Nama keluarga Ignatius adalah Theophorus, pembawa berita Allah, karena ia sering memberitakan nama Tuhan dan juruselamat di bibir dan kehidupannya. Ignatius percaya bahwa kehidupan manusia merupakan kematian yang berkelanjutan, Kristus yang disalibkan adalah satu-satunya dan seluruh cintaku.
Meskipun Ignatius menanggung kesengsaraan hebat, ia mendapatkan penghiburan dalam kebenaran Injil, "karena dunia membenci umat Kristen, maka Allah mencintai mereka."
Setelah mengetahui bahwa kekaisaran Trajan menaikkan syukur pada dewa-dewa di Anthiokia, dan mempersembahkan pengorbanan besar bagi mereka, Ignatius mencela mereka terang-terangan dalam bait suci.
Kaisar dengan sangat marah, mengirimnya ke Roma, untuk dihukum.
Selama perjalanan, ia memikirkan gigi binatang buas yang merobek-robek dirinya, namun bukan sebagai hal yang menakutkan, tetapi sebagai keinginan dirinya. Ia menulis pada jemaat di Roma, aku siap menghadapi binatang buas, yang siap melahapku sekarang!
Sekarang aku menjadi murid Kristus. Aku tidak memandang segala sesuatu, baik yang kelihatan maupun yang tidak kelihatan, yang membuat kagum dunia ini. Cukuplah bagiku jika aku ikut ambil bagian dalam Kristus.
Biarlah iblis dan orang-orang jahat menyakitiku dengan segala macam sakit dan penyiksaan dengan api, dengan salib, dengan bertarung melawan binatang buas, dengan tercerai berainya anggota tubuhku aku tidak terlalu menghargai semuanya itu karena aku menikmati Kristus.
Saat Ignatius dibawa dari Senat Roma menuju lobang singa, ia berulang kali mengulangi nama Yesus ketika berbicara dengan umat percaya. Ketika ditanya mengapa ia melakukan hal tersebut, ia menjawab Yesus yang kukasihi juru selamatku tertulis sangat dalam di hatiku sehingga aku merasa yakin jika hatiku dibelah dan dipotong-potong, maka nama Yesus akan ditemukan tertulis dalam setiap potongan tersebut.
Banyak orang berkumpul untuk menyaksikan kematian Ignatius. Ia dibawa ke tengah-tengah amphitheater. Dengan hati yang berani Ignatius menyampaikan sesuatu kepada mereka, "Aku adalah benih dari Tuhan. Aku digertak oleh gigi-gigi binatang buas supaya aku menjadi roti Kristus yang murni yang bagiku merupakan roti kehidupan." Segera setelah ia mengatakan hal tersebut, 2 singa lapar dibebaskan dari kandangnya dan merobek dan melahapnya meninggalkan sedikit sisa bahkan hanya sedikit tulangnya yang tersisa.
Demikianlah martir Yesus Kristus yang setia ini tertidur dan bergembira dalam Tuhan. Seperti Ignatius, banyak umat Kristen hari ini di negara terlarang di seluruh dunia menghadapi binatang buas setiap hari.
Bagi mereka binatang buas itu seperti orang-orangan sawah yang menyembunyikan bel makan malam untuk panen jiwa yang sudah matang. Seperti Ignatius, orang2 percaya ini melihat kehidupan mereka sebagai kematian yang berkelanjutan yang memberikan penghiburan dan harapan dalam kenyataan bahwa karena dunia membenci umat Kristen, maka Allah mencintai mereka.
Dunia kita semakin tidak aman bagi umat Kristen dan bagi gereja bahkan dalam negara bebas sekalipun. Mari kita membawa salib seperti Ignatius dan keluarga kita yang teraniaya di seluruh dunia dan berjalan melatih orang-orangan sawah dunia ini dan masuk dalam ladang penuaian hasil panen yang sudah matang.
Marilah kita seperti Ignatius berkata dengan yakin, bahwa jika hati kita dibelah dan dipotong-potong, maka nama Yesus akan ditemukan dalam potongan tersebut.
No comments:
Post a Comment