Showing posts with label masuk kristen. Show all posts
Showing posts with label masuk kristen. Show all posts

Monday, May 5, 2014

Asmirandah dan Jonas Rivanno (Duet "Selidiki Aku")



Mengapa Asmirandah menjadi Kristen? ini menjadi pertanyaan banyak orang. Menurut kesaksian Asmirandah di Kelapa Gading, dia bermimpi sebanyak 3 kali. Dalam mimpinya, dia bertemu dengan Orang yang memakai Jubah Putih (Yesus) , Orang tersebut mengatakan : "Kalau kamu ikut Aku, kamu selamat dan masuk Surga". Orang dalam mimpinya tersebut juga mengatakan: "AKU-LAH: JALAN, KEBENARAN, dan KEHIDUPAN; tidak ada seorangpun yang datang kepada BAPA (Sorga) kalau tidak melalui AKU"

Asmirandah mencari perkataan yang di dengarnya dalam mimpi di kitab Al-Quran, namun Asmirandah tidak menemukan ayat tersebut. Dia kemudian bertanya kepada Jonas Rivanno, suaminya, Jonas mengatakan bahwa itu ayat ada di Alkitab. Ayatnya tertulis di Yohanes 14:6.

Wednesday, November 27, 2013

Muslim Suriah Masuk Kristen (Karim Shamsi Basha)

Seorang mantan penganut Muslim asal Suriah, Karim Shamsi-Basha, mengungkapkan kisahnya menjadi Kristen. Melalui bukunya yang berjudul "Paul and Me", Shamsi-Basha menceritakan bagaimana penyakit otak yang dideritanya telah membuatnya bertemu dengan Yesus.
Buku Paul and Me berisi kisah Shamsi-Basha saat ia koma hampir sebulan lamanya akibat penyakit aneurisma otak. Setelah dia mengalami pemulihan total, ahli bedah otak memberitahu dia bahwa sangat sedikit orang yang bisa pulih seperti yang dia alami. Sang ahli bedah berkata kepada Shamsi-Basha, "Kamu harus mencari tahu mengapa kamu bertahan hidup."
Sejak peristiwa itu itu, Shamsi-Basha bergumul menghabiskan hampir 20 tahun hidupnya untuk mencari tahu tentang Yesus dan mempelajari apa tujuan hidupnya. Kini Shamsi-Basha memiliki Visi hidup "Membagikan kasih Tuhan kepada orang-orang dan membuat mereka tahu bahwa Dia mencintai semua anak-anak-Nya."
Buku Paul and Me dirilis bulan Agustus 2013 lalu. Selain berisi perjalanan pribadi Shamsi-Basha sampai dia menemukan Tuhan, buku ini juga memuat beberapa sudut pandang teologi mengenai Paulus, mantan penganiaya orang Kristen yang akhirnya bertobat dalam perjalanan menuju Damaskus, kota kuno yang terletak di Suriah.
Shamsi-Basha lahir dan tumbuh besar di sebuah keluarga Muslim di Suriah. Dia dan keluarganya cukup toleran dengan berbagai agama dan kepercayaan. Dua orang sahabat Shamsi-Basha adalah penganut Kristen dan mereka sering melakukan diskusi seputar agama mereka masing-masing.
Tuhan memiliki cara-cara yang tak terhitung banyaknya untuk membawa manusia berdosa datang kepada-Nya. Dia bisa memakai penyakit, keberhasilan, musibah, atau orang-orang di sekitar kita supaya kita bisa mengenal Dia, Sang Juruselamat Agung. Problem selanjutnya adalah pilihan kita sendiri: apakah kita bersedia membuka pintu hati dan membiarkan Dia masuk ke dalamnya? Atau, menolak Dia dan berupaya mencari jalan-jalan lain menuju keselamatan?

Thursday, January 10, 2008

BUDHA MASUK KRISTEN (Athet Pyan Shinthaw Paulu - Mantan Rahib Budha di Myanmar)

Halo, nama saya Athet Pyan Shinthaw Paulu. Saya dari negara Myanmar. Saya ingin berbagi dengan anda kesaksian saya ini tentang apa yang terjadi pada saya, tetapi sebelumnya saya ingin menceritakan sedikit latar belakang saya sejak saya kecil. Saya dilahirkan tahun 1958 di kota Bogale, di daerah delta Irrawaddy Myanmar selatan (dahulu Burma). Orang tua saya penganut agama Budha yang beriman (taat) seperti kebanyakan orang di Myanmar, memanggil saya si Thitphin (yg artinya pohon). Kehidupan di mana saya bertumbuh sangat sederhana.

Pada umur 13 tahun saya keluar sekolah dan mulai bekerja di perahu nelayan. Kami menangkap ikan juga udang di beberapa sungai besar dan kecil di daerah Irrawaddy. Pada umur 16 saya jadi pemimpin perahu. Saat itu saya tinggal di utara pulau Mainmahlagyon (Mainmahlagyon artinya pulau wanita cantik), di bagian utara Bogale dimana saya dilahirkan. Tempat ini kira kira 100 mil barat daya Yangoon (Rangoon) ibu kota negara kami.

Suatu hari waktu saya berumur 17 tahun, kami menangkap banyak sekali ikan dalam jala kami. Saking banyaknya ikan yang kami tangkap, seekor buaya besar tertarik perhatiannya. Buaya itu mengikuti perahu kami dan mencoba menyerang kami. Kami jadi ketakutan sehingga dengan panik kami mendayung perahu kami menuju tepian sungai secepatnya. Buaya itu mengikuti kami dan menyerang perahu kami dengan ekornya.Walaupun tidak ada yang mati dalam kejadian ini, serangan itu mempengaruhi kehidupan saya. Saya tidak mau lagi menangkap ikan. Perahu kecil kami tenggelam kena serangan buaya itu. Malam itu kami pulang ke kampung naik perahu tumpangan. Tak lama sesudah itu, bos ayah saya memindahkan ayah saya ke kota Yangoon (sebelum disebut Rangoon).

Pada umur 18 saya dikirim kesebuah biara menjadi Rahib muda. Kebanyakan orang tua di Myanmar berusaha mengirimkan anak laki-laki mereka ke biara Budha, setidaknya satu kali, karena merupakan suatu kehormatan mempunyai anak laki-laki melayani dengan cara ini. Kami telah mengikuti adat ini ratusan tahun. Seorang murid yang bersemangat Pada saat saya mencapai umur 19 tahun 3 bulan (thn 1977) saya jadi Rahib. Rahib atasan saya di biara itu memberi saya sebuah nama Budha baru yang sudah menjadi adat/kebiasaan di negara saya. Saya dipanggil U Nata Pannita Ashinthuriya. Pada waktu kami menjadi Rahib kami tidak lagi menggunakan nama yang diberikan orang tua pada waktu lahir.

Biara tempat saya tinggal disebut Mandlay Kyaikasan Kyaing. Nama Rahib kepala ialah U Zadila Kyar Ni Kan Sayadaw (U Zadila adalah gelar). Dia Rahib yang sangat terkenal di seluruh Myanmar pada waktu itu. Setiap orang tahu siapa dia.

Dia sangat dihargai oleh orang-orang dan disegani sebagai guru besar. Saya katakan dulu karena pada tahun 1983 dia tiba-tiba mati dalam kecelakaan mobil yang fatal. Kematiannya mengejutkan semua orang. Saat itu saya sudah 6 tahun jadi Rahib. Saya berusaha jadi Rahib terbaik dan mengikuti semua ajaran Budha. Pada suatu tingkat tertentu saya pindah ke sebuah kuburan yang kemudian saya tinggali dan bermeditasi secara kontinyu. Beberapa Rahib yang sungguh-sungguh mengikuti kebenaran Budha melakukan hal yang saya lakukan ini. Beberapa bahkan pindah ke hutan dimana mereka hidup menyangkal diri dan miskin. Saya cari penyangkalan diri, fikiran dan keinginan, untuk menghindari penyakit dan penderitaan dan membebaskan diri dari kehidupan duniawi. Di kuburan saya tidak takut setan, saya berusaha untuk mencapai kadamaian batin dan sadar diri sampai sampai bila ada nyamuk hinggap ditangan saya membiarkannya menggigit tangan saya dari pada mengusirnya. Bertahun-tahun saya berusaha untuk jadi Rahib terbaik dan tidak menyakiti mahluk hidup.

Saya belajar pelajaran Budha suci ini seperti semua nenek moyang kami lakukan sebelum saya. Kehidupan saya sebagai Rahib berjalan terus sampai suatu waktu saya menderita sakit keras. Saya ada di Mandalay waktu itu dan harus dibawa ke rumah sakit untuk perawatan. Dokter melakukan beberapa pengecekan pada saya dan memberitahu saya bahwa saya terjangkit penyakit kuning dan malaria bersamaan. Sesudah sebulan di rumah sakit saya malah makin gawat. Dokter memberi tahu saya bahwa tak ada harapan sembuh untuk saya dan mengeluarkan saya dari rumah sakit untuk mempersiapkan kematian. Inilah penjelasan singkat masa lalu saya.

Sekarang saya ingin menceritakan beberapa hal luar biasa yang terjadi pada diri saya sesudahnya. Penglihatan Yang Mengubah Hidup Saya Selamanya Sesudah saya dikeluarkan dari rumah sakit saya kembali ke tempat di mana para Rahib yang lain mengurus saya. Saya makin hari makin lemah dan makin susut karena badan busuk dan bau kematian, dan akhrinya jantung saya berhenti berdenyut. Tubuh saya dipersiapkan untuk kremasi dan melalui tata cara pemurnian agama Budha. Walaupun tubuh saya mati tapi saya ingat dan sadar dalam fikiran dan roh saya. Saya ada dalam badai besar. Angin kencang meniup seluruh daratan sampai tidak ada pohon atau apapun yang berdiri, semua rata, saya berjalan sangat cepat di jalan rata itu untuk beberapa lama.

Tak ada orang lain, hanya saya sendiri, kemudian saya menyeberang sebuah sungai. Di seberang sungai itu saya melihat danau api yang sangat sangat besar. Dalam agama Budha kami tidak ada gambaran tempat seperti ini. Pada mulanya saya bingung dan tak tahu bahwa itu adalah neraka sampai saya lihat Yama, raja neraka (Yama adalah nama untuk raja neraka dalam kebudayaan Asia) mukanya seperti singa, badannya seperti singa , tetapi kakinya seperti seekor naga (roh naga). Dia mempunyai beberapa tanduk di kepalanya. Wajahnya sangat mengerikan dan saya sangat ketakutan. Dengan gemetar, saya tanya namanya. Dia jawab "Saya adalah raja neraka, si Perusak!" Danau Api Yang Sangat Mengerikan Raja neraka memberi tahu saya untuk melihat ke danau api itu.

Saya memandang dan melihat jubah warna kunyit yang biasa dipakai rahib Budha di Myanmar. Saya memandang dan melihat kepala gundul seorang laki-laki. Waktu saya lihat wajah orang itu saya mengenalinya sebagai U Zadila Kyar Ni Kan Sayadaw (rahib terkenal yang mati kecelakaan mobil tahun 1983). Saya tanya raja neraka mengapa pemimpin saya, diikat dalam danau penyiksaan ini. Saya tanya "Mengapa dia ada dalam danau api ini? Dia seorang guru yang baik." Dia bahkan mempunyai kaset pengajaran yang berjudul 'Apakah anda manusia atau anjing?' Yang sudah membantu ribuan orang mengerti bahwa sebagai manusia sangat berharga jauh dibandingkan binatang. Raja neraka itu menjawab, "Betul, dia seorang guru yang baik, tetapi dia tidak percaya pada Yesus Kristus.

Itulah sebabnya dia ada di neraka." Saya diberi tahu untuk melihat orang lain yang ada di dalam api itu. Saya lihat seorang laki-laki dengan rambut panjang dililitkan dibagian kiri kepalanya. Dia juga mengenakan jubah. Saya tanya raja neraka "Siapa orang itu?" Dia menjawab, "Inilah yang kau sembah, Gautama (Budha)". Saya sangat terganggu melihat Gautama di neraka. Saya protes, "Gautama orang baik, mempunyai karakter moral yang baik, mengapa dia menderita di dalam danau api ini?" Raja neraka menjawab saya "Tak peduli bagaimana baiknya dia. Ia ada di tempat ini karena dia tidak percaya pada Allah yang kekal" Saya kemudian melihat seorang yang lain yang tampaknya memakai seragam tentara.

Dia terluka di dada-nya. Saya tanya "Siapa dia?" Raja neraka berkata "Ini Aung San, pemimpin revolusi Myanmar ". Saya kemudian diberi tahu, "Aung San di sini karena dia menyiksa dan membunuh orang-orang Kristen, tapi terutama karena dia tidak percaya Yesus Kristus." Di Myanmar ada pepatah, "Tentara tak pernah mati, hidup terus." Saya diberitahu bahwa tentara neraka mempunyai pepatah "Tentara tak pernah mati, tapi ke neraka selamanya."

Lalu saya amati dan melihat orang lain di danau api itu. Dia orang yang sangat tinggi dan memakai baju baja militer. Dia juga menyandang pedang dan perisai. Orang ini terluka di dahinya. Orang ini lebih tinggi dari siapapun yang pernah saya lihat. Saya bingung karena saya tidak tahu siapa itu Goliath dan Daud. Raja neraka berkata, "Goliath tercatat di Alkitab orang Kristen. Kamu tidak tahu dia sekarang, tapi kalau kamu jadi Kristen, kamu akan tahu siapa dia.

Lalu saya dibawa ke sebuah tempat di mana saya lihat orang kaya dan miskin menyiapkan makan malam mereka. Saya tanya "siapa yang memasak makanan untuk orang-orang itu?" Raja itu menjawab "Yang miskin harus menyiapkan makanan mereka, tapi yang kaya menyuruh yang lain untuk memasak untuk mereka."

Ketika makanan sudah tersedia untuk yang kaya, mereka duduk untuk makan. Segera setelah mereka mulai makan asap tebal keluar. Yang kaya makan secepat sebisa mereka agar mereka tidak pingsan. Mereka berusaha keras untuk dapat bernafas karena asap itu. Mereka harus makan cepat-cepat karena mereka takut kehilangan uang mereka. Uang mereka adalah tuhan mereka. Seorang raja yang lain kemudian datang pada saya. Saya juga melihat satu mahluk yang kerjanya menjaga api di bawah danau api agar tetap panas. Mahluk ini bertanya pada saya "Apa kamu juga akan masuk ke danau api ini?" Saya jawab, "Tidak! saya di sini untuk hanya mengamati!" Bentuk mahluk yang menjaga api itu sangat menakutkan.

Dia punya 10 tanduk dikepalanya dan sebatang tombak di tangannya yang pada ujungnya ada 7 pisau tajam. Mahluk ini berkata "Kamu betul, kamu datang ke sini hanya untuk mengamati. Saya tak temukan namamu disini". Katanya "Kamu harus kembali dari mana kamu datang tadi" Dia menunjukan arah pada saya tempat terpencil rata yang saya lewati sebelumnya waktu datang ke danau api ini. Keputusan Untuk Memilih Jalan Saya jalan cukup lama, sampai saya berdarah. Saya sangat kepanasan dan kesakitan. Akhirnya setelah berjalan sekitar 3 jam saya sampai di sebuah jalan yang lebar. Saya berjalan sepanjang jalan ini beberapa lama sampai menemukan persimpangan.

Satu jalan arah kiri, lebar. Jalan yang lebih kecil menuju ke sebelah kanan. Ada tanda disimpang itu yang berbunyi jalan kiri untuk mereka yang tidak percaya pada Tuhan Yesus Kristus, jalan yang lebih kecil menuju ke kanan untuk yang percaya Yesus. Saya tertarik melihat ke mana tujuan jalan yang lebih besar itu, jadi saya mulai melaluinya.Ada 2 orang berjalan kira-kira 300 yard di depan saya. Saya coba mengejar mereka agar dapat jalan bersama, tetapi sekerasnya saya coba tak dapat mengejar mereka, jadi saya putar balik dan kembali ke simpang jalan tadi.

Saya terus perhatikan kedua orang yang berjalan tadi. Waktu mereka mencapai ujung jalan tiba-tiba mereka ditikam. Kedua orang itu berteriak sangat kesakitan. Saya juga menjerit keras waktu melihat apa yang terjadi pada mereka Saya sadar akhir dari jalan yang lebih lebar sangat berbahaya untuk mereka yang menjalaninya. Melihat Surga Saya mulai melangkah ke jalan Orang Percaya. Sesudah berjalan sekitar 1 jam, permukaan jalan berubah jadi emas murni.

Sungguh murni sampai-sampai waktu saya lihat kebawah saya dapat melihat bayangan saya dengan sempurna. Kemudian saya lihat seseorang berdiri di depan saya. Dia memakai jubah putih. Saya juga mendengar nyanyian merdu. Oh, alangkah indah dan murninya! Sangat jauh lebih baik dan berarti dibandingkan penyembahan yang kita dengar di gereja manapun di dunia. Orang berjubah tersebut meminta saya berjalan bersamanya. Saya bertanya padanya, "Siapakah namamu?" tetapi dia tidak menjawabnya. Baru sesudah saya tanya dia 6 kali orang itu menjawab, "Saya yang memegang kunci ke surga. Surga tempat yang sangat sangat indah. Kamu tak dapat pergi ke sana sekarang tetapi kalau kamu mengikuti Yesus Kristus kamu dapat pergi ke sana sesudah hidupmu selesai di bumi". Orang itu bernama Petrus.

Petrus kemudian meminta saya untuk duduk dan menunjukkan pada saya sebuah tempat di sebelah utara. Petrus berkata, "Lihat ke utara dan lihatlah Allah menciptakan manusia". Saya melihat Allah kekal di kejauhan. Allah berkata pada seorang malaikat, "Mari kita ciptakan manusia." Malaikat itu memohon pada Allah dan berkata, "Jangan menciptakan manusia. Dia akan berbuat dosa dan mendukakan Engkau." (dalam bahasa asli Burma berarti: "Dia akan mempermalukan Engkau") Tetapi Allah tetap menciptakan manusia. Allah meniupkan nafasNya dan manusia itu hidup.

Dia memberi nama orang itu "Adam". (catatan: agama Budha tidak percaya penciptaan dunia atau manusia sehingga pengalaman ini sangat besar pengaruhnya pada rahib itu). Dikembalikan Dengan Nama Baru Kemudian Petrus berkata, "Sekarang bangunlah dan kembalilah melalui jalan di mana engkau datang. Katakan pada orang-orang yang menyembah Budha dan menyembah berhala. Beri tahu mereka bahwa mereka akan pergi ke neraka bila mereka tidak berubah.

Mereka yang membangun kuil/kelenteng dan berhala juga akan ke neraka. Mereka yang yang memberikan persembahan pada para rahib untuk mendapatkan jasa untuk mereka sendiri juga akan ke neraka. Mereka yang menyembah rahib dan memanggil mereka "Pra" (gelar kehormatan bagi rahib) akan ke neraka. Mereka yang menyanyi dan memberikan hidupnya untuk berhala akan ke neraka. Mereka yang tidak percaya Yesus Kristus akan ke neraka. Petrus memberi tahu saya untuk kembali ke bumi dan bersaksi tentang semua apa yang telah saya lihat. Dia juga berkata, 'Kamu harus bicara dengan nama yang baru.

Sejak saat ini kamu harus dipanggil Athet Pyan Shinthaw Paulu (Paulus yang kembali hidup). Saya tidak mau kembali. Saya ingin tinggal di surga. Seorang kemudian malaikat membuka sebuah buku. Pertama-tama mereka mencari nama masa kecilku (Thitpin) dalam buku, tapi mereka tak menemukannya. Kemudian mereka mencari nama yang diberikan pada saya waktu masuk agama Budha (U Nata Pannita Ashinthuriya), tapi juga tidak tertulis disitu. Kemudian Petrus berkata, "Namamu tidak tertulis di sini, kamu harus kembali dan bersaksi tentang Yesus pada orang-orang yang beragama Budha." Saya berjalan kembali melalui jalan emas. Saya dengar lagi nyanyian yang merdu, yang tak pernah saya dengar sebelumnya. Petrus berjalan dengan saya sampai saatnya saya kembali ke bumi. Dia menunjukkan pada saya tangga untuk kembali ke bumi antara surga dan langit. Tangga itu tidak sampai ke bumi, tetapi berhenti di udara. Pada saat di tangga saya lihat banyak sekali malaikat, ada yang naik ke surga dan ada yang turun ke tangga. Mereka sangat sibuk. Saya tanya Petrus, "Siapakah mereka?". Peter menjawab, "Mereka pesuruh Tuhan. Mereka melaporkan ke surga nama-nama mereka yang percaya Yesus Kristus dan nama-nama mereka yang tidak percaya." Peter kemudian memberi tahu saya, sudah waktunya untuk kembali.

Tiba-tiba saya mendengar sebuah tangisan. Saya dengar ibu saya sedang menangis, "Anakku, mengapa engkau meninggalkan kami sekarang?" Saya juga mendengar orang-orang lain menangis. Saya kemudian sadar saya sedang terbujur dalam sebuah peti. Saya mulai bergerak. Ibu dan ayahku berteriak, "Dia hidup, dia hidup!" Orang lain yang agak jauh tidak percaya. Kemudian saya taruh tangan saya di kedua sisi peti itu dan duduk tegak. Banyak orang ketakutan. Mereka menjerit, "Hantu!" dan berlari secepat kaki mereka membawanya. Mereka yang tertinggal, diam dan bergemetaran. Saya merasakan saya sedang duduk dalam cairan yang tak sedap baunya, cairan tubuh, cukup banyak untuk dapat mengisi 3,5 gelas. Itu adalah cairan yang keluar dari perut dan bagian dalam tubuhku ketika tubuhku terbujur di dalam peti mati. Inilah sebabnya orang tahu bahwa saya sudah betul-betul mati. Di dalam peti mati ini ada semacam lembaran plastik yang ditempelkan pada kayu peti. Lembaran plastik ini untuk menampung cairan yang keluar dari mayat, karena tubuh orang meninggal banyak mengeluarkan cairan seperti yang saya alami. Saya diberi tahu kemudian bahwa hanya beberapa saat lagi saya dikremasi dalam api. Di Myanmar orang mati dimasukan kedalam peti mati, tutupnya kemudian dipaku, dan kemudian dibakar. Ketika saya kembali hidup, ibu dan ayahku sedang melihat tubuhku untuk terakhir kalinya. Sesaat lagi tutup peti akan segera dipaku dan saya akan dikremasikan. Saya segera mulai menjelaskan hal-hal yang saya lihat dan dengar. Orang-orang merasa heran. Saya ceritakan orang-orang yang saya lihat di dalam danau api itu, dan memberi tahu hanya orang Kristen yang tahu kebenaran, bahwa nenek moyang kita dan kita sudah tertipu ribuan tahun! Saya beri tahu mereka segala sesuatu yang kita percayai adalah kebohongan. Orang-orang merasa heran sebab mereka tahu rahib macam apa saya dan bagaimana bersemangatnya saya dalam pengajaran Budha. Di Myanmar ketika seseorang meninggal, namanya dan umurnya ditulis disamping peti mati. Ketika seorang rahib meninggal, namanya, umurnya dan masa pelayanannya sebagai rahib dituliskan di samping peti mati. Saya sudah ditulis mati tetapi seperti yang anda lihat, sekarang saya hidup!


---------------------------------------------------------------------------------

(Penutup)

Sejak "Paul yang kembali hidup" mengalami kisah di atas dia tetap menjadi saksi yang setia kepada Yesus Kristus. Para Gembala di Burma mengabarkan bahwa dia sudah membawa ratusan rahib lain untuk beriman kepada Yesus. Kesaksiannya jelas sekali tak berkompromi. Oleh sebab itu, pesan dia telah menyakitkan banyak orang yang tidak dapat menerima hanya ada satu jalan ke surga, Yesus Kristus. Walaupun menghadapi penolakan yang sangat besar, pengalamannya sungguh nyata sehingga ia pernah ragu maupun bimbang. Setelah sekian tahun dalam lingkungan biara Budha, sebagai pengikut ajaran Budha yang setia, beralih menyatakan Injil Kristus sesudah kebangkitannya dari mati dan mendesak rahib yang lain untuk meninggalkan semua dewa-dewa palsu dan menjadi pengikut Yesus dengan sepenuh hati. Sebelum sakit dan matinya dia tidak punya pengetahuan sedikitpun tentang ke-Kristenan. Semua yang dia dapatkan selama 3 hari dalam kematian adalah baru dalam fikirannya. Dalam mengabarkan pesannya sebanyak mungkin pada orang-orang. Lazarus modern ini mulai membagikan audio dan video kaset mengenai kisahnya. Polisi serta pihak berwenang di Myanmar sudah berusaha sekuatnya untuk mengumpulkan kaset-kaset ini dan memusnahkannya. Kesaksian yang baru saja anda baca adalah salah satu terjemahan dari kaset itu. Kami diberi tahu bahwa sekarang sangat berbahaya bagi warga Myanmar untuk memiliki kaset ini. Kesaksiannya yang tak kenal takut telah membuatnya dipenjara, di mana yang berwenang telah gagal menawarkan dia untuk bungkam. Sesudah dilepaskan dia terus bersaksi tentang apa yang dia lihat dan dengar. Keberadaannya sekarang tidak jelas. Seorang nara sumber di Burma mengatakan bahwa dia di penjara dan bahkan mungkin sudah dibunuh, sumber lain mengabarkan bahwa dia sudah dilepaskan dari penjara dan sedang meneruskan pelayanannya.

Wednesday, January 2, 2008

Muslim masuk Kristen (Zahid-Pakistan)

"Saat kalian menangkap para kafir itu, pukuli mereka! Allah akan senang," Zahid memberi mereka semangat. Kerumunan yang terdiri dari pria-pria muda, kaum muda dari rumah ibadahnya, mengayunkan tongkat dan pipa besi dan bersorak dalam kesepakatan. Ia merasa dalam keadaan baik-baik saja sebagai seorang petinggi agama yang masih muda. Dan ia merasa orang tuanya akan bangga. Dalam beberapa menit, ia dan teman-temannya menyisiri jalan-jalan desa dan mencari orang-orang Kristen untuk dijebak.

Zahid memiliki garis keturunan yang membanggakan di Pakistan. Ayah dan abangnya merupakan petinggi agama dan Zahid telah mengikuti jejak mereka. Setelah ditugaskan di rumah ibadahnya untuk pertama kalinya, kebencian Zahid terhadap orang Kristen mulai tampak dan ia mulai mengumpulkan para pengikutnya untuk menentang mereka.

Pemerintahannya makin lama makin terpengaruh oleh salah satu hukum agama yang menuntut kematian bagi siapa pun yang didapati bersalah karena penghujatan atas nabi dan kitab suci mereka. Saat kegilaan mereka memuncak, Zahid memimpin kelompoknya ke jalan-jalan, dan tidak diperlukan waktu yang lama sampai mereka menemukan sekelompok orang Kristen muda untuk diserang, pada saat dikejar salah satu dari antara mereka menjatuhkan Alkitabnya.

Seorang anggota kelompok Zahid memungut Alkitabnya dan membukanya untuk merobek-robek halamannya. Zahid senantiasa memberitahu para pengikutnya untuk membakar semua Alkitab yang telah mereka kumpulkan. Tetapi kali ini Zahid merasakan keinginan yang aneh untuk menyimpan dan mempelajarinya serta mencari kesalahan-kesalahan yang ada di dalamnya.

Zahid melaporkan dalam kata-katanya sendiri apa yang terjadi karena menyimpan Alkitab itu: "Aku sedang membaca Alkitab, mencari kontradiksi - kontradiksi yang dapat kugunakan melawan iman Kristen. Tiba-tiba, sinar yang terang benderang muncul di kamarku dan aku mendengar sebuah suara memanggil namaku. Cahaya itu demikian terang, ia menerangi seluruh kamar. Suara itu bertanya, `Zahid, mengapa engkau menganiaya Aku?` Aku ketakutan. Aku tak tahu apa yang baru dilakukan. Kupikir aku sedang bermimpi. Aku bertanya, `Siapakah engkau?` Aku mendengar, `Akulah Jalan, Kebenaran, dan Hidup.` Selama tiga hari berikutnya cahaya dan suara itu kembali. Akhirnya, pada malam keempat, aku berlutut dan menerima YESUS sebagai Juru Selamatku."

Kebencian Zahid tiba-tiba lenyap. Ia ingin membagikan Yesus kepada siapa pun yang ia kenal. Ia pergi kepada anggota-anggota keluarganya dan mereka yang berada di rumah ibadah dan memberitahukan apa yang telah terjadi kepadanya selama empat malam terakhir kepada mereka. Keluarga dan teman-temannya berbalik menentangnya, ia ditangkap oleh yang berwajib. Berdasarkan ajaran agamanya terdahulu, Zahid kini dianggap sebagai orang yang murtad, seorang pengkhianat bagi agama, dan dianggap seorang penjahat.

Zahid ditempatkan di dalam penjara selama dua tahun, dia disiksa berulang-ulang. Satu waktu, mereka mencabut kuku-kukunya dalam upaya mematahkan imannya; mereka mengikat rambutnya pada kipas angin di langit-langit dan membiarkannya tergantung di sana. "Walaupun aku menderita amat hebat dalam tangan penangkap-penangkapku, aku tidak menyimpan kepahitan terhadap mereka. Aku juga pernah membenci orang-orang Kristen. Menurut hukum agamaku dulu, aku harus dieksekusi dengan cara digantung."

"Mereka berusaha memaksaku untuk menarik kembali imanku dari Yesus. Tetapi aku tidak dapat menyangkal Yesus. Nabi agamaku dulu tidak pernah mengunjungiku; Yesus pernah dan aku tahu bahwa Dia adalah kebenaran. Aku hanya berdoa bagi para penjaga, berharap bahwa mereka juga akan mengenal Yesus."

Pada hari Zahid akan digantung, ia tidak takut akan kematian saat mereka datang untuk membawanya dari sel. Bahkan saat mereka menempatkan jeratan di sekeliling lehernya, Zahid berkhotbah mengenai Yesus kepada para penjaga dan pengeksekusinya. Ia ingin agar nafas-nafas terakhirnya di bumi dipergunakan untuk memberitakan kepada rekan-rekan bahwa Yesus adalah "jalan, kebenaran, dan hidup". Zahid berdiri dengan siap untuk menghadap Juruselamatnya.

Tiba-tiba, suara-suara keras terdengar di ruangan luar. Para penjaga bergegas memberitahu bahwa persidangan telah mengeluarkan perintah untuk membebaskan Zahid, menyatakan bahwa tidak terdapat cukup bukti untuk mengeksekusinya. Hingga hari ini, tak seorang pun tahu mengapa Zahid tiba-tiba diizinkan untuk pergi dengan bebas.

Zahid mengganti namanya menjadi Lazarus, merasa bahwa ia pun telah dibangkitkan dari kematian. Ia berkelana ke desa-desa di sekitar rumahnya menyaksikan kelepasannya yang ajaib dari kematian. Mereka melihat kesungguhan Zahid dan menerimanya ke dalam keluarga besar Kristen.

Tuesday, November 6, 2007

Kebenaran Sejati - Hindu Masuk Kristen ( Mohan Jhass )

Mohan Jhass terlahir dengan keberuntungan besar dalam sistem kasta India. Keluarganya termasuk dalam kasta Brahmana, dan Mohan adalah anak sulung. Hal ini berarti bahwa ia diizinkan -- dan sangat diharapkan -- untuk menjadi seorang pendeta Hindu.

"Jika Anda lahir dalam suatu sistem keagamaan, dalam sebuah kasta, Anda mengerjakan apa yang dilakukan keluarga. Anda tidak dapat memilih profesi atau cara hidup sendiri," kata Mohan. "Meskipun saya berkelimpahan secara finansial, memunyai rumah besar, keluarga besar, kekayaan orang tua, hak untuk menjadi pendeta Hindu -- saya memiliki semuanya itu, namun masih ada sesuatu dalam diri saya yang berkata, "`Itu belum cukup.` Ada sesuatu tentang Allah yang lebih daripada yang saya ketahui."

Sejak berusia tiga tahun, Mohan telah memulai pelatihan kependetaannya. Ia belajar disiplin yang ekstra ketat dan banyak keahlian. Meskipun ia masih anak-anak, sudah banyak pertanyaan yang mengganggu pikirannya. "Salah satu dari pertanyaan tersebut adalah saya sering bertanya kepada guru saya, `Guru, kapankah saya akan mendapat kedamaian?` dan para guru akan selalu berkata, `Saat kamu dewasa nanti.`"

Ketika mencapai usia remaja, ia masih juga belum mendapat jawaban. "`Guru, saya masih belum merasakan kedamaian. Kapankah saya akan mendapatkannya?` Saat itu saya berusia sekitar lima belas tahun," kata Mohan. "Guru saya pada waktu itu sudah berusia sembilan puluh tahun. Pada saat itu, ia mengatakan kepada saya bahwa ia pun belum pernah merasakan kedamaian. Mereka sering mengatakan dan menggunakan kata damai, tetapi mereka tidak mengetahui apa artinya."

Meskipun sedang bermasalah, Mohan tetap melanjutkan pelatihannya selama dua tahun. Kemudian seorang misionaris Amerika datang berkunjung ke puranya. Nama misionaris itu adalah Herb. Mohan ditugaskan untuk menjelaskan ajaran Hindu kepada Herb. "Herb ingin mengetahui banyak hal dan saya dengan sangat bangga menceritakan evolusi ajaran Hindu padanya," kata Mohan. "Saya ceritakan dari mana asalnya ajaran ini dan bagaimana saya bisa memercayainya. Saya ingin selalu bersama Herb untuk melatih kemampuan saya dalam berbahasa Inggris. Saat bersama Herb, saya melihat bahwa ia memiliki sesuatu yang berbeda."

Mohan tidak dapat menahan dirinya untuk bertanya kepada Herb. "Apa yang sebenarnya kamu miliki?" tanya Mohan. "Ceritakan padaku tentang Allahmu." Herb sangat senang untuk menceritakan Yesus Kristus kepada Mohan. Tak lama sesudah itu, Mohan mengerjakan sesuatu yang tak pernah terlintas dalam pikirannya. Untuk pertama kali dalam hidupnya, Mohan pergi ke gereja.

"Setiap kali pendeta di gereja memandang diri saya, saya merasa seolah-olah ia berkata `Mohan, kamu orang berdosa.` Memang ia tidak memanggil nama Mohan, namun ia berkhotbah bahwa semua orang telah berdosa dan kehilangan kemuliaan Allah. Satu-satunya cara untuk mengenal Allah hanyalah dengan datang kepada Allah dalam kuasa darah Yesus yang telah membayar semua dosa," kata Mohan.

"Saya tidak mengetahui bahwa saya adalah orang berdosa. Saya tidak berpikir bahwa saya berdosa, karena saya tidak merokok, tidak minum minuman keras, tidak mengerjakan hal-hal yang tidak berguna. Saya tidak melakukan itu semua. Hati saya penuh dengan kebanggaan tentang siapakah diri saya. Saya berpikir bahwa saya adalah seorang yang berarti. Saya mengetahui seni-seni perang, melakukan yoga, meditasi, dan saya merasa lebih unggul dalam segala hal. Juga latar belakang keluarga saya yang memberikan status. Menjadi seorang pendeta Hindu adalah hal yang luar biasa, namun tetap saja, saya tidak menemukan kedamaian."

Mohan sangat tertarik dengan kebenaran itu, tetapi ia juga mengkhawatirkan masa depannya. Herb mengetahui hal tersebut ketika mengajak Mohan pulang. Mohan menerima Yesus sebagai Juru Selamatnya. Sekarang ia harus menghadapi apa yang ditakutkannya. "Lebih baik kamu mati daripada menjadi seseorang yang paling dibenci dalam keluarga," kata Mohan. "Banyak orang yang menjadi pengikut Kristus, dan bahkan saat ini di India, mereka menghadapi kematian. Dan situasi yang sama juga diperhadapkan pada saya. Jika memilih Kristus, saya akan kehilangan hidup yang pernah saya jalani. Saya diberi waktu satu jam untuk memutuskannya.

"Oleh keluarga, saya diminta untuk memilih: menyerahkan hidup kepada Kristus atau menjalani hidup saya yang lama," kata Mohan. "Lalu saya berdoa. Saya berkata, `Tuhan pandulah aku.` Kitab pertama yang saya buka adalah Lukas 9:23 yang berbunyi, `Kata-Nya kepada mereka semua: Setiap orang yang mau mengikut Aku, ia harus menyangkal dirinya, memikul salibnya setiap hari dan mengikut Aku.`"

"Saya berkata, `Tuhan, saya ingin menyangkal segala sesuatu tentang diri saya, dan saya ingin Engkau menjadi Allah dalam hidup saya.` Tindakan selanjutnya yang saya ingat adalah, ada ketukan di pintu. `Apa keputusanmu?` Dan saya menjawab, `Saya menjadi pengikut Kristus.` Jawaban yang saya terima dari keluarga saya adalah `Keluar dari rumah ini!`"

Mohan dicampakkan keluarganya dan ia tidak memunyai tempat tujuan. Akhirnya, ia tinggal dan bekerja dalam pelayanan misi bersama Herb. Ia ingin pergi ke Amerika. Dalam enam bulan berikutnya, ia tiba di Longview, Texas, dengan berbekal beberapa baju dalam tasnya.

"Saya bekerja selama tujuh puluh jam seminggu dan juga pergi kuliah," kata Mohan. Saya mencuci semua peralatan dapur di Le Tourneau University. Saya membersihkan semua ruangan pada malam hari. Dan saya beruntung bisa tidur selama dua jam tiap malamnya."

Mohan lulus dari dua disiplin ilmu yang diikutinya -- Alkitab dan teknik mesin. Kemudian ia menikah dengan Susan dan mereka memulai kehidupan berkeluarga. Mohan sekarang menjadi pendeta di sebuah gereja lokal dan melayani sebagai ahli terapi yang berpengalaman, memberitakan tentang Kristus.

Monday, October 15, 2007

Atheis Masuk Kristen ( Dr. N. Jerome Stowell )

Alkitab dapat mengubah hidup manusia, seperti yang disaksikan di bawah ini oleh seorang bernama Dr. N. Jerome Stowell, seorang pakar dan ilmuwan nuklir, yang sampai sekarang ini selalu memberikan kesaksiannya kepada ribuan orang di California Selatan. Dalam pembicaraan radionya baru-baru ini, beliau mengatakan bahwa, "Di dalam jaringan syaraf otak kita, terdapat tempat emosi kita. Dengan alat yang sangat peka yang telah kami rancang, kita dapat mengukur panjang gelombang otak. Baru-baru ini kami mengadakan pemeriksaan otak seorang wanita yang akan mati. Dia senantiasa berdoa, dan yang kami peroleh tentang dirinya ialah bahwa pada saat ia lebih dekat kepada Tuhan, maka jarum penunjuk menunjukkan angka 500 positif.
"Pada rumah sakit yang sama saya mengukur gelombang otak seorang yang mengutuk Tuhan, ternyata saya dapatkan jarum menunjukkan angka 500 negatif. Ini adalah dua ekstrem yang telah diindikasikan oleh alat tersebut.
"Kita sekarang ini adalah dalam batas penemuan rohani. Tidak seorang pun yang dapat mengukur dalamnya tarikan seseorang Kristen apabila ia berada dalam hubungan dengan Tuhan. Ini adalah sesuatu yang nyata.. .
Dr. N. Jerome Stowell mengakui, "Pengalaman ini telah membawa saya berpaling kepada Tuhan. Saya telah menjadi seorang Kristen hanya dalam waktu singkat walaupun saya tahu sedikit saja tentang jalan Kekristenan. Namun yang saya ketahui ialah-perkara yang berhubungan dengan Tuhan itu adalah sesuatu yang positif. Saya akan berusaha untuk memelihara hidup saya jauh di atas indikator nol. Dunia sedikit sekali menyadari tentang pengaruh doa yang penuh kepercayaan. Ini adalah sesuatu yang bergerak dari sumber-sumber yang pasti."
Lebih lanjut Dr. Stowell menjelaskan tentang percobaannya yang telah mengubah dia dari seorang atheis menjadi seorang yang mempercayai Tuhan dengan sepenuhnya: "Saya bisa dikenal seorang atheis yang sungguh-sungguh. Saya tidak mempercayai Tuhan lebih dari sekadar satu kumpulan pikiran semua orang digabung menjadi satu, serta kebaikan mereka masing-masing... Dan saya tidak percaya bahwa Tuhan ada, berkuasa, dan mencintai kita semua, dan mempunyai kuasa yang melebihi segala sesuatu.
Tetapi suatu kali saya membuat percobaan yang benar-benar telah membuat saya berpikir. Saya berada dalam laboratorium patologi yang besar dan kami mencoba untuk menemukan panjangnya gelombang otak. Kami mendapatkan bukan hanya panjangnya gelombang otak, melainkan satu kenyataan bahwa panjangnya gelombang setiap otak manusia jauh berbeda daripada sidik jari setiap manusia. Ini adalah satu perkara yang harus diingat: Sesungguhnya Tuhan dapat memelihara catatan pikiran pribadi kita di surga sebagaimana FBI Washington DC dapat mencatat sidik jari kita.
"Kami ingin membuat percobaan untuk menemukan apa yang terjadi di otak pada saat seseorang dalam masa transisi dari kehidupan kepada kematian. Kami pilih seorang wanita yang telah dikirimkan oleh keluarganya ke rumah sakit jiwa, namun telah dikeluarkan dari sana. Para dokter tidak mendapat apa pun yang salah padanya kecuali suatu fakta bahwa ia memiliki kanker otak. Hal ini telah mengganggu keseimbangan badannya saja, sedangkan kesadaran pikiran dalam keadaan yang sangat baik. Kami mengetahui bahwa ia akan meninggal dan kami sampaikan kepadanya bahwa ia akan meninggal.
"Dalam kamarnya kami mengatur sebuah peralatan khusus untuk memastikan apa yang terjadi dengan otaknya dalam masa peralihan dari kehidupan kepada kematian. Kami pun meletakkan sebuah pengeras suara yang kecil, sebesar uang satu sen, dalam ruangan tersebut, supaya kami dapat mengetahui apa yang ia katakan jikalau ia ingin menyampaikan sesuatu.
"Kami semua adalah ilmuwan yang keras kepaia, dan mungkin saya yang paling keras kepala dan yang paling ateis dari rombongan dokter; semua dalam keadaan siap dengan alat kami untuk melihat apa yang akan terjadi. Alat petunjuk kami mempunyai angka nol (0) di tengahnya. Menuju ke sebelah kanan terdapat penentuan ukuran menuju ke angka 500 positif; sedangkan untuk ke sebelah kiri terdapat angka menuju 500 negatif. Sebelumnya kami telah menggunakan alat ini untuk mengukur stasiun pemancar radio berkekuatan 50 kilowat untuk memancar ke seluruh dunia; ternyata jarum menunjukkan angka 9 positif.
Pada bagian akhir kehidupan wanita ini, ia mulai berdoa dan memuji Tuhan. Ia meminta kepada Tuhan untuk berkasihan kepada mereka yang telah membencinya. Kemudian ia mulai mengukuhkan imannya kepada . Tuhan, dan berkata kepada-Nya bahwa ia mengenal Dia sebagai satu-satunya Kuasa dan Ia adalah Kuasa yang hidup. Ia berkata kepada Tuhan bahwa ia menyadari bahwa ada selalu masa yang lalu dan akan tetap ada yang akan datang. Ia memuji Tuhan dan bersyukur kepada-Nya untuk kuasa-Nya dan untuk pengetahuan tentang adanya Tuhan. Ia sampaikan kepada-Nya bahwa ia mencintai Dia.
"Kami para ilmuwan telah demikian terpesona dengan doa wanita tersebut hingga kami lupa percobaan yang sedang dibuat. Kami lihat satu sama lain, dan melihat air mata mengair pada wajah seluruh ilmuwan. Saya tidak pernah mengalirkan air mata seperti itu sejak masa kecil.
"Tiba-tiba saya mendengar satu bunyi "klik" dari alat percobaan yang kami telah lupakan tersebut. Kami lihat kepada jarumnya yang menunjukkan angka 500, dan kelihatan jarum ingin untuk naik lebih tinggi lagi, namun angka 500 positif adalah angka yang tertinggi.
"Dengan percobaan yang nyata ini, kami telah mencatat bahwa otak seorang wanita, yang sendirian dan dalam keadaan mau mati, dalam komunikasi dengan Tuhan tercatat mempunyai kekuatan 55 kali lebih besar dari alat pemancar radio yang berkekuatan 50 kilowat yang memancarkan siaran ke seluruh dunia.
"Setelah itu kami ambil keputusan untuk mencoba kasus yang bertentangan dengan yang pertama. Kami pilih seorang lelaki yang terbaring sakit dengan penyakit yang mematikan. Otaknya telah menciut sampai kepada titik kematian. Sebenarnya ia sudah benar-benar mengalami gangguan kejiwaan dan dapat dikatakan gila. Segera setelah kami meletakkan peralatan khusus tersebut, kami meminta seorang perawat untuk melawan pasien gila ini. Melalui tipu muslihatnya ia coba menarik perhatian lelaki itu kepadanya, kemudian mengatakan kepadanya bahwa ia tidak mau melakukan apa pun untuk dia. Lelaki tersebut kemudian mulai marah kepada perawat tersebut, dan jarum mulai bergerak ke arah negatif. Kemudian ia mulai mengutuknya, dan juga menggunakan nama Tuhan dengan sia-sia. Secara tiba-tiba terdengar bunyi "klik" dan ternyata jarum telah tiba ke angka 500 negatif.
"Dengan percobaan ini kami dapat langsung melihat apa yang terjadi dengan otak seseorang bila ia melanggar salah satu dari Sepuluh Hukum Allah, yaitu, "Janganlah menyebut nama Allah dengan siasia, " yaitu keadaan yang negatif.
"Jikalau kami sebagai ilmuwan dapat mencatat semua ini, kami percaya dengan sepenuh hati bahwa Tuhan dapat pula mencatat semua yang terjadi di dalam pikiran kita. Ia mempunyai lebih banyak kuasa daripada kita, dan dapat mencatat jauh lebih teliti daripada pencatat catatan apa pun yang ada di dunia ini.
"Dengan kehadiran Tuhan di dalam diri kita, la dapat memberikan kuasa kepada kita, yang mahabesar tanpa ada pengecualian apa pun." Kemudian Dr. Stowell mengatakan, "Sekarang ini saya adalah seorang ilmuwan yang mencintai Tuhan dengan sepenuh hati. Saya mau Anda berdoa untuk saya, agar saya akan selalu berpikir, berkata dan berbuat perkara yang positif yang Tuhan kehendaki aku pikirkan, katakan dan lakukan, dan aku tidak akan berpikir berkata dan berbuat sesuatu perkara yang negatif, yang telah membuat aku dibutakan dan dikurung untuk banyak tahun lamanya."
"Sebab firman Allah hidup dan kuat dan lebih tajam daripada pedang bermata dua mana pun; ia menusuk amat dalam sampai memisahkan jiwa dan roh, sendi-sendi dan sumsum; ia sanggup membedakan pertimbangan dan pikiran hati kita."
Dengan kuasa firman Allah itulah yang dapat mengubah manusia. Anda pun bukanlah satu pengecualian!

(Diambil dari "Kitab Ajaib" oleh dr. Kathleen H L Kuntaraf MPH & Jonathan Kuntaraf D. Min. hal 75-78)