dilontarkan ayah Abraham kepada dirinya dan itu menimbulkan luka di hati Abraham.

Akhirnya Abraham menemukan seseorang yang dapat memberikan penghiburan kepada dirinya. Salah seorang teman sekolahnya senantiasa menghibur dan memberikan kata-kata penguatan bagi dirinya sampai akhirnya Abraham pun diajak ke sebuah pertemuan ibadah untuk anak-anak di sekolahnya. Itulah awal pertama Abraham tahu bahwa Yesus adalah Tuhan dan Juruselamat bagi dirinya. Untuk pertama kali pula Abraham mulai belajar percaya dan menyerahkan seluruh hidupnya kepada Tuhan Yesus.

"Ada perubahan yang saya rasakan dengan penyakit saya. Saya bisa menghadapi intimidasi dari iblis, saya bisa mengalahkan suara-suara kematian yang selalu bergema di pikiran saya, dan saya katakan, ‘Tuhan sudah menebus saya dan saya tidak akan mati tapi akan hidup!' Dan penyakit saya mulai berkurang, debaran jantung saya yang cepat itu hilang, kemudian panas tubuh saya yang tinggi itu hilang," kisah Abraham.

Namun roh kematian itu tak pernah berhenti mengejar Abraham. Iblis datang menyerang Abraham dengan cara yang berbeda. Sebuah suara seperti gelombang radio masuk ke dalam telinga Abraham dan memegang dirinya, dan rasanya seperti roh Abraham ditarik keluar. Hal itu biasanya terjadi ketika Abraham sedang tidur. Ketika hal itu sedang terjadi menimpanya, Abraham hanya bisa mencoba berteriak, "Tuhan Yesus sudah tebus saya. Kamu tidak punya hak lagi atas tubuh saya," dan roh Abraham pun kembali ke dalam tubuhnya.

"Semenjak saat itu, saya mulai menggunakan nama Tuhan Yesus dengan lebih sungguh-sungguh lagi. Pada waktu yang lalu saya tidak pernah tahu akan kebenaran itu, saya tidak pernah tahu tentang nama Yesus yang sanggup mengalahkan apa pun. Tapi semenjak saya mulai mengenal Yesus di pertemuan-pertemuan ibadah itu, saya mulai kuat. Saya mulai berani dan mampu melawan kelemahan dan penyakit yang datang menyerang saya," ujar Abraham dengan muka berseri-seri.

Serangan yang biasa dialaminya mulai berkurang sampai akhirnya Abraham pun merasakan bahwa tubuhnya sudah benar-benar sehat. Ia pun bisa kembali hidup dengan normal dengan penyakit dan suara-suara intimidasi yang menghilang dari kehidupannya.

"Sekarang saya sudah hidup dalam anugerah Tuhan, tidak hidup dalam kutuk lagi. Saya hidup dalam berkat dan kasih Tuhan. Dengan sakit penyakit itu, Tuhan mengantar saya untuk mengenal Tuhan, mengenal Juruselamat dengan baik, mengenal Tuhan Yesus sebagai Tuhan dan Juruselamat. Itu yang saya syukuri sampai hari ini," ujar Abraham menutup kesaksiannya dengan penuh sukacita.

Sumber Kesaksian:
Abraham Pellokila

Amsal 9:10

  • Permulaan hikmat adalah takut akan TUHAN, dan mengenal Yang Mahakudus adalah pengertian.

Amsal 13:20-22

  • Siapa bergaul dengan orang bijak menjadi bijak, tetapi siapa berteman dengan orang bebal menjadi malang.
  • Orang berdosa dikejar oleh malapetaka, tetapi Ia (Tuhan) membalas orang benar dengan kebahagiaan.
  • Orang baik meninggalkan warisan bagi anak cucunya, tetapi kekayaan orang berdosa disimpan bagi orang benar.

Amsal 13:7

  • Ada orang yang berlagak kaya, tetapi tidak mempunyai apa-apa, ada pula yang berpura-pura miskin, tetapi hartanya banyak.

Amsal 12:24

  • Tangan orang rajin memegang kekuasaan, tetapi kemalasan mengakibatkan kerja paksa.

Amsal 12:4

  • Isteri yang cakap adalah mahkota suaminya, tetapi yang membuat malu adalah seperti penyakit yang membusukkan tulang suaminya.

Amsal 18:21

  • Hidup dan mati dikuasai lidah, siapa suka menggemakannya, akan memakan buahnya.

Amsal 19:2

  • Tanpa pengetahuan kerajinanpun tidak baik; orang yang tergesa-gesa akan salah langkah.

Amsal 16:24

  • Perkataan yang menyenangkan adalah seperti sarang madu, manis bagi hati dan obat bagi tulang-tulang.

Mazmur 118:5,6,8,9


  • Dalam kesesakan aku telah berseru kepada TUHAN. TUHAN telah menjawab aku dengan memberi kelegaan.
  • TUHAN di pihakku. Aku tidak akan takut. Apakah yang dapat dilakukan manusia terhadap aku?
  • Lebih baik berlindung pada TUHAN dari pada percaya kepada manusia.
  • Lebih baik berlindung pada TUHAN dari pada percaya kepada para bangsawan.

Saturday, August 22, 2009

Dibebaskan Tuhan Yesus dari "Perjanjian Darah dengan Iblis"

Siksaan dan kekejaman sudah menjadi bagian dari kesehariannya sejak Tarunadjaya Lawoto masih kecil. Sang ayah yang seringkali tak berbelaskasihan menghajarnya telah menorehkan luka hati yang tak mudah disembuhkan.

"Saya sudah merasakan pukulan rotan, dan kepala sabuk atau ikat pinggang, bahkan saya juga pernah mengalami dicelupin papa di dalam drum yang diisi air, dan itu sangat-sangat membekas di hati saya. Saya bertanya-tanya "Mengapa papa saya sangat jahat?" Saya berusaha agar bisa cepat menyelesaikan sekolah dengan harapan dapat meneruskan kuliah di tempat lain dan saya bisa bebas."

Akhirnya hari yang dinanti-nantikan oleh Taruna pun tiba, ia melanjutkan kuliah di kota lain. Dan seperti burung yang lepas dari sangkar, Taruna menjadi tidak terkendali menikmati kebebasannya. Ia bahkan bergabung dengan sebuah kelompok gank yang selalu membuat keonaran. Hingga suatu hari, sebuah kelompok gank yang terkenal dengan kebrutalannya mulai mengancam kelompok Taruna.

"Gank tersebut mulai melakukan tindakan-tindakan yang di luar dugaan. Banyak anak-anak yang perantau dipalak, dan yang kedua mereka mulai main benda tajam. Hal itu menyebabkan saya merasa sangat takut sekali. Saya berpikir, saya harus mencari sesuatu yang dapat membuat saya menjadi kuat sehingga saya bisa menjaga diri."

Tindakan brutal dari gank lain tersebut membuat Taruna dan teman-temannya benar-benar mati kutu. Ketakutan bercampur dendam dan amarah kian berkecamuk dalam batin Taruna. Dan demi harga diri dan keselamatan jiwanya, Taruna dan teman-temannya memutuskan pergi ke pedalaman untuk berburu ilmu hitam.

"Saya tidak memikirkan lagi apakah itu okultisme, atau apakah itu ilmu hitam, bagi saya, pokoknya saya ingin kuat. Saat itu saya disuruh melakukan sesuatu layaknya seekor binatang. Saya berada kira-kira berada 100 meter dari tempat dimana guru saya berada sambil menggigit suatu benda. Lalu seluruh tubuh saya dirajah dengan darah ayam, dan saya menuju tempat itu dengan merangkak. Saya tidak pikir panjang saat itu. Karena dalam hati saya, isinya hanya dendam dan ketakutan. Saya menjalani semua ritual yang ada, dan menganggap bahwa semua itu adalah sesuatu yang benar. Karena saya dengar sejak dari kecil, sepertinya okultisme itu tidak berbahaya. Saat itu seluruh tubuh saya dibacok dengan golok, dan ternyata saya sudah kebal. Jadi setelah saya punya ilmu kebal itu, saya tidak takut sama orang, saya merasa hebat dan itulah yang mengakibatkan saya sambong."

Ilmu hitam telah menyatu dengan raga Taruna, kesombonganpun mulai merajai jiwanya.

"Salah satu kejadian adalah sewaktu saya di clurit. Harusnya sudah pasti sobek di dekat leher saya, tapi hal itu tidak terjadi."

Saat Taruna sudah mulai berumah tangga dan memiliki seorang istri, sesuatu terjadi dalam hidupnya.

"Saya punya niat ingin hidup baik. Dan okultisme yang pernah saya miliki, sudah saya tidak anggap ada lagi. Ritual yang dulu rutin saya lakukan sudah tidak saya jalankan lagi. Saya di bacok mempan, terluka juga. Kena beling, luka juga. Bahkan kena pisau, saya tetap luka. Tetapi akibatnya dan efek yang ditimbulkan dalam hidup saya ternyata besar. Sewaktu saya mencari ilmu itu, ada perjanjian yang saya buat, saya setuju untuk mengikuti aturan main kuasa kegelapan. Dan itu sebenarnya harga yang harus saya bayar. Tetapi bukan karena ditengah perjalanan saya tidak mau pakai ilmu itu lagi, lantas perjanjian yang dulu saya buat batal begitu saja."

Akibat perjanjiannya dengan kuasa gelap, kehidupan keluarganya mulai diganggu oleh hal-hal yang bersifat supranatural. Dalam mimpi, istrinya melihat ada roh-roh jahat yang mendatangi Taruna. Namun Taruna masih menyimpan rapat-rapat rahasia tentang keterlibatannya dengan kuasa gelap di masa lalu.

Hingga suatu hari, anak pertama Taruna lahir kedunia ini. Namun, hari-hari penuh kebahagiaan itu diisi oleh tangisan sang buah hati yang tidak bisa dibuat tenang.

"Setelah saya pikir-pikir, saya ingat kalau saya masih pegang jimat saat itu. Lalu saya langsung barang-barang itu. Dan ketika saya membuang barang-barang itu, saya anggap semua sudah hilang dan saya tidak lagi terikat dengan kuasa gelap. Dan begitu saya buang, ternyata anak saya tidak menangis lagi."

Dalam sebuah kunjungan ke rumah seorang hamba Tuhan bersama istrinya, Tarunadjaya di tegor hamba Tuhan tersebut.

"Saya kaget begitu hamba Tuhan itu bicara pada saya, ‘Ta, kamu datang tidak sendiri. Saya jawab, ‘Saya sendiri, saya datang bersama istri saya.` Saya masih sombong saat itu. Hamba Tuhan itu berkata dengan tegas, ‘Tidak, saya melihat banyak kepala di belakang kamu.` Ternyata okultisme saya yang dulu, itu masih ada pada saya. Saya tahu apa yang dimaksudkan oleh hamba Tuhan tersebut, tapi saya berpura-pura tidak tahu."

Saat sang istri tahu bahwa Taruna pernah terlibat ilmu hitam, ia pun mengundang seorang teman untuk menolong Taruna agar lepas dari ikatan ilmu hitam tersebut. Namun ketika Taruna bertemu dengan orang tersebut, ia menunjukkan sikap tidak bersahabat.

"sewaktu saya didoakan, saya muntah. Saya merasa ada sesuatu yang lepas. Tapi hal itu tidak membuat sesuatu perubahan yang banyak bagi saya. Meskipun saya merasakan ada kasih, tapi saya tidak tahu kasih apa yang melanda hidup saya ini."

Mengetahui suaminya masih belum lepas sepenuhnya dari ilmu hitam, istri Taruna membawanya ke suatu ibadah. Saat Taruna maju ke depan untuk didoakan, sesuatu yang luar biasa terjadi.

"Hamba Tuhan itu mendoakan saya, dan saya hanya diam saja. Dalam hati saya berkata, ‘kamu bisa apa sih. Kamu orang tua ngga ada apa-apanya.` Saya doa, saya tunduk dan saya tahan. Beberapa menit dia mendoakan saya, saya pandang dia, saya tunduk lagi dan saya tahan. Tetapi saya merasa ada arus panas yang masuk ditubuh saya. Saya bertanya, ‘ada apa?` ternyata saat saya membuka mata saya lihat seluruh panitia sudah mendoakan saya. Saya tahan dan memejamkan mata, saya pengen tahu seperti apa sih ini. Saya merasa badan saya panas. Dan saya melihat banyak kepala bersayap dibelakang panitia yang saat itu sedang memuji Tuhan. Dan saya muntah darah disitu. Saya berguling-guling dan merasakan sakit di ulu hati. Saya ingat dulu saya menelan sesuatu berupa botol, dan apakah saat itu dlam alam roh itu keluar atau tidak, tapi yang keluar dari diri saya saat itu adalah darah. Kemudian saya melihat suatu jubah putih, yang berbias sinar keemasan, dan saya melihat sebuah tangan yang terulur dan menyuruh saya naik. Dan saya tahu itu adalah Yesus."

Ternyata apa yang dilakukan oleh Taruna di masa lalunya adalah sebuah perjanjian darah dengan iblis tanpa pernah tahu akibatnya akan berdapak buruk bagi hidupnya. Hari itu, Taruna menyadari bahwa Tuhanlah satu-satunya pribadi yang sanggup menyelamatkannya. Menyadari hidupnya telah diselamatkan, Taruna pun mulai mengikuti beberapa kali ibadah dan secara berangsur-angsur ia pun dibebaskan dari ilmu hitam secara total. Kini Taruna bisa menapaki kehidupan yang lebih bahagia bersama keluarganya.

"Tuhan yang menyelamatkan hidup saya, sehingga saya bisa sampai saat ini ada, semua itu karena anugrah dan belas kasihan dari Tuhan," demikian Tarunadjaya mengakhiri kesaksiannya.

A Converted Wiccan: Victoria's Testimony

Why I Left the Church

When I was about 10 years old, my Mom and I occasionally attended the Seventh-day Adventist church in a nearby town. The Adventist Church was very legalistic back then, though I did not understand what that meant and so had no concept of that at the time.

I thought of myself as a Christian though I had never had a conversion experience or asked Jesus into my heart. I'm not even sure I ever heard the Gospel clearly explained to me. I gave intellectual assent to the truth, that Jesus was the Son of God who came to die for my sins, but I didn't have a personal relationship with Him. This was not a saving faith, for the Bible says that "even the demons believe--and tremble" (James 2:19).

The turning point toward disaster came when I borrowed a sermon tape from the church library. The tape basically said that Christians never sin. They probably used Scripture references such as I John 5:18 -- "We know that no one born of God sins." But this is a poor translation. What it actually means in the Greek is that no one born of God continues in sin, that is, a truly saved person will not be able to live in continuing sin. It does not means that a saved person never sins, for I John 1:8 says "If we say that we have no sin, we are deceiving ourselves and the truth is not in us. First John 1:9 starts off "If we confess our sins..." This presupposes that Christians do sin. Moreover, verse 10 continues the thought. "If we say that we have not sinned, we make Him a lair, and His word is not in us."

Another verse the tape may have used is Numbers 15:30. This verse says that anyone committing a willful sin shall be put to death and that no animal sacrifice is sufficient, but that "that person shall be cut off from among his people." This verse does not take into account the myriad number of verses in the New Testament, such as I John 1:9, that our sins are forgiven in Christ. "If we confess our sins, He is faithful and righteous to forgive us our sins and to cleanse us from all unrighteousness." People also fail to realize Old Testament stories such as that of King David's adultery with Bathsheba. This was a willful sin, yet he was forgiven.

What I took away from the tape, whether or not it was explicitly stated, was that if I sinned even one more time in my entire life, that I would be unredeemable. In short--it would be the unforgivable sin. When I sinned in some minor way shortly after this, I fell into depression. I felt as if, in the words of a well-known evangelist, I had "outsinned the grace of God." I thought I had nothing but hell to look forward to when I died, and life felt so short. What was even 60 more years in comparison to eternity?

I didn't dare tell anyone and the haphazard church attendance of my Mom and I must have ended shortly thereafter. I had no pastor, no mention of God in my home. Additionally, I had lost the only thing that makes life worth living--hope.

My weight dropped, not precariously, but a bit. I contemplated suicide, but what good is ending it all if I only had eternal torment to look forward to? And so I stayed alive, living in total fear. Feeling that God had forsaken me, I forsook Him. He wasn't very likable anyway. I hated Him.

Grace was missing from this picture. Also missing was the work the Holy Spirit does to help us follow the will of God.

It was about a year and a half later that I opened the phone book and randomly called a pastor, telling him my problem. He reassured me that I had not committed the unforgivable sin and that God would take me back. This could have been a turning point in my life, a turning back to God, but it wasn't. Perhaps it was because spirituality was not encouraged in my home, that we never attended church, that my Dad looked down on Christians. Perhaps I was still angry at God and saw Him as not very likeable, much less loveable. Perhaps all of the above. But for whatever reason, whether I decided for myself or it was decided for me, I didn't go back.

If I had not lived it, I would find it hard to believe that a sermon tape could derail a person's walk with God for 15 years, yet that is what happened to me. Even though I knew the way back was open, I did not go back.

But I still had and needed to fill the "God-shaped hole" that we all have within ourselves. I hated the Christian God, so I eventually went looking for acceptance in the arms of other gods. In my late teens I became interested in the New Age, then later in Wicca. I can see now that I was still searching for truth, and for love and acceptance from God, but I was searching in all the wrong places.

How I wish I could go back in time! I would sit down with my 10-year-old self and warn her away from that sermon tape. If she heard it anyway, I would explain the true Gospel message--grace, and forgiveness of all sin. I would show her the truth of forgiveness from the Bible.

I remember a picture of me when I was about 10. I am filled with sadness as I look at that little girl and think back on what was yet future for her. How I want to fix it! How I want to stop the pain!

We live in a fallen world and the god of this world is Satan. He saw a vulnerable little girl interested in the true God and used the legalistic church she attended to draw her away. If it were not for God's direct intervention when I was 25, I never would have found my way back.

Mad at God!

I used to be really angry at Christians. And is it any wonder? They followed a God who was mean, vindictive and would smite you for any little thing you did. He demanded more obedience than I could give. I felt that God was disgusted with humanity. When I lived in Berkeley, California (1990-1992) I used to go over to the university and listen to people taunt the Christian speakers on the plaza. I would involve myself in this as much as I could. One reason I wanted to learn about the Bible was to use it as "ammo" against them. Over a period of about eight years God softened my heart and brought people into my life who showed me Christian love. By the time I took my second undergraduate course at University I wanted to learn about it for the sake of knowledge, not as ammo.

I practiced Wicca for 4-5 years, beginning in about 1991. I was dedicated to the Pagan path that same year by the coven I belonged to, and in 1992 was initiated as a Witch. I also went to many public rituals, and began to make a name for myself by writing articles for Pagan magazines such as Green Egg, Circle Network News, and Hole in the Stone.

The Beginning of the Beginning

In 1995 I began reading my Bible again--going through the New Testament. It didn't seem to do anything at the time except fill some gap. I didn't know why I wanted to read it; I just knew I had an interest in it for some reason.

Salvation begins with God, of course, but He often uses people to accomplish His will. In that sense the beginning of the beginning was with Jim, a liberal Christian I had met on the Internet. In January of 1996 he went through some difficult times and asked me to pray for him. I began by praying to the goddess whom I worshipped at the time, but then thought that I should pray to his God. After all, his problem should be brought before his God.

I remember how humbly and apologetically I approached his God that day. I told Him I wasn't asking anything for myself, that indeed I wouldn't expect anything if I did ask. Then I presented my request for Jim. But I did end up asking for something for myself, and it turned out to be one of the most important things I have ever prayed for. I can't tell you why I did it and even now I'm not sure of the reason, but on two occasions after my prayer for Jim, I tacked on a request for myself: "God, please help me to get to know You." At the time I thought the prayer so important that I promptly forgot about it.

Life continued on as always. But God hears sincere prayers, and He heard that one. He had always worked behind the scenes, but now my prayer had given Him permission to work openly. Things began happening, slowly at first. The next milestone on my journey toward God was just over a month away, at the end of February.

Enter Charles

A month after those prayers I met Charles, a Canadian, on the Internet. He became invaluable to me over the next few months. He helped to answer my questions and concerns. I believe he was truly sent from God because the timing was too perfect.

Charles and I met when I was cruising the soc.religion.christian newsgroup. One day I posted this question: "In one hundred words or less, why are you a Christian instead of something else? Why do you believe? Please, no sermons. I've had quite enough. I just want to know why you believe what you do. Thank you."

As you might imagine, I got quite a few responses, some of them very long (I guess they didn't read the part about no sermons?), and some much more respectful of the length. Charles tried to be respectful, keeping his to 150 words. He gave me a clear, concise answer, but that wasn't what caused me to write him back. What caused that was a single line at the end of his e-mail, looking more like an afterthought than anything else, but still an honest question. "Out of curiosity, why are you a Pagan?" he asked. And I replied, and we just kept writing.

God Shows Up

A month after this, at the end of March, I went to a small Christian music concert held in the gymnasium at St. Mary's College in Moraga. It cost only $5 and was really nothing spectacular. Jesse Manibusan was opening for Margaret Becker. I have always loved Christian music and I wanted to buy a tape from Jesse (it couldn't be bought in a store.) That's one reason I went. But at the concert something happened that I will remember for the rest of my life. There I was, minding my own business, enjoying Jesse's music, when I became aware of this incredibly loving Presence that filled the room. After being taught a God that was mean, angry, and spiteful, this Presence of pure LOVE startled me. There was no way to reconcile it with what I had learned. I hated God, ran from Him. I had spent the last several years of my life doing that. Still, He came after me. While I am sure that the Presence was there because of the music and the love of the people, and not for me, there is no doubt in my mind that I was led there. It took me completely off guard, and when I got home that night and found myself alone in my room with my thoughts, I began to think about it, and I knew some things would have to change. It set me off on a month-long search for this God. During this time many small coincidences occurred, too many and too small to chronicle here, but more than enough to convince me that this God was real, powerful, and that He loved me. It is a scary thing to be chased by God, but exciting, too. You know you're safe and in good hands, but when you're currently worshiping other gods, you don't know which hands are the good ones anymore.

Let me just tell here a couple of the strange things that happened as God reached out for me. Days after the concert, with God very much on my mind, I was listening to a secular lite rock music station on my Walkman when the song "Right Here Waiting" came on. The chorus goes like this: "Wherever you go, whatever you do, I will be right here waiting for you. Whatever it takes, or how my heart breaks, I will be right here waiting for you." I felt God calling me through that song. It was Him singing to me, asking me to come to Him.

The following day I was listening to my Walkman again when I heard the beginning of a commercial. I couldn't tell you what they were selling, but these two sentences leapt out at my ears, "Are you listening? Do you hear it?" That's all I remember, but it was enough to get me to think of God. After all, how does one not listen to God?

A few days later, another song on the radio. The chorus went like this: "I loved you, you didn't feel the same. Though we're apart, you're in my heart. Give me one more chance to make it real." In those words I felt God asking me to seek Him one more time before throwing Him away. I felt Him tell me to stop running and just give in. Trust.

There is one other thing I wish to mention before moving on: two dreams I had, one just before I was saved, and one after. The differences in their tone is worth noting. First, some background and a clarification. The Satanist in the story below is just that_a Satanist. Satanism should not be confused with Wicca, as Wiccans do not worship Satan, and in fact, do not even believe in him. It is impossible to consciously worship something you do not believe in. Most Wiccans I knew (and still know) are wonderful, law-abiding folks who simply disagree with me in some key theological areas. They are not Satanists, and should not be confused with them. However, as a Christian I do feel that because Wicca does not acknowledge the God of the Bible, it is wrong and therefore evil, though Wiccans themselves are not conscious of this.

Ok, now on to the background of the dreams. I was attending college at the time, and in one of my classes was a Satanist, Jay. (I learned his name when we ended up having a few classes together over time and I would occasionally make small talk with him before class.) He was a nice guy, never acted untoward to me, but he freaked me out anyway. He missed a lot classes between the beginning of the year and the midterm, but after the midterm he began to show up more frequently, and instead of sitting in his usual place in the back, moved forward in the desks until, just after my conversion, he was sitting with me in the front row, just a few seats away. Even though he had never done anything to hurt me, his mere presence became a symbol of evil in my life.

Toward the end of April, about a week before my conversion, I had a dream. I had been thinking about God so much that my mind, overwhelmed with all that was happening, put my fears into symbolic form. I'm walking toward my college campus and it's night. A van pulls up and the Satanist guy from my class is driving. Suddenly, in the way dreams just "move," I find myself in the passenger seat of the van. There is no invitation on his part, and no acceptance on mine. I'm just suddenly there.

I ask him to let me out at the next block, but he just keeps driving, and soon we are away from the campus area. I crawl behind the front seats to the back of the van, but then I realize that no matter where I go, I'm still in the van with him. I realize I need to get out. I crawl back up front. I tell him that I'm a "white-light, fluffybunny" type Wiccan and this seems to turn him off.

But the scariest part of the dreams was when I asked him, "What do you want?" I will never forget his reply: "To get to know you better." I know it was only my own fears, that evil and good were duking it out over my soul, but it shook me up a bit. It took me an hour to get back to sleep, after I had written everything down.

About two weeks after my conversion, I had a second dream, markedly different in its mood. I'm working in the cafeteria (I worked part-time in the cafeteria at my college). I'm just starting my break and am in line at the taco bar to get some food. On the other side of the bar is Jay, also getting some food. He asks me if I would like to go to the movies with him and I tell him no. Right at that point, out of nowhere, a man who I took to be another student, speaks up and tells Jay to lay off me. Jay asks me if he is my boyfriend and I tell him no, wondering myself who he is. Jay and my mysterious "rescuer" exchange a couple more sentences that I don't catch. At the end, Jay tells the newcomer "You'd better be careful," and then he goes to sit down to eat. The new guy just sort of disappears. I couldn't tell you what happened to him. I go to a table away from Jay to eat my food.

Charles said that he thought my "mysterious rescuer" was him because he was praying for me, basically "standing in the gap," and that this sort of thing did not make Satan happy. Perhaps on a subconscious level I knew this and hence had the dream.

Visions and Prayers

There were many times over the month of April that I prayed to Jehovah, asking Him to help me. Toward the end of the month I reached the point where I told Him that, though I wasn't willing to follow Him, I was willing to become willing. Another time, about a week later, I asked Him to help me to love Him.

I prayed that I would get to know Him and learn about Him. I prayed that He would show me the way He wanted me to go, walk with me down it, and tell me what to do to serve Him. Often I "felt" Him listening and knew I was heard.

I knew that if I was going to get to know this God that I would have to learn to trust Him. And so I used a technique I'd learned as a Wiccan.

I visualized myself on one side of a doorway with the Goddess standing near me. Jesus stood on the other side of the open door. I remember saying to Him, "Give me one good reason I should follow You?" His response stopped me in my tracks: "Because I love you." Jesus kept reaching out for me, telling me to take His hand. No matter how hard I tried, I couldn't do it.

And then, one night in mid- to late April, it happened. I closed my eyes to do the visualization, and I could take His hand! I knew that He wanted me to step through the door as well, that stepping through the door was a sign of real trust, but it was a few more days until I was able to do that.

Once I had done that, I knew I was crossing a line, a line of trusting God, maybe only a little, but more than in years. He was patiently working with me, knowing that I could never ask Jesus into my heart if there wasn't at least some trust there, however small.

April of 1996 was the most difficult month for me with coincidences abounding. I felt God reaching out for me, and yet I kept shrinking back. Due to my interest in Christianity I was currently attending a class in Christian history at my college. The teacher believed in the hands-on approach, and one of our assignments was to go to some services and write a report. We had to attend Orthodox Lenten and Easter services, and a Catholic Easter service. So there I was, struggling with God very hard, and having to attend all these services. Don't tell me God doesn't have a sense of humor!

Acceptance

Finally, on May 3, 1996 at about 6:45 p.m., I called Charles and had him pray with me, and gave my life to Christ. But it wasn't during the prayer that I felt it. It was when I said, "I want Jesus in my heart" that I felt it. I had accepted Him. I was Christian. Me, the Witch, a Christian! Ironically, this was four years to the day of my dedication to the Pagan path--to the very day.

Later I discovered that Charles had had a strong feeling for half that day that he should pray for me, and that at the time of my phone call he had been, off and on, for about six hours.

Riding the Fence

Of course, I didn't stop my Wiccan activities right away. Soon after my conversion I attended a large Pagan festival in Northern California. I felt it may be my last Pagan "fling", so I went even though I knew God didn't want me to.

However, I didn't count on Him showing up.

Within a day and a half of arriving I was very confused. I realized later that going there was like walking into a spiritual battle without armor on, like Paul writes of in Ephesians 6. As a new Christian I was a target of the enemy, and here I was willingly walking onto the enemy's ground with no protection! I was so confused that I called Charles (all the way in Canada!) on a pay phone. He told me to talk to God. I said I didn't know if God would listen to me because I was being so bad. He assured me that God would hear. I agreed to think about it. Two or three hours later I went out behind the Meadow Building, sat under the oak tree, and began speaking to God out loud, not a prayer really, just talking. But He heard and He came.

I hadn't spoken two sentences when I sensed this Presence under the tree with me. As at the concert, it took me off guard. Unlike the concert, this was a completely personal experience. He was there for me, because I had called Him. I expected Him to be angry with me for doing something I knew He didn't want me to do, but He wasn't. Now I know that He meets each of us where we are and gives us exactly what we need. I needed understanding and compassion at that point, not judgment, and that's what He gave me.

But His presence made me angry. I didn't know what to say, and I wasn't going to repent. He was being too loving by coming to the festival, coming after me, so I told Him to go away. He refused, remaining near. I repeated the command. He still didn't move. Finally I had to get up and walk away. If He wouldn't leave, I would. He remained close for the rest of the festival, reminding me that He was there just waiting for me to call on Him, to come back. Needless to say, all this made a big impression on me. Later, an acquaintance of mine, Bruce, the man who later baptized me, told me He didn't go away because I had invited Him into my life when I gave myself to Him. He wasn't about to leave me alone.

Choosing Sides

I was baptized at the end of the summer, but not without having to first choose sides. Two days before it was to happen, Bruce discovered that I had not yet renounced Paganism. He told me he wouldn't baptize me unless I did. It was hard for him to tell me this, and hard for me to hear it, but it needed to be said. I am glad he put Christ and the Gospel before the comfort of either of us. He helped me to understand how important baptism is: How could I undergo a death and rebirth initiation ritual unless I really was dying to my old life? How could I be raised to new life in Christ if I was still holding onto and practicing the old ways?

I mention my baptism because it was an important turning point. I call it my "Joshua moment" because, like Israel with Joshua, I was being given a choice of whom to worship. I made the same choice they did, a conscious decision to worship only Jehovah. Giving my life to Him on May 3 was only the beginning, as I had not given up worshiping other gods. He worked with me and on me, patiently walking me to this decision point.

Results

Much has changed in my life since I accepted Christ. I have a sense of peace I never had before. Somehow this God puts to rest all the doubts that the Goddess never could. Even when I run from Him I know He still loves me and that someday I will be with Him in heaven. He answers the questions about this life, and the life to come. He tells me everything will be okay, and that He'll never abandon or forsake me. He shows justice tempered with love, which is mercy.

Directly after my conversion my relationship with my boss improved dramatically. Where once he threatened to "let me go" because of my bad attitude, he no longer spoke of this, and became downright friendly. My co-workers also mentioned how happy I seemed all the time. (Dancing with my mop as I clean the floor is not depressed behavior.) Other people have noticed that I complain less. I also worry less. I had a bad attitude and was irritable. The Goddess was not very helpful when I wanted to change these self-destructive behaviors. I was, in fact, unable to change no matter how hard I tried. With God, I didn't have to try. It just happened. The peace and joy He gives really is beyond all understanding, and one's attitude cannot help but change when bathed in this love.

Some people will tell you that Christianity and Wicca can be blended, that you don't have to give up one to practice the other. This is untrue. I tried to blend the two, but at every step the Holy Spirit told me I had to choose (Joshua 24:15).

I've naturally begun to re-evaluate who the Goddess is. I've noticed that there have been times when I was in life-and-death situations and called out to her, only to get no response. One situation occurred in January, 1996 when I was hit by a motorcycle as I crossed the street. In my pain and fear I called out to her. I received silence. She promised she'd never forsake me. She lied.

Conclusion

We worship a wonderful God! Who else than the God of the Bible, the only true God, Jehovah, could take an initiated Witch worshiping other gods and bring her to the Gospel light? What other God would bother? I deserved justice, and justice dictated that I continue to live, and eventually die, in the dark. But God, in order to show His mercy and magnify His glory, stooped down to me even though I had persecuted Him and blasphemed the very glory I should have worshipped.

I used to worship other gods; now I worship the one true God. Under Joshua's leadership, the Israelites were given a choice of whom to worship: "Choose for yourselves today whom you will serve" (Joshua 24:15). Joshua then told them who he would worship: "As for me and my house, we will serve the Lord" (24:15). And the Israelites chose the same: "Far be it from us that we should forsake the Lord to serve other gods" (24:16). Like Joshua and the Israelites, I too have chosen to follow the Lord, and Him alone.

This story doesn't have an end, as no story about one's life ends until that life comes to an end. I hope this helps or enlightens you in some way. May God bless you richly as you search for and walk with Him.



Victoria's homepage: http://newbirthlovesjesus.net

Email Victoria: newbirth@newbirthlovesjesus.net