Sunday, May 25, 2008

Tunjukkanlah Sikap Kasih Anda ( Rev. Kenneth E. Hagin )

Banyak orang senang mendengarkan ajaran tentang Iman, tetapi mereka tidak terlalu mempedulikan hidup dalam kasih Allah. Seringkali iman mereka terhalang untuk bekerja karena mereka kurang hidup di dalam kasih.

Kasih adalah kuasa dari iman.

Saya akan memberi contoh dari apa yang saya maksudkan. Anda dapat memiliki sebuah orkestra dengan alat-alat musik dan sound system, tetapi kalau anda tidak mempunyai tenaga listrik, maka suara alat musik itu tidak akan terdengar. Suaranya akan kurang berarti.

Demikian pula dengan iman dan pengakuan. Iman dan segala kebenaran yang sudah diakui mungkin sudah tepat, tetapi iman tidak akan bekerja bila tidak ada kuasa yang mengalirinya. Kasih Allah adalah kuasa iman.

Ada seorang wanita yang menjumpai saya beberapa tahun yang lalu.

Ia berkata,”Pak Hagin, saya ingin anda berjanji kepada saya.”

“Ya, apakah itu? Saya tidak mau berjanji sebelum anda mengatakan apa yang anda inginkan itu.”

Kemudian ia memperbaiki sikapnya dan mulai menangis sedikit. Katanya,

Saya seorang janda, dan saya memiliki seorang putra berumur 15 tahun. Ia tidak dibesarkan di gereja karena saya baru menjadi Kristen dalam 3 tahun terakhir ini. Ia sangat liar dan saya tidak dapat berbuat apa terhadap dia. Ia pergi larut malam sampai pukul 3 atau 4 pagi. Saya hanya dapat berbaring di tempat tidur untuk menantikan telepon berdering dan pihak berwenang memberitahu bahwa ia ditahan karena menggunakan obat-obat terlarang dan hal-hal lainnya. Saya ingin anda berjanji kepada saya bahwa anda akan berdoa baginya setiap hari.”

Saya berkata kepada ibu ini,”Saya tidak akan berbuat begitu! Saya tidak akan membuat janji seperti itu, karena kemungkinan saya tidak akan pernah ingat untuk berdoa baginya setiap hari.”

Yaah, kalau begitu, tolong doakan jika anda ingat akan permintaan saya ini.”

Saya berkata.”Saya bahkan tidak mau berdoa baginya sama sekali.”

Saya mengatakan itu untuk menarik perhatiannya. Ia memperhatikan saya sambil mengedip-ngedipkan matanya.

Anda tidak mau?” tanyanya.

“Tidak, saya tidak mau berdoa baginya sama sekali.”

Apakah Anda sama sekali tidak mau?

“Tidak, saya tidak mau.” Saya meneruskan,”Tidak ada gunanya saya mendoakan dia kalau ibu tetap seperti ini.”

Katanya,”Apa maksud Anda?

Saya menjawab,”Selama ibu tetap menyalahkan dia, doa saya tidak akan bermanfaat. Saya berani berkata, bahwa ibu selalu mengikuti dia, terus-menerus mendesak dia dengan ajaran agama dan berusaha menyodorkan Yesus kepadanya.”

Bagaimana anda tahu bahwa saya begitu?

“Dari cara yang dilakukannya,” saya berkata,”Anda telah membuat dia berpaling dari Allah. Nah, sekarang anda harus berjanji kepada saya, mulai sekarang, jangan mengatakan apapun tentang Yesus, dan jangan terus-menerus mengikutinya sepanjang waktu.”

Saya meneruskan,”Bahkan jangan mendorong-dorong dia untuk pergi ke gereja. Jangan berkata sedikitpun tentang agama, alkitab, gereja, Yesus, atau apapun juga. Namun tunjukkanlah sikap yang mengasihinya.”

Kemudian saya berkata lagi,”Dan bila ia pergi di malam hari, janganlah merebahkan diri di tempat tidur sambil mengkhawatirkan dia. Sebaliknya katakan,”Tuhan, saya membungkus dia dengan iman dan kasih.”

Anda lihat, iman tidak akan bekerja tanpa kasih. Wanita tersebut menonaktifkan imannya sendiri, sebab ia tidak hidup menurut kasih terhadap anak laki-lakinya itu. Ia hanya mengatakan hal-hal negatif tentang anaknya itu; ia tidak mengatakan apapun yang positif tentang anaknya itu, yang menunjukkan kasih Allah.

Saya berkata kepadanya,”Katakan saja, saya membungkus dia dengan iman dan kasih, saya percaya bahwa ia tidak akan masuk penjara. Saya percaya ia akan melayani Allah.”

Ia berkata,”Tapi saya tidak tahu apakah saya mempercayai hal tersebut atau tidak.”

Saya katakan,”Mulailah percaya! Dan kalau anda mulai mengatakan hal itu, akhirnya anda akan mulai mempercayainya. Kemudian tidurlah dan lupakan dia. Biarkan dia sendiri.”

Baiklah, saya akan melakukannya. Namun, anda bersedia mendoakan dia, bukan?

“Tidak, saya tidak akan berdoa baginya, andalah yang harus mendoakan dia.”

Anda perhatikan, masalah ibu ini adalah bahwa ia tidak mau menggunakan imannya. Kepercayaan, anggapan dan perkataannya yang keliru telah menghalangi imannya. Kasih adalah tindakan yang menggerakkan iman. Kasih memberi kuasa kepada iman.

Kira-kira, 15 bulan kemudian, saya kembali ke tempat itu untuk mengajar di suatu konvensi. Seorang wanita mendatangi saya setelah pelayanan usai. Ia berkata,

Apakah anda ingat saya?

Saya berkata,”Tidak bu, saya tidak ingat. Banyak orang yang saya jumpai.”

Baiklah, sekitar 15 bulan yang lalu, anda datang ke sini dan saya meminta anda untuk mendoakan putera saya setiap hari.

“Oh, saya ingat, namun saya tidak mengenal anda, anda tampak berbeda.” Sesungguhnya ia tampak jauh lebih muda dan manis.

Ia berkata,”Setelah itu saya pulang dan melakukan apa yang anda katakan. Saya mau berterus terang kepada anda, waktu itu, saran anda sukar untuk saya lakukan, tapi saya lakukan juga. Tahukah anda, apa yang terjadi?

“Apa?” kata saya.

Sekitar 6 bulan lalu, putera saya pulang jam 4 pagi setelah bermalam minggu, saya pun bangun pagi hari seperti biasanya dan menyiapkan makanan karena saya akan pergi ke sekolah minggu dan gereja. Anak saya pun dan sarapan pagi dengan saya, lalu berkata,’Bu, saya mau ikut ibu ke sekolah minggu dan gereja pagi ini.’ Di dalam hati saya ada sesuatu yang melonjak-lonjak. Namun diluarnya saya hanya berkata,”Nak, kamu baru saja pulang, kamu perlu istirahat, besok kamu harus pergi ke sekolah.”

Tidak,” katanya,’Aku mau ikut.’

Ibu itu berkata,”Saya bersikap seolah-olah saya tidak peduli, apakah ia mau ikut saya atau tidak, namun ia pergi juga ke gereja.”

Kemudian ia berkata,”Hari Sabtu malam berikutnya, hal yang sama terjadi kembali, dia pulang jam 4 pagi.” Namun keesokan harinya ia bangun dan sarapan pagi bersama saya. Kemudian ia berkata,”Bu, saya mau pergi ke sekolah minggu dan ke gereja pagi ini.

Saya berkata kepadanya,’Tetapi nak, kamu perlu berisitirahat, besok pagi kamu harus pergi ke sekolah.”

Tidak,’ katanya. ‘Saya ingin pergi.’ Maka pergilah ia ke gereja.”

Kemudian pada hari Minggu, malamnya, ia berkata,’Saya kira malam ini, saya mau ikut ibu ke gereja.’ Ia pergi ke gereja malam itu, dan ketika ada kesempatan altar call , ia pun maju dan diselamatkan.

Ibu itu berkata,”Ketahuilah, sebelum ia diselamatkan, ia 100% milik iblis, namun, setelah ia dilahirkan kembali, ia 120% untuk Allah, saya yakin ia akan menjadi seorang pendeta kelak.”

Ia menambahkan,”Saya sangat bergembira mendapatkan anak saya yang telah berubah. Saya gembira karena anda dulu menyarankan hal itu.” Kemudian ia mengucapkan terima kasih kepada saya, membalikkan tubuhnya dan pergi.

Namun, ia kembali dan berkata,”Anda tahu yang lain lagi? Bukan hanya saya mendapat anak yang baru, tetapi ia mendapatkan ibu yang baru juga.”

Ia berkata,”Anda tahu, saya tidak mengkhawatirkan dia lagi, saya belajar berdoa dengan iman dan hidup menurut kasih.”

Kadang-kadang saya hampir mencubit diri dan berkata,’Apakah ini benar-benar kamu? Karena sekarang saya berpikir dengan cara yang berbeda sama sekali.”


Kadang-kadang orang mengira mereka percaya kepada Allah, padahal sebenarnya iman mereka terhalang karena kurang mengasihi.
Sungguh, jika anda hidup di dalam kasih, anda akan mengalami perubahan yang besar. Bila anda hidup di dalam kasih, iman anda akan bekerja.

1 comment:

Anonymous said...

basi tor matilah kamu dgn ocehammu itu ayat : matius + ber 2 botol tuk nyiramin mayat lo kutbah aja di gereja jgn di internet nggak ada tempat apa jgn suka menyebarkan agama kpd orang yg tlh beragama bangsat matilahkau