20-04-2007
Polisi Turki berhasil menangkap sepuluh tersangka peristiwa pembunuhan keji tiga pegawai percetakan injil di Malatya. Turki tenggara. Para korban ditemukan dengan leher tersayat dan diikat di kursi.
Kelompok kristen minoritas.
Para tersangka itu rata-rata berusia 20 tahun. Hanya itu pernyataan yang keluar dari polisi Turki. Akibatnya merebaklah isu-isu. Apakah benar kelompok Hezbollah Turki berada di belakang peristiwa itu? Tapi jangan dicampuradukkan dengan Hezbollah di Libanon. Gerakan itu berdiri tahun 80 an, dengan bantuan dinas keamanan negara untuk melawan gerakan nasionalis Kurdi. Apakah pembunuhan itu didalangi oleh kelompok fundamentalis atau dilakukan oleh perorangan.
Peristiwa berdarah itu tampaknya memang ditujukan untuk kelompok kristen minoritas. Hanya sekitar satu persen dari warga Turki beragama kristen. Barang siapa yang sudah sejak turun temurun memeluk agama kristen, secara umum tak ada yang perlu ditakutkan. Namun orang Islam yang masuk kristen, akan mendapat kesulitan. Menurut anggota parlemen Eropa dari GroenLinks sekaligus pengamat Turki, Joost Langendijk, saat ini Turki menggambarkan pembunuhan itu, sebagai akibat tidak diterimanya aktivitas misionaris di beberapa kalangan tertentu.
Joost Lagendijk: "Agama lain selain islam secara umum tidak terancam di Turki. Namun terdapat pula sikap paranoid terhadap orang yang mencoba mengkristenkan orang Islam."
Peranan pemerintah.
Dua dari tiga korban di percetakan injil itu adalah orang-orang yang beralih ke agama kristen. Dan orang ketiga adalah seorang warga Jerman. Sekitar 1000 misionaris aktif di seluruh Turki. Menurut Langedijk di Turki nampaknya banyak terjadi perpindahan agama. Sikap pemerintah Turki sangat menentukan dalam hal ini. Demikian analisa Lagendijk. Polisi tentu harus secara tuntas menyelidiki siapa dibalik tindakan provokasi itu. Secara bersamaan pemerintah akan menggunakan peristiwa itu untuk membasmi sikap paranoid terhadap para misionaris dan orang2 yang berpaling ke agama kristen.
Joost Lagendijk: "Pemerintah Turki harus menegaskan bahwa para misionaris dan orang-orang pindah agama itu harus merasa bebas. Orang boleh saja tidak suka, tapi ini tidak boleh menjadi alasan bertindak agresif terhadap orang lain atau malah membunuh mereka."
Kerusakan Citra.
Pesan itu menurut anggota parlemen Eropa tidak saja demi kepentingan Turki namun juga untuk negara lainnya. Turki ingin menjadi anggot Uni Eropa. Untuk memperbaiki citra di mata Eropa maka negeri itu menurut Lagendijk harus memperlihatkan bahwa negeri itu tidak menerima pembunuhan terhadap orang-orang yang masuk agama kristen.
1 comment:
Masih belum yakin
Post a Comment