Monday, July 6, 2009

Surat I Yohanes 4:4

Hai kamu, para pezinah! Tidakkah kamu tahu, bahwa persahabatan dengan dunia adalah permusuhan dengan Allah? Jadi barangsiapa hendak menjadi sahabat dunia ini, ia menjadikan dirinya musuh Allah.

Adulterers and adulteresses! Do you not know that friendship with the world is enmity with God? Whoever therefore wants to be a friend of the world makes himself an enemy of God.

3 comments:

Heng Rudy 王神應 / 王秋鑫 said...

saya memang tidak setuju dengan pezinah...

tapi
juga tidak setuju dengan surat yohanes yang ini(murid yesus atau yang membabtis dia yah??)...

kalo begitu gak usah makan lah... makanan kan tunbuh dari bumi tercinta??

berdoa jak minta di turunkan makanan dari langit ha ha ha...

jadi Allah juga punya musuh?
alah juga bisa membenci?

setahu saya yesus mengajarkan ajaran cinta kasih universal kepada semua (tidak ada letak kebencian, ketika seluruh hati hanya ada kasih??)

Anonymous said...

bodoh kau, heng rudy, maksudnya dari dunia itu adalah sifat2 duniawi/keduniaan/sekuler, sifat yang hanya menekankan pada hal2/barang2 duniawi yang fana.

ki joko said...

Surga dan Negara Syekh Siti Jenar

“anal jannatu wa nara katannalr al anna”, sering digunakan oleh Syekh Siti Jenar dalam menjelaskan hakikat surga dan neraka. Penulisan yg benar nampaknya adalah “inna al-janatu wa al-naru qath’un ‘an al-ana” (Sesungguhnya keberadaan surga dan neraka itu telah nyata adanya sejak sekarang atau di dunia ini). Sesungguhnya, menurut ajaran Islam pun, surga dan neraka itu tidaklah kekal. Yang menganggap kekal surga dan neraka itu adalah kalangan awam. Sesungguhnya mereka berdua wajib rusak dan binasa. Bagi Syekh Siti Jenar, surga atau neraka bukanlah tempat tertentu untuk memberikan pembalasan baik dan buruknya manusia. Surga neraka adalah perasaan roh di dunia, sebagai akibat dari keadaan dirinya yg belum dapat menyatu-tunggal dgn Allah. Sebab bagi manusia yg sudah memiliki ilmu kasampurnan, jelas bahwa ketika mengalami kematian dan melalui pintunya, ia kembali kepada Hidup Yang Agung, hidup yang tan kena kinaya ngapa (hidup sempurna abadi sebagai Sang Hidup). Yaitu sebagai puncak cita-cita dan tujuan manusia. Jadi, karena surga dan neraka itu ternyata juga makhluk, maka surga dan neraka tidaklah kekal, dan juga bukanlah tempat kembalinya manusia yang sesungguhnya. Sebab tidak mungkin makhluk akan kembali kepada makhluk, kecuali karena keadaan yang belum sempurna hidupnya. Oleh al-Qur’an sudah ditegaskan bahwa tempat kembalinya manusia hanya Allah, yang tidak lain adalah proses kemanunggalan ……ilaihi raji’un, ilaihi al-mashir………