Reza Fakour Safa, seorang Muslim-Shiah Iran yang dulunya berpegang teguh kepada ajaran Islam kini telah menemukan Kebenaran Sejati didalam Yesus Kristus (Tahun 1980). Dia telah menjadi Penginjil yang dipakai Tuhan dan telah menuntun puluhan ribu orang kepada Kristus.
Bab 1. Iran Tanah Airku
" EVERT," KATAKU melalui gemertak gigiku, "aku harus mengganti tempat dudukku." Aku sangat kedinginan. Suhu udara saat itu 20 derajat C dibawah nol. Kami dalam perjalanan di atas bus tua, kemungkinan peninggalan dari perang dunia kedua. Evert mengerutkan diri dalamjaketnya dengan menundukkan kepala dengan dagu, mulutnya dimasukkan ke dalam kerah jaketnya. "Baik," katanya. Kami tidak banyak berbicara selama lima jam perjalanan melewati pegunungan ini. Aku mendapatkan tempat duduk yang kosong di bagian belakang bus sebelah seorang wanita Romania. Hatiku sangat penuhdengan kasih dan cinta kepada orang-orang yang miskin dan tertekanseperti ini. Aku telah melakukan perjalanan di 24 negara dan belum pernahmelihat orang yang semiskin dan tertindas seperti di Romania. Aku bertanya dalam hati apa yang sedang kulakukan di sini, tetapi betapa hatikuterbakar oleh kasih. Oh, betapa terima kasihku pada Tuhan bila akuberpikir kembali darimana aku berasal. Aku dilahirkan di kota Teheran, ibukota Iran, yang berarti 'tanah dari bangsa Aria', dalam Injil terkenal sebagai Persia. Teheran adalah sebuah kota yang besar dengan kira-kira tujuh juta penduduk. Aku berasal dari keluarga yang cukup besar. Ayahku mempunyai istri yang lain yang daripadanya ia mendapatkan empat anaksebelum ia bertemu ibuku. Ibuku berumur empat belas tahun ketika menikah. Masih sangat muda dan menikah dengan pria yang berumur dua kali umurnya adalah sangat tidak mudah bagi ibuku, tetapi tradisi sepertiitu sangat biasa pada waktu ia masih muda. Ibuku berasal dari keluargayang besar, namun sederhana bila dibandingkan dengan ayahku yangberlatarbelakang sangat rumit. Ayahku adalah pusat keluarga, seorang lelaki yang berkuasa,pekerja keras, dan mudah marah. Kadang-kadang ibuku menyebutnyadiktator. Profesinya adalah pedagang kain yang berpengalaman sukses dan gagal. Ia juga sangat berbakat sebagai penyair dan banyak mengetahuipuisi-puisi Persia kuno. Ayahku benar-benar pengagum dan pakar sastra Persia. Darilingkungan sarjana, ia adalah salah seorang yang berkemampuan terbaikdalam bidang puisi tradisional. Ia sangat suka menulis dan minum chai(teh yang dibuat dari Samavar). Ada persaingan antara kami dengantulisannya. Ibuku tidak terlalu mengagumi ataupun menyemangati pekerjaan ayahku dan susahnya, ini menjadi salah satu sebab daribanyaknya pertengkaran yang sering terjadi di rumah. Itu sepertikemelaratan seorang pelukis dan kebutuhannya untuk melukis. Ada beberapa periode yang berbeda dalam hidup ayahku dandua gaya hidup yang utama. Ada waktu ketika ia merupakan seorang yangsuka pesta, minum alkohol, dan berpuisi ria dengan teman-temannya; dan ada waktu ketika ia menjadi pemeluk agama yang fanatik. Dalam awal belasan tahun umurku, aku eringat melihat banyak teman ayahku datangke rumah. Mereka akan bersama-sama berpesta, minum alkohol, membacapuisi, dan makan terus-menerus sampai larut malam. Kami semua akanbekerja keras mempersiapkan makanan untuk orang-orang ini. Ibuku akan berpeluh seharian dalam dapur, membuat beberapa makanan yang lezat untuk tamu-tamu. Ayahku sangat kasar dan mudah marah. Pada masakecilku, aku paling menyukainya bila ia telah mabuk karena ia akan sangatlembut dan tenang denganku. Sejauh ingatanku, aku akan mendapat pelukan darinya hanya ketika ia sedang mabuk. Tetapi pada waktu yang sama ia akan sangat keji dan memukul ibuku dan kami semua menangissedih. Kenangan terburukku adalah waktu aku masih belasan tahun.Keadaan keuangan kami sangat buruk. Ayahku mempunyai banyak hutang sehingga ia harus meringkuk di penjara selama beberapa waktu. Saudarikuyang tertua jatuh sakit karena ketakutan. Sifat ayahku yang peminum dan pemarah menyebabkan kami tidak betah di rumah. Melihatnya memukul ibuku dan melihat ibuku menangis tanpa harapan membuat akumembencinya. Tidak ada hubungan bapak-anak di antara kami. Ia tidakpernah memanggilku "nak", hanya namaku, "Reza", dan akumemanggilnya agha (tuan) dan semakin lama semakin ada jarak di antarakami. Aku kehilangan rasa hormat padanya. Hanya ada rasa bersaing danpenolakan di antara kami. Kadang kala ketika kami sedang bertengkar ia mengutuki atau memukul aku. Aku ingin lari dari rumah tetapi kemudianaku berpikir tentang ibuku. Aku lebih seperti anak ibuku daripada ayahku.Kapan saja aku merasakan penolakan dan kesepian mendatangiku, akuakan naik bus ke rumah saudariku tertua. Ia dan keluarganya sangat berartibagiku. Mereka memberiku rasa hormat dan cinta yang tidak kudapati dirumah. Dalam budaya kami diajarkan untuk menghormati orang yang lebihtua, terutama orang tua kami. Jadi bilamana ayahku bertengkar denganku,aku hanya bisa diam dan menunduk lalu keluar dengan menangis danberbicara pada Tuhan, yang aku tidak pasti apakah Ia mendengarkanku. Pada akhir masa belasan tahunku, ada perubahan yang sangat drastis pada tingkah laku ayahku. Ia berhenti berpesta dan minum, danmenjadi sangat religius. Ada beberapa kejadian dalam hidupnya yangmenggoncangkannya antara dunia nyata dan Islam. Keluarga kamibiasanya tidak percaya ia akan lengket padanya, tetapi kali ini sangatserius. Seperti peribahasa Persia, kepalanya telah dituangi air pertobatan. Ayah menjadi seorang Muslim yang fanatik. Bagi orang-orang Muslim yang fanatik, Islam bukan hanya agama melainkan gaya hidup. Ituadalah suatu sistem yang merupakan kombinasi elemen politik, sosial,ekonomi, dan agama. Ada dua aliran di antara orang Muslim yaitu Shi'ah dan Sun'ni.Sembilan puluh satu persen penduduk Iran adalah Shi'ah. Di antara keduaaliran, mereka adalah yang paling fanatik dan militan dalam menjalankansyariat (hukum Islam). Ini adalah salah satu sebab kenapa terjadiperubahan yang drastis di negara ini setelah jatuhnya Shah Iran. Ayahku sangat berpengetahuan tentang syariat. Ia mengetahuibahasa Arab dan sangat memahami Al-Quran. Ia menjaga sholatnya dan kadang kala sholat shab. Ayahku adalah pengagum Ali sebagaipahlawan terbesar Islam setelah Muhammad dan mempunyai cinta yangtidak tergoyahkan dalam hatinya pada imam-imam Islam. Tetapi, tidak adasuatu hubungan yang dekat atau persekutuan dengan Allah. Allah ituterlalu besar untuk berhubungan dengan manusia. Nabi dan para imamlahmakhluk yang terdekat dengan Allah. Pernyataan cinta pada merekamerupakan pernyataan cinta pada Allah, dan itulah sebabnya mengapaayahku banyak menulis pemujaan terhadap Ali. Tetapi menjadi religius dan fanatik tidak mengubah karakterdan temperamen ayahku. Meskipun di luar kelihatan berubah, di dalammasih sama saja, masih ayahku yang dahulu. Sejauh yang aku ingat, aku selalu percaya keberadaan Allah.Aku mulai berlatih menjadi Muslim yang setia sejak kecil. Aku selalumengikuti hukum dan peraturan. Aku sholat lima kali sehari dan berpuasaselama bulan Ramadhan. Ada cinta dalam hatiku kepada Allah yang akupercaya kuterima dari ayahku, yang meskipun manusia yang keras,mempunyai cinta yang dalam dan kelembutan hati kepada Allah. Akuteringat kadang kala aku terbangun di tengah malam dan melihat diamembaca Al-Qurannya dan menangis. Aku tidak pernah melihat diamenangis kecuali ketika ia sedang berdoa sendirian pada Tuhan. Ia sangatbangga padaku ketika aku menjalankan puasa selama 30 hari, yang manatidak banyak anak muda dapat lakukan pada waktu itu. Menurut hukum, orang yang berpuasa tidak diijinkan makanatau minum selama ada matahari. Saudari mudaku dan akulah yangberpuasa terbanyak. Ayah dan ibuku tidak melakukannya karena tubuhmereka tidak cukup kuat untuk menahannya. Kami makan dua kali sehariselama bulan puasa, sekali sebelum matahari terbit dan sekali setelahmatahari terbenam. Ibu akan bangun lebih pagi, kira-kira dua jamsebelumnya, untuk menyiapkan makanan dan minuman untuk kami. Akuakan makan, khususnya minum sebanyak mungkin sebelum datang pagidan kemudian kembali tidur. Jika bulan Ramadhan bertepatan denganmusim panas, puasa menjadi sangat sulit karena panasnya udara danpanjangnya hari. Kadang kala badanku menjadi dehidrasi dan aku merasasangat lemah dan mau pingsan. Ada orang-orang yang merusak tubuhnyadengan cara ini. Aku juga tahu beberapa orang yang minum air secarasembunyi-sembunyi, tetapi aku menolak berbuat seperti itu. Aku inginmenyukakan hati Allah dengan semua kekuatanku, maka aku kadang kalamengambil selang air dan menyirami tubuhku yang kepanasan. Pada sorehari ibuku akan menyiapkan masakan Persia yang sangat lezat dengan supdan salad, membuat semuanya siap pada waktu buka puasa. Segera setelahazan (panggilan untuk bersholat) terdengar di televisi, aku akan menyikatmakanan seperti singa yang lapar. Oh, aku merasa sangat puas. Ada bulan suci yang lain untuk Muslim Shi'ah yang disebutMuharam. Muharam adalah bulan ratapan untuk mengingat kematian paraimam sebagai martir. Selama Muharam, orang berpakaian gelap danberpesta ratapan. Beberapa mengadakan rhozeh (berkumpul untukmendengar cerita tragedi tentang para martir) di rumah mereka. Keluargadan kerabat kami sangat aktif selama Muharam. Bibiku bernazar akanmemberi makanan pada orang miskin dan ibuku biasanya yang memasak.Bersama dengan pamanku, mereka akan membuat perapian di halamanbelakang dan memasak berkilo-kilo beras dengan ketel danmembagikannya pada tetangga-tetangga. Selama Muharam umumnya orang-orang yang religiusmenyewa seorang mullah untuk beberapa jam. Kerabat dan tetanggaakan datang dan mendengarkan cerita tentang para martir dari imam, yangdiceritakan oleh mullah sementara orang-orang menangis dan memukuldada mereka. Aku kadang kala bergabung dengan rhozeh tetapi aku tidakpernah sungguh-sungguh menyukai pekerjaan menangis. Bagiku itukelihatan seperti munafik karena beberapa peratap tidak pernah menjalankan sholat. Selama Muharam aku akan bergabung dengan kelompok pemuda lokal pada malam hari dan pergi untuk sinehzani (barisan peratap).Kami akan berbaris melalui jalan-jalan dan gang di lingkungan kamisambil membawa bendera yang dicelup darah domba kurban. Dengancambuk pendek, kami akan memukul kepala kami dan bahu sambilmenyanyikan nyanyian duka untuk kematian para imam. Kelompokpemuda lainnya yang berani juga berbaris melalui jalan-jalan ratapan.Tetapi ada perbedaan. Mereka fanatik dan buas. Menggunakan cambukkecil, kami akan memukul diri sendiri untuk memperlihatkan penyesalankami, tetapi orang-orang itu menggunakan pedang pendek. Dengan bajuputih dan kepala gundul, mereka berbaris sepanjang jalan menyanyikanhimne ratapan dan memukul kepala mereka dengan sebilah pedang. Pertumpahan darah ini mengaburkan penglihatan. Beberapa dari merekaterinfeksi di otak dan meninggal. Kadang kala aku menunaikan ibadah haji bersama-samakeluargaku ke kota Mashad di mana kedelapan imam Islam tinggal. Disana aku akan mengajukan doaku yang terpenting, membuat nazar, danberdoa terus-menerus menghadap Mekah. Bagaimanapun, menjalankan semua syariat bukanlah pekerjaanmudah. Sholat dan puasa, ratapan, dan begitu banyak peraturan untukmencuci dan membersihkan diri, pembatasan makanan, dan lain-lain yangmerupakan beban berat. Aku berkeinginan melaksanakan semuanya.Betapa aku ingin menyukakan hati Allah! Tetapi menjalankan semua hukum dan peraturan Islam danmencoba melakukan yang baik tidaklah cukup. Aku masih merasakekurangan rasa damai dan kesukaan di dalam hatiku. Ada sesuatu yanghilang dalam hidupku! Meskipun kerabat dan teman selalu memujikusebagai seorang yang sempurna dalam agama, hidup benar di hadapanAllah, dalam batinku aku mengetahui aku tidak dekat pada-Nya. Bukan berasal dari keluarga kaya telah membuatku berpikir bahwa jawaban dari kekosongan hatiku terletak pada uang dan posisis sosial yang terhormat. Iran berada diambang pengembangan ke arahmasyarakat modern. Pendidikan tinggi merupakan tujuan dari banyakorang muda. Ibu menginginkan aku menjadi seorang doktor. Tentu saja itumerupakan impian setiap ibu. Ayah menginginkan aku mengambil alihpekerjaannya dan menjadi kaya. Aku sendiri menginginkan keduanya. Akuselalu berimpian untuk membuat mereka bangga atasku, dan memilikicukup uang untuk mendukung mereka pada masa tua mereka. Sektorswasta di Iran tidak menyediakan jaminan sosial atau pensiun. Anaklah yang akan bertanggungjawab atas orang tua mereka bila mereka telah tua. Pada tahun 1978 mulai terjadi ketidakstabilan politik di negarakami. Tidak lama kemudian kami mendengar teriakan demonstrasi di jalan-jalan di Teheran dan di lingkungan kami: "Turunkan Shah," dan "Khomeiniadalah imam kami". Itu adalah pertama kalinya aku mendengar namaAyatollah Khomeini dalam hidupku. Jeritan dan teriakan sertapertumpahan darah telah mengguncangkan dasar-dasar dari pemerintahanShah Iran. Khomeini menjadi semakin terkenal setelah ia mengirimkankaset khotbahnya melawan Shah dari rumah sementaranya di Paris di manaia diasingkan. Orang-orang memperhitungkannya sebagai pemimpin masadepan dan hanya dia seorang yang mampu menjatuhkan kekuatanpemerintah dan tentaranya. Mereka akan merasa bebas dari tekananpemerintah Shah. Untuk diriku sendiri dan banyak Muslim yang fanatik,Khomeini adalah imam bukan dalam ranking "Yang Keduabelas", tetapimeskipun demikian orang yang terdekat dengan Allah di muka bumi dankami menyatakan dia sebagai pemimpin kami dan pahlawan. Pada musim panas 1978 aku lulus SMA dan terpaksamembantu ayahku dalam bisnisnya. Perselisihan di antara kami makinmeningkat. Aku juga tidak lulus ujian masuk universitas, membuat studilanjut di Teheran menjadi mustahil. Meskipun demikian timbul niat dalamhatiku untuk meninggalkan negara ini guna melanjutkan pendidikan di luarnegri. Aku tahu bahwa keluargaku tidak akan mampu mendukungku untukpendidikan lebih lanjut, maka aku harus mencari tempat di mana aku dapatbelajar dan bekerja pada waktu yang sama. Setelah mengumpulkaninformasi, aku membuat keputusan untuk melamar di sebuah perguruantinggi di Texas, USA. Keluargaku tidak menanggapi serius ketikakukatakan pada mereka kesempatan untuk pergi ke USA. Tetapi ketikakabar diterimanya aku di perguruan tinggi tersebut mengejutkan merekasemua.
Bab 2. Perjalanan ke Barat
HARI BESAR itu akhirnya tiba. Waktunya telah tiba untuk meninggalkan tanah airku dan keluargaku. Semua orang datang ke bandara untuk mengantarkan keberangkatanku. Ada banyak yang datang: saudara-saudariku dan keluarga mereka masing-masing serta teman-teman. Kerumunan besar dengan muka yang sedih. Ibukulah yang tersedih dari semuanya. Ia menangis dan menyatakan cintanya terus-menerus. Aku adalah anak kesayangannya. Lagi pula aku adalah anak lelakinya satu-satunya. Ikatan keluarga sangat kuat di Iran. Kami selalu saling mengunjungi. Kunjungan sangat terbatas pada hari-hari kerja, namun pada hari Jum'at kami akan mengunjungi seseorang atau mendapat tamu. Kami akan bermain, berkelakar, tertawa, minum chai banyak-banyak, dan banyak makan-minum masakan Persia. Pembicaraan umumnya berpusat pada orang-orang yang tidak hadir, suatu kebiasaan yang umum di Iran. Kami tidak pernah berbicara tentang politik atau cuaca atau yang lain seperti itu. Di atas semua itu ada begitu banyak keluarga kami sedemikian hingga kami dapat membuat kota kecil atau suku tersendiri. Adalah tidak sukar menjadi keluarga yang erat seperti kami. Sebagai saudara termuda aku menerima perhatian lebih dan cinta dari saudara-saudariku yang lain. Aku selalu di seputar mereka dan tidaklah mudah untuk meninggalkan mereka semua serta pergi ke negara asing, menjadi orang asing, dan sendirian. Meskipun dengan hati berat untuk meninggalkan keluargaku, ada rasa gembira di dalam hatiku. Pergi ke dunia yang lain dan mempelajari sesuatu yang baru itu sangat menggembirakan hati dan aku merasa pasti akan bebas dari tekanan ayahku. Aku ingin berdiri di atas kakiku sendiri dan membuktikan bahwa aku dapat berbuat sesuatu untuk hidupku. Ada banyak orang Amerika di dalam pesawat yang meninggalkan Iran, mereka pulang ke rumahnya. Pada waktu itu ada ratusan ribu orang Amerika yang tinggal di Teheran. Lokasi geografis Iran yang strategis merupakan kartu as bagi Amerika yang ingin bermain dengan Rusia. Tetapi ada ketakutan bahwa pemerintah Shah akan jatuh dan banyak orang Amerika meninggalkan Iran. Ada banyak demonstrasi anti Amerika dan kerusuhan. Tempat duduk di sebelahku diduduki seorang Amerika. Ini adalah pertama kali aku berhubungan dengan orang dari negara lain! Aku segera mulai melatih kemampuan bahasa Inggrisku. Pindah ke Amerika merupakan tantangan yang menyenangkan. Banyak dari apa yang kuketahui tentang Amerika kupelajari melalui film-film Hollywood. Impianku menjadi kenyataan. Aku senang budaya dan bahasa asing. Di sekolah, bahasa Inggris merupakan pelajaran terbaikku. Betapa aku mendapat perasaan bahwa suatu hari aku akan melakukan perjalanan dan bekerja di negara lain. Pesawat mendarat di London untuk mengisi bahan bakar. Di tempat transit kami diberi tiket untuk makan dan minum. Dengan tiket di tangan, aku masuk ke bar untuk mendapatkan minuman, wanita di belakang meja kasir menanyaiku sesuatu yang tidak dapat kumengerti. Karena gengsi untuk memintanya mengulangi pertanyaan, aku menjawab, "Ya". Wanita itu tertawa, berbisik kepada pelayan yang lain, dan memberiku sepuluh gelas minuman! Aku baru tahu bahwa aku harus belajar berbicara dengan bahasa yang tepat. Perhentian berikut adalah New York dan merupakan pengalaman pertamaku dalam kejutan budaya. Pesawat mendarat di bandara Kennedy. Aku harus mendapat penerbangan lanjut dari terminal yang lain ke Houston, Texas. Ada begitu banyak orang dengan begitu banyak perbedaan latar belakang dan warna kulit. Semua kelihatan menjadi berukuran ganda; orang, mobil, dan bangunan. Setelah melewati imigrasi, aku naik taksi bersama satu keluarga Iran yang juga ingin ke Houston. Sopir taksi meminta bayaran enam kali lipat dari yang tercatat pada argo. Aku menolak untuk membayar dan akan memanggil polisi, tetapi keluarga Iran tersebut sangat gugup dan kaya. Mereka tidak mau bertengkar dan mereka membayar ongkos lebih tersebut. Kami tiba di Houston pukul tiga pagi. Keluarga Iran yang setaksi denganku mengantarkanku ke losmen untuk menghabiskan malam pertamaku di Amerika. Keesokan harinya aku mendaftar di sekolah bahasa dan mencari kamar sewaan. Pada waktu bertanya-tanya, aku bertemu seorang Muslim dari Iran yang menawariku bantuan dan mengatakan bahwa aku dapat tinggal dengan kelompoknya. Aku sangat berterima kasih kepada Allah yang mempertemukanku dengan orang sebaik itu. Hal ini menolongku mengatasi rasa takut akan tersesat sebagai orang asing. Berenam kami tinggal di rumah yang disebut "rumah Islam". Disebut demikian karena rumah itu juga terbuka untuk orang Muslim yang datang dari negara bagian yang lain. Kami sering mendapat tamu dari mana-mana. Betapa aku merasa seperti di rumah sendiri. Sedikitnya aku berada di sekitar orang-orang dari negara yang sama dan orang-orang yang juga Muslim. Tetapi mereka terlalu banyak terlibat dalam politik. Sejak hari aku tiba mereka mulai menyalahkanku karena aku telah meninggalkan Iran dan tidak tinggal untuk melawan Shah. Aku bertanya dalam hati pada diriku sendiri, "Kalau mereka begitu ingin untuk berperang, mengapa mereka sendiri tidak pulang untuk berperang?" Namun aku sangat berterima kasih kepada mereka. Mereka memberi tempat padaku untuk tinggal, menunjukkan tempat-tempat di sekitar, dan juga mendapatkan pekerjaan untukku. Aku tidak aktif dalam politik. Itu adalah permainan yang aneh bagiku dan aku tidak berkeinginan untuk bermain. Yang aku lakukan hanya mengikuti kabar tentang Khomeini. Situasi di Iran makin buruk dari hari ke hari. Banyak yang terbunuh dalam demonstrasi melawan pemerintah. Penyebabnya banyak dan setiap korban membuat jatuhnya Shah semakin pasti. Hari-hariku sangat sibuk. Selama siang aku belajar. Pada malam hari aku bekerja sebagai pelayan. Aku sangat gembira dapat membiayai hidupku sendiri tanpa pertolongan keluargaku. Setelah tujuh bulan belajar bahasa di Houston, aku pindah ke New Orlean dan mendaftar di perguruan tinggi. Lagi pada siang hari aku belajar dan pada malam hari aku bekerja. Setahun telah berlalu, aku mulai rindu pada rumahku, keluargaku, dan teman-temanku di Iran. Meskipun aku menemukan teman-teman baru namun aku sering merasa kesepian. Salah satu penyebabnya adalah karena aku punya kepercayaan yang kuat dalam Islam dan setia menjalankannya. Tidak minum minuman keras dan tidak merokok mariyuana. Hal itu memisahkanku dari teman-teman Amerikaku yang baru. Terhitung sebagai seorang yang religius, berpikiran picik, dan kadang dianggap kurang wajar, tidak membuatku berhenti menjalankan hukum-hukum Islam. Aku terus melakukan sembahyang lima waktu dan berpuasa selama bulan Ramadhan. Sebagian besar dari pemuda-pemuda Iran telah sangat dipengaruhi gaya hidup pemuda Amerika. Dahulu mereka berdoa, tetapi sekarang mereka minum minuman keras dan merokok mariyuana. Aku ingin menjadi seorang Muslim yang setia. Aku mengakui bahwa ada saat-saat aku tergoda untuk berhenti. Berpuasa terutama, sangat berat ketika aku bekerja sebagai juru masak di restoran pizza. Sangat tidak mudah untuk menolak minum dan makan selama berdiri dan membuat pizza di depan oven yang menyala selama musim panas yang panjang di New Orlean. Tetapi aku berhasil. Dengan tidak sabar aku menunggu matahari terbenam. Aku akan membuat pizza, meletakkan di dalam oven, dan melihat matahari; membuat pizza, meletakkan di dalam oven, dan melihat matahari. Akhirnya, pada waktu matahari terbenam, aku membuat bagiku sendiri pizza yang sangat besar, menuangi sebotol minuman ringan, dan berbuka puasa. Tahun 1979 terjadi revolusi Islam di Iran. Shah melarikan diri ke luar negri, pemerintahan jatuh, dan Ayatollah Khomeini kembali ke Iran setelah bertahun-tahun dalam pengasingan. Beliau sangat dihormati oleh rakyat sebagai pemimpin dan imam. Bagi orang Muslim beliau adalah manusia super yang dapat menyebabkan jatuhnya pemerintah Shah. Banyak darah telah tercurah, tetapi rakyat memimpikan Iran yang baru dan merdek. Pada tanggal empat November tahun yang sama sekelompok pelajar Muslim menyerang kedutaan besar Amerika di Teheran dan menyandera duta besar Amerika. Kejadian ini menyebabkan perubahan yang pasti dalam hubungan kedua negara. Ini juga mengakibatkan perubahan sikap orang-orang Amerika terhadap pelajar Iran yang tinggal di Amerika "Kita harus mengebom Iran," adalah kata-kata yang sering kudengar dari orang-orang. Orang-orang juga mengejek Khomeini. Mereka membuat nyanyian lucu tentang beliau. Gambarnya menjadi sasaran dan banyak yang membencinya. Aku sering didebat dan acapkali bahkan berkelahi karena hal itu. Aku tidak dapat bertahan dengan sikap orang-orang Amerika terhadap orang Iran seperti kami. Kadang orang-orang itu memperlakukan kami seakan-akan kami adalah salah seorang penyandera. Aku tidak dapat mengerti kenapa kami disalahkan untuk itu. Aku tidak dapat mengerti sikap dari "Kita bom mereka," dan "Kamilah yang terbaik". Kadang kala aku sangat malu untuk mengatakan pada orang darimana aku berasal. Aku takut seseorang akan membalas dendam padaku. Rasa takut itu berubah jadi kebencian dan aku ingin pulang. Aku ingat suatu malam aku diundang pesta. Seseorang tahu bahwa aku berasal dari Iran dan mulai berdebat dan aku menjadi sasaran ejekan mereka. Aku meninggalkan pesta itu dan kuputuskan untuk kembali ke Iran. Kuputuskan berperang untuk Khomeini. Sekali lagi aku melarikan diri dari penolakan.
Bab 3. Revolusi
HATIKU PENUH sukacita dan harapan ketika pesawat mendarat di bandara Mehrabad. Meskipun baik jika jauh dari keluarga, aku sangat merindukan mereka. Menjadi diriku sendiri selama satu setengah tahun telah mengajariku sedikit pelajaran tentang kehidupan. Aku ingin memberi pada keluargaku, terutama pada ayahku, kesempatan yang lain. Sejak revolusi aku mendengar banyak hal yang baik tentang Iran. Bagaimana seluruh negara dan rakyat terpengaruh. Aku telah mendengar bagaimana orang-orang menjadi baik satu sama lainnya dan mereka saling membantu satu sama lainnya dengan suka cita. Aku ingin menjadi bagian dari itu. Aku ingin hidup di suatu tanah di mana yang lemah tidak diinjak-injak, di mana terdapat kebebasan untuk semua orang, dan di mana tidak terdapat orang yang jahat. Betapa itu suatu impian! Aku tidak sabar melihatnya dengan mataku sendiri. Namun hal itu tidak berlangsung lama. Sebelumnya aku tidak mengira ada perubahan besar yang terjadi. Perubahannya sangat dramatis. Sikap orang-orang dan kelakuannya sangat berbeda. Mereka bukan orang yang sama yang aku kenal. Dengan sedikit pengecualian, hampir semua orang yang kukenal punya kepribadian dan identitas yang baru. Bahkan cara orang berbicara telah berubah. Kenyataan ini terlihat padaku sehari setelah kedatanganku. Saudara iparku mengantarku ke bandara guna mengambil bagasiku yang hilang sehari sebelumnya. Kami menunggu berjam-jam di kantor tuntutan bagasi. Segera menjelang giliran kami, mereka mau menutup kantor. Kami mulai berdebat dengan petugasnya. Saudara iparku marah pada petugas tersebut dan mengatakan bahwa petugas itu melawan revolusi. Petugas itu pun marah dan memanggil polisi untuk mengusir kami dari gedung tersebut. Karena tidak ingin ada keributan, aku meminta saudara iparku untuk tidak melayani petugas itu serta menyarankan untuk pergi. Melihat ia keluar, petugas tersebut melompati mejanya dan mengejarnya. Petugas itu melompatinya dan meninju mulutnya. Aku berlari ke petugas tersebut dan mencoba berbicara dengan dia, tetapi ia memukulku pula. Aku jadi sangat marah padanya dan hilang kendali serta mulai berkelahi. Aku memukulnya sangat keras sehingga matanya biru lebam. Polisi datang dan ingin menahan kami. Untunglah kami dapat membereskan semuanya dan tidak didenda. Aku berkata pada diriku sendiri, "Pesta penyambutan yang mengecewakan." Kelihatannya setiap orang muak terhadap yang lain. Politik telah menjadi isu utama kehidupan sehari-hari. Banyak kelompok-kelompok politik berdiri. Hampir setiap orang punya pendapat yang berbeda tentang bagaimana menjalankan negara ini. Ada pemuda-pemuda di setiap sudut Universitas Teheran, di dalam dan di luar, sedang menjual surat kabar mereka dan buku serta berdebat satu sama lain. Mereka ada yang dari sayap kanan dan kiri; Marxisme, Leninisme, Maoisme, Kapitalisme, Muslim Moderat, dan Muslim Ortodok. Setiap orang percaya pada garis politik yang berbeda yang mereka sebutkan. Aku mendengar orang-orang berbicara tentang garis politik di dalam taksi, pasar, di jalan, dan di mana-mana. Itu terjadi sedemikian hingga orang membuat humor tentang hal itu. Perbedaan faham politik telah menyebabkan perpecahan di antara teman-teman baikku. Dahulu kami rela mengorbankan diri demi orang lain. Sekarang persahabatan mereka telah beralih ke debat politik serta saling membenci. Betapa berubahnya! Muslim Ortodok menjadi makin berani dan fanatik, orang-orang terpelajar telah menjadi Komunis. Ada perselisihan tajam di antara kedua golongan. Aku sangat terkejut kala suatu hari aku melihatnya, yaitu ketika temanku membawaku ke Universitas Teheran. Di sana ada kerumunan orang-orang muda terpisah dalam dua kelompok utama yang berselisih satu sama lain. Mahasiswa-mahasiswa universitas bergandengan tangan di dalam pagar universitas. Di luar universitas, sejumlah Muslim fanatik memegang tongkat, rantai, dan pisau siap berkelahi dengan para mahasiswa. Aku tidak dapat mempercayainya. Apa yang telah terjadi pada orang-orang ini? Darimana kebencian ini berasal? Mengapa mereka begitu haus darah? Apa yang telah terjadi dengan orang-orang ini yang dahulunya terkenal keramah-tamahannya? Mereka adalah orang-orang yang dahulu telah berkorban untuk orang lain! Tidakkah telah cukup darah tercurah karena revolusi? Kebebasan macam inikah yang mereka perjuangkan? Apa yang akan terjadi? Aku meminta pada temanku agar segera menjauhi tempat itu. Aku dapat mencium darah dan kebencian. Ini bukan yang sesungguhnya ingin kulihat. Tentu saja keluargaku pun tidak terkecuali dari perubahan itu. Ada perpecahan di antara saudara-saudariku. Salah satu dari mereka telah bercerai dan ada ketegangan terus-menerus di antara mereka. Aku bingung. Tiada kedamaian dan ketentraman dan aku tidak tahu jawabnya lagi. Harapanku atas tanah impian telah berubah menjadi mimpi buruk. Aku merasa kekosongan yang dalam di dalam diriku. Betapa aku merasa bahwa aku tidak berada di tempat yang benar. Aku berpikir untuk meninggalkan negara ini lagi. Tetapi ke mana? Adakah tempat di mana dapat kutemukan kedamaianan dan arti hidup? Ibuku mengerti kegelisahanku. Ia adalah sahabat terbaikku dan mengerti aku dengan baik. Ibu ingin menolongku dengan caranya sendiri. Ia ingin aku menetap dan tenang di Iran. "Waktunya telah tiba bagimu untuk membuat keluargamu sendiri," katanya padaku suatu hari ketika kami berbelanja bersama. Ia bahkan telah punya pilihan seorang gadis dalam keluarga kami. Menikahi seorang gadis dari keluarga jauh merupakan hal yang biasa dalam budaya Persia. Ketika seseorang menikah, ia tidak hanya menikahi gadis tersebut, melainkan juga keluarga gadis tersebut. Biasanya akan dipilih gadis dari keluarga yang baik, suatu keluarga yang kondang dan mapan. Hal ini sangat penting bagi orang Persia karena seorang gadis akan dipengaruhi keluarganya. Karena orang umumnya mengetahui keluarganya sendiri, menikah di dalam keluarga adalah yang terbaik. Pernikahan dan adatnya sangat rumit pada budaya Timur dibandingkan budaya Barat, demikian pula di Iran. Tradisi dan proses upacara pernikahan di Iran sangat unik dan tidak terlupakan. Di Barat, banyak pasangan mulai dengan saling jatuh cinta. Di jaman dahulu, banyak pernikahan tidak dimulai dengan roman, karena pernikahan diatur oleh keluarga Saat ini, pernikahan dimulai dengan percintaan rahasia antara pasangan. Jika mereka jatuh cinta dan segala sesuatu berjalan baik, mereka memutuskan untuk menikah. Lalu si lelaki harus mengatakan pada orang tuanya bahwa ia telah menemukan calon istrinya. Lalu orang tuanya mencari informasi tentang si gadis dan keluarganya. Jika informasi tersebut telah disetujui oleh orang tua si lelaki mereka kemudian pergi mengunjungi si gadis dan keluarganya. Umumnya orang tua si gadis lebih bersuka cita dalam hal ini daripada orang tua si lelaki. Mereka juga ingin anak gadisnya tetap perawan sampai ia menikah. Kehilangan keperawanan ibarat kehilangan nama baik keluarga. Seorang gadis yang kehilangan keperawanannya kehilangan kesempatan untuk mendapat suami. Calon pengantin wanita melakukan yang terbaik dalam hidupnya untuk mendapat restu dari orang tua si lelaki pada hari mereka berkunjung. Ia akan menunjukkan yang terbaik dari hidupnya. Ia memasak masakan yang terbaik yang telah dipelajarinya, dan melayaninya dengan penuh perhatian. Ia tahu bahwa calon mertuanya dapat membuat semuanya berbeda. Orang tua tertentu bahkan dapat mematikan seluruh permainan. Tentu saja orang tua si gadis juga mencari informasi tentang pendidikan si lelaki, pekerjaan, dan keluarganya. . Ketika kedua orang tua dari keluarga itu telah merestui satu sama lain, mereka mengatur hari khostegari (tawar-menawar tentang bantuan dalam pernikahan). Hal terutama yang didiskusikan adalahmerieh. Merieh adalah sejumlah uang yang pihak mempelai lelaki setuju untuk bayarkan kepada pihak mempelai wanita bila pernikahan harus diceraikan olehnya. Tentu saja, makin tinggi pembayaran makin kecil resiko untuk si lelaki menceraikan istrinya. Setelah orang tua dari pasangan baru telah setuju denganmerieh, maka hampir semua hal telah beres. Setelah hari khostegari ini, akan diatur hari pesta pertunangan. Mempelai lelaki membeli cincin dan perhiasan untuk diberikan kepada mempelai wanita pada hari pesta pertunangan. Itu merupakan hari yang besar dan penuh kesukaan. Jahaziehadalah tradisi yang lain yang sangat dihargai pihak mempelai lelaki, yakni perabot dan peralatan rumah tangga bagi pasangan baru. Itu akan mencakup barang-barang seperti karpet, kulkas, oven, dan peralatan masak-memasak. Mempelai pria yang miskin akan melewati pernikahan dengan menghabiskan semua tabungannya dan dapat dikatakan bangkrut. Maka, jahazieh yang baik sangat diharapkan. Jahazieh kemudian dibawa ke rumah pasangan baru beberapa hari sebelum menikah. Hari pesta itu sendiri diawali dengan upacara pernikahan yang dilakukan oleh seorang mullah, biasanya pada salah satu rumah tersebut. Sore itu pesta besar akan diselenggarakan di ruangan yang disewa. Malam yang penuh musik, tari, makan, dan hiburan. Gadis yang disarankan ibuku sungguh sangat menggoda. Ibuku telah memilih gadis yang tidak mudah ditolak. Ia adalah cucu bibiku dari pihak ayah, sangat halus, lembut, cekatan, dan cantik. Sebagai pemuda aku sangat tertarik padanya. Aku teringat ketika mereka datang mengunjungi rumah kami. Aku selalu gugup melihat padanya. Aku takkan berbicara banyak padanya. Gengsiku takkan membiarkanku menunjukkan ketertarikanku padanya. Maka suatu hari aku memberanikan diri mengajaknya keluar. Aku terkejut karena ia menerima ajakanku dan aku menemukan bahwa ia lebih tertarik padaku daripada aku tertarik padanya. Kami pergi menonton bioskop dan makan roti serta es krim setelah itu. Itu adalah pacaranku yang pertama dan terakhir dengannya karena aku tidak tertarik kepadanya. Tetapi aku berpikir menikah akan menolongku dalam situasi ini, mengatasi rasa bingung dan kekosongan hatiku. Mempunyai keluarga sendiri akan menghentikan pencarianku. Hal itu akan membuatku tetap sibuk mendukung mereka. Mempunyai tanggung jawab akan memberiku sesuatu untuk dicapai dalam hidup, mengisi semua hariku tanpa waktu untuk duduk dan bermimpi di siang hari. Aku tidak mencintainya atau sedikitnya tidak punya perasaan yang sama padanya seperti kala aku masih belasan tahun. Tetapi aku menyukainya dan gaya hidupnya. Dia memiliki sesuatu yang aku sebut sebagai 'kelas'. Ibu dan semua saudariku sangat menyukainya. Mereka semua berharap aku akan setuju menikah dengannya. Aku tidak siap untuk menjalankan hal seperti itu. Tetapi sebenarnya dinikahkan kedengarannya menyenangkan. Merasa bahwa aku tidak terlalu melawan hal itu, ibu dan saudari-saudariku serta ibunya mengajak mengadakan perjalanan keluarga ke Mashad. Tentu saja mereka juga mengajakku serta Ide mereka berjalan dan pancing mereka tergigit. Aku setuju untuk pergi dengan keluargaku untuk khostegari. Gadis itu bertunangan denganku dan aku setuju merieh setengah juta toman (setoman kira-kira sama dengan 1/7 dollar). Kami setuju bertunangan dan menunda pernikahan sampai aku lulus universitas. Itu berarti menunggu beberapa tahun. Aku mendapat pekerjaan di perusahaan dagang saudaraku laki-laki sebagai penerjemah dan aku menghabiskan semua waktu luangku dengan tunanganku dan keluarganya. Nah, kerabatku sangat gembira atas pertunangan itu, tetapi tidaklah demikian denganku. Perasaanku masih tetap sama. Bertunangan tidak mengisi kekosongan yang besar di dalam diriku. Aku tidak ingin menghapus impian-impianku seperti yang dilakukan saudara-saudariku yang lain. Beberapa dari mereka telah puas dengan pernikahan dan keluarganya. Yang lain tidak tahu apa yang harus dilakukan. Mereka hanya punya keberadaan. Aku tidak ingin hanya punya keberadaan. Aku ingin hidup. Aku ingin mencapai sesuatu dalam hidupku dan mengetahui tujuan hidupku, punya arti, dan tujuan. Dorongan itu semakin kuat padaku untuk meninggalkan negri ini lagi. Tetapi ke mana aku bisa pergi? Aku masih punya sisa visa tiga tahun ke Amerika tetapi kasus penyanderaan tidak berubah. Hubungan kedua negara tidak bertambah baik. Presiden Carter telah memulangkan beberapa orang Iran dan tidak lama lagi mereka akan memulangkan yang lain. Aku tahu bahwa aku takkan diterima di sana. Itu pasti. Mencari beberapa kemungkinan, aku menemukan bahwa salah seorang saudara laki-laki temanku berada di Swedia. Maka dari semua negara Eropa, aku putuskan pergi ke Swedia dan tinggal di sana sampai kasus penyanderaan diselesaikan. Lalu aku akan kembali ke Amerika menyelesaikan studiku. Aku sangat lelah dan situasi di Iran tidak bertambah baik. Aku harus pergi. Lingkungan baru dan tantangan baru akan menjaga pikiran dan hatiku tetap sibuk dari kesadaran akan kekosongan hati. Sekali lagi berita tentang kepergianku membawa banyak air mata dari mata orang-orang yang kucintai. Kali ini aku harus pula menghibur tunanganku. Ia mengadakan pesta perpisahan di rumahnya. Saudara-saudariku dan banyak teman diundang. Aku tidak jujur dan adil dalam menyatakan perasaanku padanya. Menerima begitu sedikit cinta dan perhatian dariku setelah aku meninggalkan Iran, ia menyatakan pertunangan dibatalkan. Keluargaku melihatku pergi ke bandara membuatku sangat sedih. Aku tahu akan makan waktu sangat lama sebelum aku dapat bertemu mereka kembali. Aku tidak tahu apa yang salah. Aku mengambil keputusan tidak pulang ke rumah walau apa pun yang terjadi padaku.
Bab 4. Yesus Adalah Anak Allah
DALAM PESAWAT menuju ke Swedia, aku bertemu seorang pelajar Iran yang menceritakan kepadaku lebih banyak tentang gaya hidup di negara-negara Skandinavia. Aku tidak punya ide tentang apa yang sedang aku perbuat. Hidupku seperti kapal rusak yang ditiup angin ke semua arah dan sekarang tertiup ke Laut Utara. Aku masih mengharap dan menunggu akan adanya sesuatu yang baik terjadi atasku. Aku bukanlah petualang melainkan mencari sesuatu. Kenapa aku tidak puas dan senang seperti keluargaku yang lain? Aku bisa menikah dan mendapat pekerjaan di Iran dan tinggal dekat dengan keluargaku. Apa yang ada di dalamku yang memaksaku pergi seperti makhluk kehausan mencari air? Apa yang hilang? Apakah masa depanku akan bahagia? Aku meragukan jangan-jangan pendapat ayahku benar tentang aku. Dengan pikiran-pikiran seperti ini berkitar di kepalaku, pesawat mendarat di bandara Kopenhagen, Denmark. Aku menumpang bus ke stasiun pusat kereta api dan naik kereta api ke Swedia. Di Stokholm, ibukota Swedia, aku berganti kereta ke Uppsala, sebuah kota sekitar 70 km ke utara. Saudara temanku sangat terkejut kala aku datang. Ia tidak pernah mendengar bahwa aku akan datang. Tetapi ia membiarkan aku tinggal bersamanya sampai aku mendapat tempat untuk diriku sendiri. Belakangan aku berhasil menyewa kamar di kompleks apartemen mahasiswa. Rakyat Swedia dan budayanya serta bahasanya serasa baru bagiku dan kelihatan aneh, meskipun mereka sangat damai. Aku jarang melihat mereka berkelahi atau bertengkar satu sama lain. Cuaca sangat berbeda dengan tanah airku. Musim dingin sangat dingin, gelap, dan panjang. Namun demikian selama musim panas yang hanya beberapa bulan, aku percaya ini adalah tempat terindah di bumi. Gaya hidup orang-orang Swedia memberiku kejutan budaya yang lain. Moral mereka, sikap, dan hubungan antar manusia banyak berbeda dengan tempat di mana aku bertumbuh. Orang sering tinggal bersama tanpa menikah. Aku tidak dapat mempercayai mataku sendiri ketika aku melihat orang-orang setengah telanjang mandi sinar matahari tidak hanya di pantai, tetapi bahkan di rumah tetangga. Aku sering bertemu orang yang tidak mempercayai keberadaan Tuhan. Mereka takkan bersusah-susah membicarakan-Nya dan mempunyai sangat beragam sifat terhadap agama, secara umum. Banyaknya pelayanan sosial dari pemerintah membuat rakyat sangat bebas satu sama lain. Itulah hal-hal yang kontras yang aku lihat. Di Iran jika seseorang menganggur dan miskin, kerabat dan keluarga dekatnya akan berkumpul dan menolongnya. Tetapi di Swedia, pelayanan sosiallah yang memperhatikan kebutuhan mereka. Maka orang-orang sangat bergantung pada pertolongan pemerintah daripada keluarganya dan tidak pula pada Tuhan. Hal ini sangat baru bagiku. Teman-teman Iranku yang baru tidak banyak bicara tentang politik atau agama. Mereka hanya inginkan kesenangan. Ada pelajar-pelajar Iran yang lain di Swedia yang sangat aktif dalam politik dan selalu mengkritik Khomeini dan pemerintahannya Seperti biasa, aku berdebat dengan orang-orang Komunis Iran ini. Aku membenci mereka dengan rasa kasihan. Bagiku mereka seperti robot yang disuapi teori Lenin, Mao, dan Marxis. Mereka tidak pernah bicara dalam bahasa yang normal. Seseorang harus punya banyak pengetahuan untuk dapat mengerti mereka. Bagiku mereka itu najis dan aku tidak akan menyentuh mereka. Setelah beberapa waktu aku lelah berdebat dengan mereka. Suatu hari aku diundang pesta di atas atap kompleks pelajar. Ada beberapa pelajar pertukaran Amerika di sana. Karena aku mengerti bahasa Inggris lebih baik daripada Swedia, aku mulai berbicara dengan mereka. Di antara mereka terdapat seorang gadis yang tidak minum anggur seperti yang lain. "Kenapa kamu tidak minum anggur?" tanyaku dengan penuh ingin tahu. Aku tidak minum anggur karena hukum Islam. "Aku seorang Kristen," jawab gadis itu. Jawabannya sungguh mengejut-kan aku. Aku mengira bahwa semua orang di Barat adalah Kristen. Di Iran terdapat orang-orang Kristen Armenia yang bahkan punya toko minuman keras! Aku tidak tahu apa-apa tentang ke-Kristenan kecuali yang aku pelajari dari Al-Quran dan pengajaran Islam. . Gadis Amerika itu menjelaskan tentang imannya pada Kristus dan apa yang kitab suci nyatakan tentang Yesus. Berbicara dengannya menimbulkan banyak pertanyaan dalam diriku. Aku berdebat dan bertahan dalam pendapat tentang Yesus. Ia mengatakan bahwa ia percaya "Yesus adalah Anak Allah". Itu menghujat Allah! Aku telah mendengar melalui Al-Quran bahwa Allah bukanlah manusia. Ia tidak berawal dan tidak berakhir. Al-Quran mengatakan bahwa Allah tidak diperanakkan dan tidak beranak. Bagaimana Allah dapat mempunyai anak? Siapa istri-Nya? Bagiku apa yang gadis itu percayai sangat naif dan najis. Aku mempelajari ada penghormatan sangat besar terhadap Yesus dalam Islam, tetapi hanya sebagai Nabi yang datang sebelum Muhammad. Para Muslim percaya bahwa ada lima Nabi yang setiapnya mereka percaya, mempunyai sebuah buku: Adam, Nuh, Musa, Yesus, dan Muhammad. Muhammad adalah Nabi terakhir dan penggenap wahyu Allah Aku katakan padanya bahwa aku percaya menurut apa yang Al-Quran katakan, bahwa Yesus lahir dari perawan Maria, bahwa Yesus adalah Nabi sebelum Muhammad, dan bahwa Yesus tidak disalibkan seperti yang orang Kristen percayai. Dia menceritakan banyak hal tentang Alkitab yang diantaranya ada yang bertentangan dengan Al-Quran. Aku katakan padanya bahwa aku percaya kitab Injil tidak ditulis oleh Yesus sendiri. Murid-murid-Nya menuliskan itu dan kami orang Muslim percaya bahwa itu telah diubah selama bertahun-tahun oleh orang-orang yang berbeda. Aku membantah dengan keras pendapat gadis itu dan kami berdebat sepanjang malam hari dari pesta itu. Ia mengatakan padaku tentang Injil dan Yesus dan aku mengatakan padanya tentang Al-Quran dan Muhammad. Kelihatannya diskusi kami takkan pernah berakhir. Aku sangat tertarik untuk melanjutkan berargumentasi. Gadis itu kelihatan sangat naif, tidak berpendidikan, dan sangat sederhana. Namun demikian ia sangat berbeda dari rekan-rekannya. Ia tidak bergaul untuk berkencan, tidak minum minuman keras, dan juga tidak berbicara dalam kata-kata kotor seperti yang lain. Ada kemurnian di dalamnya yang membuatku sangat tertarik. Aku ingin tahu lebih banyak tentang ke-Kristenan. Kuputuskan suatu hari untuk pergi ke katedral tua di kota guna berbicara dengan pastornya. Aku bertemu seorang pemuda yang mengenakan kain gelap di sana, seorang yang sangat lembut. Aku memanggilnya 'Bapa'. Aku pelajari itu dari film bioskop. Aku berbicara padanya dalam bahasa Inggris karena aku belum menguasai bahasa Swedia. Aku mengatakan padanya bahwa aku bersedia mengepel lantai katedral sebagai ganti untuk belajar lebih dalam tentang ke-Kristenan. Ia tidak tertarik pada usulku untuk membersihkan lantai, tetapi ia memperkenalkan padaku temannya, seorang Amerika. Orang Amerika tersebut mengatakan padaku ada sepasang orang Swedia yang namanya Lars dan Borje. Aku menelepon mereka dan mengundang mereka untuk berkunjung. "Betapa anehnya pastor-pastor ini," pikirku pada diriku sendiri. Berdiri di depanku ketika kubuka pintu, dua pria yang kurus tinggi, berlawanan dengan bayanganku semula tentang pastor. Mereka kelihatan sangat bahagia dan sangat bersahabat, keduanya nampak berbeda dari orang-orang Swedia secara umum. Yang seorang berjambang merah dan mereka berpakaian sederhana dengan jeans. "Selamat datang, Bapa," kataku ketika kami bersalaman. Mereka tersenyum. "Kamu tidak perlu memanggil kami 'Bapa'," jawab mereka. Kemudian aku tahu bahwa mereka bukan pastor dan juga bukan Katolik. Mereka hanya memiliki cinta kepada bangsa-bangsa lain dan ingin menceritakan pada mereka tentang Yesus. Lars dan Borje sangat bersahabat. Selama beberapa bulan aku tinggal di Swedia, aku belum pernah bertemu orang Swedia lainnya yang begitu bersahabat dan bahagia. Lars, dengan jambang merahnya, bermain gitar dan mereka menyanyi tentang Yesus. Kami minum teh dan berbicara banyak. Aku punya jutaan pertanyaan. Untuk setiap pertanyaan mereka bukakan Injil dan mendapatkan jawabnya. Mereka kelihatan penuh perhatian dan mau mendengar. Suatu hari Lars dan Borje mengundangku ke rumah mereka. Mereka bertetangga dan bekerja di gereja yang sama. Aku menerima undangan mereka dan mengunjungi mereka. Mereka kelihatannya orang-orang sederhana, tidak terperangkap budaya materialisme. Aku sangat terkesan pada kasih dan perhatian mereka. Mereka punya damai dan kesukaan yang khusus. Mata mereka bersinar cerah yang tidak pernah kulihat pada orang-orang yang lain. Suatu sinar yang murni dan ikhlas. Mereka berbicara terutama tentang Allah dan Yesus. Mereka tidak berbicara di belakang orang-orang dan tidak menggunakan bahasa yang kotor. Dengan tulus mereka tertarik padaku dan ingin tahu lebih banyak tentang aku. Aku merasa sungguh-sungguh di rumah untuk pertama kalinya dalam hidupku. Pada awalnya orang-orang ini kelihatan lebih naif dan lemah daripada orang-orang Swedia yang kukenal. Tetapi makin aku mengenal mereka, makin aku melihat perbedaan antara mereka dengan orang-orang kebanyakan. Mereka juga mengundangku ke gereja mereka dan kelompok pelajaran Alkitab. Persahabatan kami bertumbuh dan aku sering mengunjungi mereka. Semua yang dilakukan orang Kristen ini sangat berbeda dari agamaku dan pengajarannya. Mereka membaca Alkitab dalam bahasa mereka sendiri sedangkan aku belajar bahasa Arab guna membaca Al-Quran. Mereka berdoa dengan sederhana dalam bahasa mereka sedangkan aku berdoa dalam kata-kata yang sama dalam bahasa Arab lima kali sehari, 365 hari setahun. Mereka membaca dan mempelajari Alkitab lebih sering daripada aku (atau Muslim lain yang kuketahui) membaca Al-Quran. Mereka sering mendoakan satu dengan lainnya. Mereka memberi dengan murah hati kepada yang membutuhkan tanpa mengharapkan itu kembali. Aku tidak melihat kebencian atau kepahitan dalam mereka. Aku tidak pernah mendengar mereka membicarakan secara negatif tentang orang lain. Mereka tidak berbohong, bahkan berbohong kecil pun tidak. Mereka selalu ingin mengampuni jika diminta. Persahabatan mereka tidak berdasarkan atas akan mendapat sesuatu dari seseorang, malainkan murni dan jujur Suatu hari Lars dan Borje memberiku Alkitab bahasa Persia, bahasa ibuku. Aku tidak pernah membaca Alkitab sepanjang hidupku. Aku membacanya dengan penuh rasa ingin tahu. Aku terpesona pada Yesus, pada pekerjaan-Nya, dan pada kata-kata-Nya. Cerita tentang Dia sangat berbeda dari nabi yang lain. Yesus kelihatannya lebih daripada apa yang aku mengerti hanya sebagai nabi. Aku tidak menemukan dalam Alkitab kisah Yesus membunuh atau berperang melawan orang lain. Tidak ada cerita tentang istri dan Ia tidak membangun kerajaan di bumi bagi diri-Nya sendiri. Aku terkagum akan kasih-Nya dan mukjizat yang dibuat-Nya. Ia membangkitkan orang yang mati, menyembuhkan yang bisu dan tuli, dan memberi penglihatan pada yang buta. Ada kekuasaan dalam kata-kata-Nya yang tidak ada pada nabi biasa. Rakyat mengikuti Dia bukan karena Dia mempunyai pedang tetapi karena kata-kata-Nya. Ia tidak pernah berdosa. Membaca Injil mengubah sikapku pada Yesus. Ada tenaga dan energi pada orang-orang Kristen ini yang begitu nyata. Ada cahaya dan kemurnian yang tidak dapat kulihat bahkan pada Muslim yang paling fanatik. Aku sangat bangga menjadi seorang Muslim dan tidak ingin menjadi naif dan lemah. Islam adalah agama untuk melawan kejahatan dan kebatilan. Aku selalu membenci ketidakbenaran dan mencintai apa yang benar. Aku selalu menganggap diriku orang baik. Aku tidak ingin melukai seseorang. Aku berpikir bahwa aku telah hidup sesuai hukum Allah. Aku mencintai Tuhan dan melakukan apa yang benar, yang terbaik menurut pengetahuanku. Sesuatu yang aneh terjadi padaku, sesuatu yang tidak dapat kumengerti. Makin aku mengetahui orang-orang Kristen ini dan membaca Alkitab, semakin aku tidak menyukai diriku sendiri. Pikiranku yang terdalam tentang diriku sendiri sedang berubah. Sepertinya ada selubung yang dilepaskan dari mataku sehingga aku dapat melihat diriku sendiri dengan lebih jelas. Aku melihat kenyataan diriku dan ternyata semua tidak menarik. Sepertinya makin aku mengenal Yesus melalui Alkitab dan pengikut-Nya, makin jelas gambaran yang kuterima tentang Allah dan diriku sendiri. Aku seperti berjalan ke arah terang dari ruang yang gelap. Mata pengetahuanku mulai terbuka. Pada waktu yang sama suatu ketakutan yang mengerikan mulai tumbuh di dalam diriku. Suatu keraguan, suatu peringatan. Bagaimana jika aku salah? Bagaimana jika Muhammad tidak dikirim Allah? Pikiran seperti itu membuat tulangku menggigil. Aku takut akan Allah, takut akan menolak Nabi-Nya yang suci. Aku akan menjadi orang kafir yang jatuh dalam kehangatan murka Allah. Allah akan menghancurkan aku dalam neraka. Siapa yang sanggup melawan Allahnya orang Islam? Mereka yang menolak Nabi Muhammad telah dibunuh dan dikutuk Allah. Pikiranku penuh dengan pertanyaan-pertanyaan dan aku sangat bingung. Makin aku mencari untuk mendapatkan kebenaran, makin ketakutanku meningkat. Aku tidak dapat tidur di malam hari di kamar gelap. Aku harus membiarkan lampu menyala. Aku sering mendapat mimpi buruk dan bangun pada tengah malam dengan penuh ketakutan. Aku biasanya bisa tidur dengan nyenyak namun sekarang aku harus bangun dengan sesedikit mungkin suara dan gerakan. Makin aku melihat kehidupan orang-orang Kristen ini, cinta dan kemurnian mereka, makin aku diyakinkan bahwa aku tidak murni. Aku selalu berpikir mereka adalah najis. Aku akan mencuci tangan setelah berjabat tangan dengan mereka. Aku selalu mencuci mulutku jika makan makanan mereka. Tetapi di sini aku telah menipu dan mencurangi mereka, dan sebagai balasan mereka mengampuni dan mengasihiku. Aku melihat bahwa aku ini orang berdosa. Aku menganggap yang disebut dosa adalah perbuatan besar seperti membunuh atau merampok bank. Ketika aku melakukan kesalahan, aku mengatakan kepada diriku bahwa itu tidak salah. Jika aku berzinah, aku menghitungnya sebagai kebutuhan alamiah. Mengutuk adalah bahasa umum dari setiap orang dan daftar seperti itu terus bertambah panjang. Kehidupan orang-orang Kristen ini yang Injilnya sudah dimanipulasi dan yang Nabinya lahir sebelum Muhammad, lebih baik dariku. Bagaimana mungkin sesuatu yang salah dan palsu membuat begitu banyak orang yang baik? Bagaimana mungkin mereka bisa begitu penuh kasih dan pengampunan? Bagaimana mungkin mata mereka bisa bersinar sedemikian cerah? Dengan pikiran-pikiran ini aku terus-menerus bergumul. Namun yang terburuk dari semua itu adalah aku tidak menyukai diriku sendiri. Aku tidak lagi bangga dengan keberadaanku. Aku merasa seperti manusia berdosa. Bagaimana aku dapat menjadi manusia yang lebih baik? Apa yang bisa memurnikanku? Aku iri pada gaya hidup orang-orang Kristen ini. Aku yang melakukan begitu banyak hal. Aku yang menjalankan semua ibadah agama, sembahyang, puasa, dan ratapan. Aku yang menjalankan peraturan atas makanan dan minuman. Apakah ada kekuatan untuk mengubah aku? Aku sangat kebingungan. Segalanya berantakan dalam hidupku: keluargaku, keuanganku, rencana-renanaku, dan sekarang bahkan diriku sendiri. Akankah menolong jika aku berpindah agama? Apa yang akan terjadi jika aku menjadi Kristen? Ide ini mulai menderingkan bel di dalam hatiku dan menakutkan aku atas kematian. "Pikirkan konsekuensinya!" kataku pada diriku sendiri. Aku akan kehilangan keluarga dan teman. Semua saudara-saudaraku akan menertawakan aku. Aku akan terhitung sebagai kafir atau pengkhianat yang harus dihukum mati. Bagaimana mungkin aku menolak dan meninggalkan Muhammad, Nabi Allah? Bagaimana mungkin Islam itu salah dengan begitu banyak orang mengikutinya? Bagaimana seseorang dapat menolak wahyu Islam? Betapa takut dan bingungnya aku. Ya Allah, mana yang benar? Bagaimana mungkin seorang Muslim menjadi Kristen? Kelihatannya itu mungkin! Suatu hari aku diperkenalkan kepada seorang Pakistan yang telah beralih menjadi Kristen dari Islam di Pakistan. Sebagai hasilnya ia telah dimasukkan ke rumah sakit jiwa oleh ayahnya sendiri. Ia melarikan diri dan datang ke Swedia sebagai pengungsi. Ia adalah orang Muslim pertama yang pindah agama yang aku tahu. Tetapi ia seorang Muslim Sun'ni. Aku belum pernah mendengar seorang Muslim pun dari Iran yang beralih agama! Kami beraliran Shi'ah, aliran yang fanatik. Jika mereka lakukan itu terhadap seorang Sun'ni, apa jadinya denganku? Pikiran seperti ini terus-menerus ada selama berbulan-bulan dan keraguanku terhadap Islam makin bertambah dan akhirnya, dengan seluruh kejujuran, aku membuat pertanyaan sederhana terhadap Allah: "Perlihatkan padaku kebenaran." "Ya Allah," kataku, "aku tidak memilih menjadi Muslim. Aku telah diajar dan diberitahu dari kecil bahwa Islamlah jalan kebenaran, sama seperti seorang Cina yang diajarkan bahwa Buddhalah jalan kebenaran. Bagaimana aku dapat mengetahui kebenaran jika bukan Engkau sendiri yang menunjukkannya padaku?" Aku mencoba menjelaskan kepada Allah supaya Dia tidak marah dengan pikiranku. "Ya Allah, aku bingung. Setiap orang mengatakan dirinya benar: Hindu, Buddha, dan Muslim. Jalan manakah jalan kebenaran untuk datang kepada-Mu? Mereka semua mengatakan bahwa agama apa pun adalah jalan datang kepada Tuhan, semua kecuali Yesus. Ia mengatakan Tidak ada seorangpun yang datang kepada Bapa (Allah), kalau tidak melalui Aku.1 Bagaimana jika Ia benar dan aku salah?" Aku harus mencari kebenaran itu. "Ya Allah," aku meneruskan, "aku ingin mencoba Yesus dan jika Ia tidak benar, maka aku akan bertobat dan kembali ke Islam. Allah kumohon Engkau mengerti kebingunganku dan tidak menjadi marah padaku jika aku berlaku bodoh." Aku berlutut di sebelah tempat tidurku dan berdoa dalam bahasa Persia. Aku berkata pada Yesus, "Yesus, jika Engkau sungguh satu-satunya jalan dan Anak Allah, berikan bukti-Mu kepadaku dan jika aku mengetahui Engkaulah kebenaran, aku akan mengikuti Engkau, meskipun hal itu akan mengorbankan seluruh hidupku. Ubah aku Yesus, ampuni atas semua dosaku." Tak lama kemudian aku menjumpai ayat dalam Injil : Yesus berkata, Waspadalah terhadap nabi-nabi palsu yang datang kepadamu dengan menyamar seperti domba, tetapi sesungguhnya mereka adalah serigala yang buas. Dari buahnyalah kamu akan mengenal mereka. Dapatkah orang memetik buah anggur dari semak duri atau buah ara dari rumput duri? Demikianlah setiap pohon yang baik menghasilkan buah yang baik, sedang pohon yang tidak baik menghasilkan buah yang tidak baik. Tidak mungkin pohon yang baik itu menghasilkan buah yang tidak baik, ataupun pohon yang tidak baik itu menghasilkan buah yang baik.2Perkataan-perkataan Yesus ini berbicara dalam hatiku dengan begitu berkesan. Aku memahami apa yang dikatakan Yesus. Aku memperhatikan ayahku, agamaku, teman-temanku, hidupku sendiri, buah hasil kepercayaan dan tindakan kami. Aku merenungkan buah hasil kepercayaan agama kami sepanjang sejarah. Aku belum pernah bisa melihat hasil buah-buah itu sebelumnya. Aku mencoba memahaminya tetapi semua sangat membingungkan. Sekarang aku dapat memahaminya! Sesuatu perubahan terjadi dalam hatiku pada hari itu ketika aku berlutut dan memanggil Nama Yesus. Aku dapat kemampuan untuk melihat kebenaran. Kejadian itu seperti ada selaput yang menutupi mataku selama ini menjadi terlepas dan mataku terbuka. Salah satu masalah terberat bagiku sebelumnya adalah menerima bahwa Yesus adalah Anak Allah. Aku tidak dapat mengertinya dengan pikiranku. Bagaimana mungkin Allah mempunyai anak dan jika hal itu mungkin, bagaimana mungkin manusia membunuh Anak-Nya? Alkitab berkata: Tidak ada seorangpun, yang dapat mengaku: 'Yesus adalah Tuhan', selain oleh Roh Kudus.3 Sesuatu telah terjadi padaku yang tidak dapat kujelaskan. Tiba-tiba tidak terlalu sukar untuk percaya bahwa Allah mengirim Yesus, yang adalah Dia sendiri, menjadi manusia, menjadi domba yang sempurna tanpa cacat, dan kurban sempurna untuk dosa-dosa dunia. Sekarang aku dapat mengerti Alkitab, kata-kata dari Yesus. Aku tidak lagi meragukan dalam hatiku bahwa Alkitab adalah Firman Allah yang sempurna, dari awal sampai akhir. Hal itu seperti aku melihat segala sesuatunya dari cahaya yang berbeda. Betapa aku merasa bahwa aku dahulu buta dan sekarang aku menerima penglihatan. Beban yang aku punyai telah terangkat dan kebingunganku hilang. Aku tidak pernah melupakan hari itu, ketika aku bangun dan menyadari bahwa aku tak perlu lagi melakukan sembahyang subuh dalam bahasa Arab menghadap ke Mekah. Alangkah leganya aku. Aku dapat berdoa dalam bahasaku sendiri, pada segala waktu, dan pada segala arah yang kuingini. Betapa berbahagia aku terbebas dari puasa selama bulan Ramadhan, khususnya di Swedia di mana matahari terbit selama 23 jam sehari pada musim panas. Oh, betapa luar biasa bebasnya aku. Di atas semua itu, kebingunganku lenyap. Oh, aku merasa sangat baik. Pernahkah engkau tersesat di suatu tempat yang tidak dikenal dan setelah mencari-cari akhirnya engkau temukan jalan yang benar? Bagaimana perasaanmu? Legakah? Itulah yang kurasakan. Betapa aku dapat bernafas lebih baik. Aku dapat menghirup udara. Aku seperti telah berada dalam tahanan yang tertutup dan gelap dan kemudian dibebaskan. Aku menghirup aroma kebebasan. Aku menerima kekuatan baru. Aku mempunyai gairah hidup kembali. Oh, betapa luar biasa yang kurasakan. Aku merasa seperti tersesat di padang gurun dan mencari air dan sekarang menemukan sungai yang segar dan air kehidupan. Itu sungguh menyegarkan. Aku dapat mendengar suara angin dan merasakannya seakan tidak pernah terjadi sebelumnya. Aku serasa dilahirkan kembali, dalam jiwaku, tubuhku, dan hatiku. Sekarang aku memiliki HIDUP SEJATI! Sikapku terhadap orang-orang telah berubah. Kebencian dan kepahitan telah lenyap. Sebelumnya aku sangat membenci orang-orang tanpa sebab. Semua hal itu lenyap. Hanya ada kedamaian dan ketenangan baru di dalam diriku. Aku menerima kesukaan. Itu lebih dari sekedar kegembiraan. Ini benar-benar sukacita yang tidak dapat kulukiskan. Hanya dapat kurasakan. Lebih daripada itu, aku benar-benar jatuh cinta pada Yesus. Ia menjadi begitu dekat dan penting bagiku. Aku dapat mendengar Ia berbicara melalui Alkitab. Jika Ia melakukannya, aku merasa bahwa aku adalah orang yang sangat penting. Aku tidak perlu menderita dan berbuat baik untuk dicintai oleh-Nya dan untuk menjadi dekat dengan-Nya. Ia ada di sana untuk mengangkatku dari lubang. Suatu malam aku membaca dan merenungkan kata-kata Yesus dalam Injil, aku membaca bagian ketika Yesus dan murid-murid-Nya sedang makan malam pada malam Ia diserahkan kepada orang-orang munafik. Lalu Ia mengambil roti, mengucap syukur, memecah-mecahkannya dan memberikannya kepada mereka, kataNya: 'Inilah tubuhKu yang diserahkan bagi kamu; perbuatlah ini menjadi peringatan akan Aku.' 4Aku merenungkan bagian Injil ini ketika aku mendengar Ia berkata-kata padaku. Itu bukanlah suara yang keras, tetapi suara yang lembut di dalam diriku, kata-Nya, "Reza, ini tubuh-Ku yang dipecahkan di Salib karena kamu". Itu bukan suara yang menyalahkan, dan tidak membuatku merasa bersalah. Tidak, itu adalah tangisan kasih yang tidak pernah kudengar sebelumnya. Yesus begitu mengenalku secara pribadi sampai-sampai aku mengira hanya untukkulah Yesus mati di Salib. Airmataku meleleh dan aku menangis seperti anak kecil. Penuh dengan suka cita yang daripada Allah, aku merasa diterima seperti apa adanya aku, untuk pertama kalinya dalam hidupku. Aku sedemikian berbahagia dengan perubahanku sehingga aku ingin menceritakannya kepada seluruh dunia. Kadang kala aku ingin berdiri di depan orang banyak dan berteriak pada orang-orang, "Jangan sedih hati! Yesus dapat mengubah hidupmu!" Aku sering bertanya dalam hatiku kenapa aku tidak mengetahui apa pun tentang Yesus pada masa kecilku. Kenapa aku berdebat sedemikian banyak dengan orang-orang Kristen itu dan menolak apa yang mereka katakan? Di manakah orang-orang seperti Lars dan Borje ketika aku acapkali melarikan diri dari rumah dan menangis pada Tuhan serta meragukan apakah Ia mendengarkan doaku? Kenapa tidak seorang pun berkata padaku tentang Yesus selama tahun-tahun di mana aku mencari? Aku mencari Tuhan. Kenapa tidak banyak orang Kristen di tanah airku untuk mengatakan padaku tentang Yesus? Aku segera mengatakan pada orang-orang tentang kepercayaanku. Aku bersaksi di mana pun aku mampu. Orang-orang Kristen akan memberiku waktu 10-15 menit dalam pertemuan mereka untuk bersaksi, tetapi sering aku berbicara melebihi waktu itu. Aku lebih bersukacita bersaksi kepada kaum Muslim daripada di gereja karena tidak ada batasan waktu. Dan mereka bereaksi, mereka akan tidak mau mendengar atau akan berdebat denganku berjam-jam. Banyak dari sahabat-sahabat lamaku menertawaiku dan membuat banyolan dariku. Hal itu tidak menghalangiku. Aku tidak peduli lagi dengan apa yang orang-orang pikirkan tentang aku asalkan aku diterima oleh Tuhan. Aku hanya ingin memberikan pada orang-orang dari negaraku, khususnya kaum Muslim, suatu kesempatan untuk mendengarkan semua pekerjaan dari Juruselamatku. Aku tidak dapat diam dengan iman dan kecintaanku pada Yesus. Aku kira akan mengatakan pada semua orang tentang perubahanku, semua orang kecuali keluargaku. Aku takut akan reaksi mereka. Masih ada sedikit ketakutan tertinggal dalam hidupku meskipun aku telah menerima Tuhan Yesus dan telah terbebas dari Islam. Suatu malam aku mendapat mimpi buruk. Aku setengah terbangun di tengah malam. Lampu tergantung di atas tempat tidur kelihatan seperti jejadian. Sesuatu mendarat di dadaku. Aku merasa seperti sebuah pesawat telah mendarat padaku. Aku sangat takut, gemetar, dan berkeringat dingin di tempat tidur. Aku merasa kehadiran sesuatu yang jahat. Aku tidak tahu apa itu tetapi aku tahu Nama Yesus dapat membebaskanku. Aku ingin berteriak 'Yesus' tetapi mulutku terkunci. Aku tetap berbisik 'Yesus' dalam pikiranku, akhirnya mulutku terlepas dan aku berteriak mengusir setan dalam Nama Yesus. Benda itu meninggalkanku dan aku tidak pernah punya masalah ketakutan seperti itu lagi Sekitar setahun setelah perubahanku, ketika aku berjalan ke rumah, aku mendengar Allah berbicara padaku. Ia mengatakan padaku untuk menulis pada orang tuaku dan mengatakan pada mereka tentang perubahanku. Ketika aku sampai di rumah, aku mendapati surat dari ibuku di kotak pos. Aku mematuhi Tuhan dan menjawab surat ibuku. Aku menulis surat enam halaman pada keluargaku menceritakan pada mereka tentang imanku yang baru dalam Kristus. Aku secara khusus memohon dengan sangat pada mereka agar tidak berpikir bahwa aku gila. Ide untuk menjadi Kristen akan sangat tidak dapat dimengerti oleh mereka. Mereka akan berpikir secara alamiah bahwa aku telah kehilangan akal. Aku mengirimkan surat tersebut ke Iran dan percaya pada Tuhan. Dua minggu kemudian aku menerima panggilan telepon dari Iran. Saudariku yang tertua menelepon. Ia sangat berduka dan ingin tahu apakah aku sehat. Ia bertanya apakah aku telah kehilangan akal, "Apakah kamu sinting? Apa maksudmu menjadi Kristen? Seorang Muslim tidak dapat pindah ke agama lain," katanya, "sejak ibu menerima suratmu, ia terus-menerus menangis dan berbicara pada potretmu," lanjutnya. "Ibu akan menjadi gila karena kamu, Reza. Tidakkah cukup kau meninggalkan kami dan menghancurkan hatinya? Lihatlah apa yang kamu kerjakan padanya. Ia akan dapat sakit hati karena kamu dan jika ayah tahu hal ini, kami takkan punya kedamaian di rumah. Bertobatlah dan kembalilah. Siapa orang-orang yang menekanmu untuk berubah agama?" Dan ia terus berbicara seperti itu selama beberapa waktu. Kabar tentang kondisi ibuku sangat menyusahkanku. Aku tidak ingin melukai hatinya, khususnya setelah ia telah menjalani hidupnya bersama ayahku. Aku berdoa pada Yesus. Ini adalah waktu yang sangat sukar untukku. Tidak lama setelah panggilan telepon tersebut, aku menerima panggilan telepon yang lain. Kali ini dari Konsulat Iran di Stokholm. Konsul berbicara dan menanyakan apakah aku sehat fisik dan mental. "Ya," jawabku, dalam hatiku bertanya-tanya kenapa mereka mendesakku. Mereka menjelaskan bahwa mereka menerima telegram dari keluargaku yang mengatakan aku sakit mental dan perlu dirawat di rumah sakit. Untunglah dia dapat menerima kata-kataku bahwa aku tidak pernah sesehat ini! Akhirnya aku menerima surat dari ayahku. Ia telah mengetahui apa yang telah terjadi. Ia tidak mengakui aku sebagai anaknya lagi. Aku dilarang keras untuk berhubungan dengan keluargaku selama aku menyatakan diri sebagai Kristen. Ia memperhitungkan aku sebagai pengkhianat. Tidak hanya keluargaku yang memutuskan hubungan, melainkan teman-temanku juga memandang rendah padaku dan menuduhku mendapat bayaran dari CIA untuk menyebarkan ke-Kristenan. Kadang-kadang, secara humor, mereka menanyaiku berapa aku dibayar untuk menjadi Kristen. Menyadari akan resiko dipulangkan ke Iran, aku memohon asilum di Swedia. Aku menerimanya. Ijin tinggal menetap dan bekerja diberikan oleh pemerintah Swedia. Aku mulai penghidupan yang baru. Keadaan pada umur-umur muda dari imanku sangatlah sulit. Itu adalah waktu berlatih bagiku. Aku diubah dan diajar patuh dan toleran. Apa yang dinyatakan agamaku dulu sangat berbeda dari pengajaran Kristus. Allah sedang membersihkan semua kenajisan dariku. Pada dua tahun yang pertama seperti melewati perapian panas untuk dibentuk dan dihaluskan. Aku menyerahkan semua Reza lama; kesombongan, keangkuhan, cinta diri, kebebasan, dan egois. Daftar ini dapat ditambahkan terus-menerus. Diubah itu sakit. Itu seperti mengambil darimu semua potongan yang membentuk dirimu. Reza yang lama, tidak terlalu berharga untuk dipertahankan. Aku sedang diubah menjadi mirip dengan Yesus, Anak Allah. Salah satu hal yang Allah ajarkan padaku adalah tentang kepercayaanku atas peranan wanita. Aku sangat percaya atas peranan lelaki saja. Tuhan telah mengajarkan padaku tentang hal itu dengan cara-Nya. Suatu hari, ketika aku mengikuti kursus singkat Alkitab di Swedia, kami kedatangan pembicara dari Amerika. Aku sangat suka pengajaran si pembicara, namun aku tidak suka duduk diajari oleh istrinya dan mendiskusikan hal tersebut dengan kepala sekolah itu. Kukatakan padanya bahwa aku tidak percaya Allah memberi hak pada wanita untuk mengajariku. Tidak perlu kukatakan, diskusi tersebut berakhir dengan berserah padaku untuk mempelajarinya. Ketika aku dalam kekurangan uang, aku berdoa kepada Tuhan memberitahukan-Nya akan keperluanku. Hal yang lucu ialah bahwa 90 persen dari seluruh kejadian, Tuhan akan menggerakkan hati wanita untuk memberiku uang yang kubutuhkan. Ia menggunakan orang-orang yang berbeda setiap kali. Kadang-kadang mereka tidak tahu banyak tentang aku. Mereka akan datang padaku dan mengatakan Tuhan telah mengatakan pada mereka untuk memberiku sejumlah uang. Pada mulanya aku tidak mau menerimanya dan mengatakan pada mereka bahwa aku harus berdoa untuk itu. Adalah memalukan mendapat pertolongan dari seorang wanita. Tetapi aku tidak punya pilihan lain, karena itulah jalan yang Tuhan sediakan untukku. Allah menghancurkan kesombonganku dan mengajariku bahwa perempuan pun dapat mendengar suara Allah. Aku mendapat pelajaran bahwa tidak ada dominasi pria dalam kerajaan Allah. Dalam Kristus kami adalah satu. Waktu terus berjalan dan aku semakin bertumbuh dalam iman kepada Yesus. Aku belajar banyak hal tentang bagaimana kerajaan Allah bekerja. Aku belajar bahwa aku dapat berdiri kukuh dalam Firman Allah melalui banyak masalah kehidupan sampai aku menerima kemenangan. Bila aku tidak lari dari masalah, aku dapat berperang dan menang. Meskipun kesempatan itu adalah waktu berlatih yang keras dalam banyak segi kehidupan, tetapi juga merupakan waktu penyembuhan. Tuhan menyembuhkan hatiku. Itulah tempat utama semua konflik berasal. Tuhan melepaskan penolakanku, kekosonganku, dan keraguanku; mengisi hatiku dengan damai dan kebahagiaan.
Bab 5. Perubahan dan Panggilan
S EJAK AWAL hidup baruku, aku telah aktif bersaksi pada orang-orang tentang Yesus dan kepercayaanku kepada-Nya. Bersama-sama dengan saudara-saudara bangsa Swedia dan Iran yang telah beralih agama di Swedia, kami membuat kelompok studi Alkitab. Kami juga mengunjungi orang-orang Muslim dan mengabarkan berita Injil kepada mereka. Aku suka belajar Alkitab dengan caraku sendiri pada pelajaran yang berbeda-beda. Aku akan duduk sampai jauh malam, membaca dan merenungkan Firman Tuhan. Aku sangat tertarik untuk membacanya. Di dalamnya terdapat cerita tentang bagaimana Yesus menyembuhkan dan menyelamatkan orang. Aku sangat suka membaca tentang bagaimana Ia menyembuhkan yang sakit. Ketika aku mengetahui bahwa Ia berjanji kepada pengikut-Nya bahwa mereka pun bisa melakukan pekerjaan-pekerjaan yang Ia lakukan, aku sangat bergembira. Aku sering mencari orang yang sakit, kepada mereka kami saksikan Injil guna berdoa untuk mereka. Aku mengambil setiap kesempatan untuk melatih imanku, tidak peduli walaupun hal itu kelihatan menggelikan. Selama enam bulan aku bekerja di kantor percetakan milik gereja kami. Sering bila aku seorang diri dalam ruang cetak, aku akan mengkhotbahkan Firman Tuhan yang sedang aku renungkan kepada mesin-mesin cetak itu. Aku akan berlatih berkhotbah padanya. Suatu hari bosku mendapatiku dan ia tersenyum, menanyakan apakah mesin itu telah diselamatkan. Suatu ketika saat ia sedang pergi selama seminggu untuk mengunjungi ibunya di kota lain, mesin itu rusak. Aku sedang sendirian di sana untuk mencetak majalah bulanan salah satu gereja lokal. Mesin tersebut telah rusak sebelumnya dan bosku telah memperbaikinya. Ia mengatakan bahwa jika mesin itu rusak lagi selama ia pergi, aku dapat pulang dan berlibur selama seminggu di rumah sampai ia kembali. "Tetapi," pikirku, "tidak ada salahnya bila aku berdoa untuk mesin ini. Jika Yesus menghidupkan orang mati, Ia pasti dapat menghidupkan mesin mati pula." Aku meletakkan tanganku pada mesin cetak tersebut. Tiada yang terjadi, aku membuang ide tersebut dan berjalan ke kamar mandi untuk membersihkan sisa tinta di tanganku serta pulang. Aku mendengar suara Tuhan berkata, "Apakah engkau sungguh percaya Aku dapat memperbaiki mesin tersebut?" Aku berbalik dan berdoa untuk mesin itu lagi, kali ini dengan iman dan pengharapan. Mataku tetap menyala ketika aku menekan tombol dan mesin tersebut mulai berjalan kembali. Imanku bertumbuh makin kuat dalam kuasa Allah. Di samping bekerja aku belajar, mengambil beberapa pelajaran prasyarat untuk memasuki sistem universitas di Swedia. Tetapi setelah belajar tiga semester aku menyadari bahwa hatiku tidak lagi tertarik pada buku dan sekolah. Aku putuskan mengambil cuti kuliah setahun untuk melayani Tuhan di ladang misi di luar Swedia. Lars, saudara seimanku orang Swedia yang membimbingku kepada Tuhan, mengatakan bahwa ia dan keluarganya telah memutuskan pergi ke Spanyol untuk bekerja di antara orang-orang Iran di sana. Pada waktu itu, ada seratus ribuan pengungsi Iran yang lari dari perang Iran-Irak mengungsi ke Spanyol. Lars ingin menyebarkan berita Injil tentang Yesus di antara mereka. Ia menanyakan apakah aku tertarik untuk bergabung bersama mereka serta membantu. Aku minta waktu untuk mendoakan hal ini. Aku bertanya pada Tuhan memohon petunjuk-Nya tentang penawaran ini. Sekitar seminggu kemudian aku menerima sebuah surat dari seorang wanita Inggris yang tinggal di Spanyol dan bekerja untuk organisasi Kristen Youth With A Mission (YWAM). Aku tidak kenal dia. Aku bahkan tidak pernah mendengar namanya. Dia juga tidak tahu apa pun tentang Lars dan rencana mereka ke Spanyol ataupun tentang ajakan mereka padaku. Kemudian aku mengetahui bahwa ia mengetahui tentang aku dari beberapa orang saudara seiman di Inggris. Dalam suratnya ia menanyakan apakah aku tertarik untuk pindah ke Spanyol membantu mereka yang mulai bekerja di antara pengungsi Iran. Hatiku tergetar menerima suratnya. Aku telah bertanya kehendak Tuhan tentang Spanyol dan Ia menjawabku dengan sangat jelas. Kuputuskan pergi ke Spanyol selama seminggu pada musim panas dan memeriksa situasi. Di sana aku bertemu sekelompok orang Iran yang percaya dan beberapa mantan misionaris yang melayani di Iran. Mereka berada di sana selama musim panas memberitakan Injil di antara orang Iran. Pada musim panas tersebut banyak orang Iran yang mendapat kesempatan untuk mendengar berita kesembuhan dan pengampunan dari Yesus. Sejak revolusi dan perang, banyak dari antara mereka mengalami penganiayaan dan kesan buruk tentang Islam. Banyak orang Persia yang mengingkari iman mereka terhadap Islam yang dulunya sangat mereka hormati. Sejak revolusi, lebih dari tiga juta orang Iran melarikan diri dari negaranya ke seluruh penjuru dunia. Ini merupakan kesempatan yang sangat baik untuk membagikan harapan dan cinta dari Yesus kepada orang-orang ini, yang negaranya tertutup bagi penginjilan dan yang kecewa terhadap agamanya. Aku menghabiskan seminggu di sana dan membantu tim itu. Aku tidak tahu apa penyebabnya, tetapi kesan pertamaku terhadap Spanyol kurang menggembirakan. Aku tidak menyukainya dan sekembaliku ke Swedia aku mencoba melupakan ide untuk pindah ke Spanyol. Sebagai gantinya aku melanjutkan studi. Aku diterima di Universitas Guthenburg yang terletak di pantai barat Swedia, di suatu kota sekitar 350 mil dari Stokholm. Aku pindah ke Guthenburg dan mulai kuliah. Aku menyewa apartemen, membeli perabotan, dan barang-barang yang kubutuhkan untuk rumah yang baru. Aku sangat senang bisa diterima di salah satu universitas terkemuka di Swedia. Namun aku tahu bahwa ada sesuatu yang salah. Kedamaianku tidak sempurna. Duduk di kelas pada hari pertama tidaklah terlalu menggembirakan lagi. Itu pelajaran matematika. Aku tidak dapat mengerti apa yang diajarkan oleh Profesor. Konsentrasiku benar-benar buyar. Di rumah, pada sore hari, dalam ruangan tertutup aku mencoba untuk mengulang pelajaran hari itu tetapi pikiranku buntu, aku tak dapat mengerti buku itu. Ini sangat aneh. Hari kedua juga sama. Aku merasa salah tempat sekarang. Sore itu aku mencoba lagi untuk belajar tetapi tiada harapan. Aku berdoa pada Tuhan dan kemudian aku melihat apa yang salah. Aku baru menyadari bahwa aku telah tidak mematuhi kehendak-Nya. Tuhan telah memanggilku ke Spanyol, bukan ke Guthenburg. Aku telah menyimpang ribuan mil. Kututup bukuku malam itu dan memohon pengampunan-Nya. Hatiku ada di Spanyol meskipun aku tidak menyukai hal itu. Hari berikutnya aku pergi ke sekolah mengatakan kepada dekan tentang pemberhentianku. Dia sangat terkejut! Kujual buku-buku dan memberikan perabotanku pada beberapa teman. Barang yang kusisakan adalah sebuah ransel punggung dan sebuah kopor. Aku beli tiket kereta api dan berangkat ke Spanyol.
Bab 6. Spanyol , Tanah Matahari.
PERJALANAN ke Spanyol memerlukan waktu tiga hari. Ketika tiba di Madrid kuhubungi wanita Inggris yang menyuratiku dulu. Aku menyewa sebuah ruangan di gedung YWAM di Madrid. Segera setelah kedatanganku, seorang mantan misionaris dari Iran yang bekerja bersama dalam tim musim panas yang lalu, datang bersama keluarganya dari Inggris. Mereka juga memutuskan mempersembahkan beberapa tahun untuk bekerja di antara orang Iran di Spanyol. Kami segera memulai pekerjaan penginjilan. Langkah pertama adalah menemukan orang-orang Iran. Kami berjalan keliling mencari tempat-tempat mereka biasanya berkumpul: di jalan, di pasar, di kafetaria, ruang bilyard, dan lain-lain. Pada waktunya kami akan pergi ke pusat kota Madrid dengan membawa Injil bahasa Persia mencari orang yang mirip orang Iran. Rekan misionarisku dan aku merupakan pasangan yang sangat menarik bagi banyak orang. Ia seorang Inggris sedangkan aku seorang Persia. Ia sangat tinggi dan kurus. Aku selalu tertinggal 10 yard jika berjalan bersamanya. Orang-orang tertarik pada aksen Persianya dan kenyataannya ia mampu berbahasa Persia dengan fasih, ini merupakan nilai tambah untuk berhubungan dengan mereka. Aku dan rekanku turun ke jalan hingga jauh malam untuk mencari dan bersaksi kepada orang Iran. Kami sering berdiskusi masalah agama berjam-jam dengan mereka. Jika mereka tertarik, kami akan mengatur pertemuan lain sebagai tindak lanjut. Orang-orang telah menjadi takut beragama apa pun karena konsekuensi yang telah mereka hadapi di Iran. Kami mencoba yang terbaik untuk tidak bertingkah seperti orang yang beragama. Sekali kami dapat mengetahui tempat di mana mereka berkumpul, kami akan terus menjalin hubungan. Beberapa dari mereka mengundang kami ke rumah dan membuat masakan Persia yang lezat. Kami makan masakan mereka dan mengobrol berjam-jam tentang Yesus dan tentang iman kami kepada-Nya. Jika mereka tertarik, gantian kami mengundang mereka ke rumah dan mempererat persahabatan kami. Kadang-kadang kami mengadakan piknik bersama, bermain berbagai permainan. Kami juga berdoa bersama mereka. Kami mengasihi mereka. Itulah yang mereka perlukan yaitu kasih. Aku sering duduk bermain catur atau semacamnya, yang sangat populer di antara mereka. Kadang aku bermain bilyard guna menjalin persahabatan dan memperlihatkan kasihku. Jika aku sanggup memenangkan permainan, mereka akan mengajakku bermain lagi dan aku akan berbicara lebih banyak tentang Yesus. Aku ingin melakukan apa saja dalam kekuatanku dan kekuatan Tuhan guna memenangkan mereka bagi Kristus. Kami tidak mau berprilaku seakan-akan seperti orang rohani, yang kasihnya ditawarkan hanya untuk ditukar dengan keselamatan mereka. Melayani bersama dengan saudara dari Inggris yang telah tinggal di Iran selama sembilan tahun dan fasih berbahasa Persia merupakan suatu kesenangan. Orang sering ingin tahu mengapa ia sangat tertarik pada mereka. Acapkali kami diundang kebeberapa rumah dan ditawari beberapa makanan Persia. Diundang ke rumah orang Persia merupakan tanda kepercayaan dan permulaan yang baik untuk membagikan Injil Yesus Kristus. Mereka menikmati persahabatan kami dan kami menikmati makanan mereka! Kami bertemu orang dari berbagai lapisan masyarakat: kaya dan miskin, Muslim fanatik dan sekuler, Armenian dan Bahai, Komunis dan atheis. Beberapa dari mereka pernah dipenjarakan, beberapa pernah berperang, dan beberapa kehilangan keluarga dan harta bendanya. Mereka merupakan korban kefanatikan suatu agama. Kami mendengarkan pergumulan mereka dan memberitahukan bahwa ada satu yang memperhatikan mereka dan mempunyai kekuasaan untuk menyembuhkan dan membebaskan mereka. Para pengungsi Iran ini butuh kasih dan penerimaan. Mereka telah kehilangan kebanggaan dan jaminan hidup. Tidak mudah bagi orang Iran untuk kehilangan kebanggaan dirinya. Banyak dari mereka melarikan diri bersama keluarganya meninggalkan semua yang dimiliki. Mereka tidak mau disebut pengungsi. Mereka pun tidak mau menceritakan kesulitan yang mereka alami. Beberapa dari mereka tidak berhubungan dengan orang Spanyol karena tidak dapat berbahasa Spanyol. Banyak dari mereka menutup diri, bahkan tidak berhubungan dengan orang sebangsanya karena kehilangan kepercayaan. Sebagai pembawa berita Kristus, aku tidak membedakan ras, agama ataupun latar belakang. Aku berteman dengan orang Yahudi, Bahai, Muslim, Komunis, dan Armenian. Dahulu sebagai seorang Muslim aku membenci dan memandang hina sebagian besar dari orang-orang ini. Aku takkan menyentuh orang Kristen atau Yahudi atau Bahai. Waktu itu aku sangat membenci Komunis atau atheis. Sebagai pemuda belasan tahun di Iran, aku selalu mencuci tangan setiap kali sehabis bermain dengan tetanggaku yang Kristen. Ketika tetangga Yahudi kami memberi kami beberapa kue dan roti kering, kami tidak pernah memakannya, kami menganggap itu najis. Tetapi sekarang, aku mencintai mereka dari dasar hatiku dan berdoa pada Tuhan untuk keselamatan dan kedamaian mereka. Aku mengunjungi mereka, datang ke rumah mereka, dan makan makanan mereka. Aku sering menginap di rumah mereka dan mendengarkan cerita mereka sampai hampir fajar. Mereka membuatkan makanan untukku, dan aku tidur di dipan mereka. Aku tahu bahwa hanya cinta Yesus yang mampu menghibur kesusahan dan mengobati luka hati mereka. Aku tahu bahwa sekali mereka menerima Yesus dalam hidup mereka, mereka akan disegarkan dan menemukan kekuatan baru. Seperti Alkitab katakan: Karena itu sadarlah dan bertobatlah, supaya dosamu dihapuskan agar Tuhan mendatangkan waktu kelegaan.5 Mereka membutuhkan waktu penyegaran, keinginan baru untuk hidup, dan hidup baru. Aku tahu Yesus akan menyelamatkan mereka sekali mereka mau menyerahkan hati pada-Nya. Aku ingin meraih mereka sebanyak mungkin. Aku ingin menceritakan mereka tentang Juruselamat. Seperti Ia telah menyelamatkanku dari keputusasaan, Ia akan berbuat yang sama untuk mereka. Aku memiliki pengharapan dan aku ingin mereka mengetahui bahwa mereka juga dapat memilikinya jika percaya. Kondisi pengungsi yang tinggal di Spanyol merupakan sebagian yang terburuk dibandingkan dengan negara-negara Eropa lainnya. Pemerintah tidak mampu menangani mereka. Sangat sedikit yang menerima status tinggal sejauh yang kami ketahui. Pemerintah juga tidak memberikan bantuan sosial kecuali melalui palang merah, yang darinya mereka menerima bantuan yang amat sedikit tiap bulan. Karena tingginya angka pengangguran di Spanyol sebelum mereka datang, mereka pun tidak dapat memperoleh pekerjaan. Inilah sebabnya mereka menjadi terlibat dalam pelacuran dan obat-obatan terlarang. Hampir setiap dari mereka mencoba mendapatkan tempat pengungsian di Amerika Utara atau negara-negara Eropa lainnya. Sebuah organisasi yang didirikan dengan nama IRC (International Rescue Commitee) menolong para pengungsi mendapatkan asilum di Amerika Serikat. Aku mendapat pekerjaan sebagai penerjemah pada IRC. Melalui pekerjaan ini aku melakukan banyak hubungan dengan orang Iran untuk membagikan kabar baik tentang berita Injil Yesus Kristus. Itulah sebabnya aku melamar pekerjaan ini, di samping membantu keuanganku sementara. Hidup di Spanyol merupakan langkah iman bagiku. Aku harus percaya pada Tuhan untuk kebutuhanku tiap bulan. Lars mengirimkan sejumlah uang dari Swedia namun hanya cukup untuk memenuhi separuh kebutuhanku. Setiap bulan aku berteriak minta tolong pada Tuhan. Aku belajar bahwa satu-satunya jalan adalah percaya kepada Tuhan. Aku tidak dikirim oleh organisasi misionaris, maka satu-satunya jalan untuk hidup hanya dengan percaya pada Tuhan. Itulah yang Tuhan inginkan juga. Aku tidak dapat mengajar orang untuk percaya pada Tuhan jika aku sendiri gagal melakukannya. Hal itu tidaklah mudah, tetapi Allah memenuhi kebutuhan keuanganku setiap waktu. Aku belajar untuk tidak kuatir melainkan percaya. Tentu saja ada saatnya aku hanya dapat makan roti dan minum teh saja. Walaupun demikian hal itu tidak melepaskan kepercayaanku pada-Nya. Aku teringat pada suatu hari aku dalam keadaan kesulitan keuangan yang berat. Apa yang kumiliki hanyalah 35 Peseta, untuk naik kereta ke tempat kerja juga tidak cukup. Hari itu aku harus percaya pada Tuhan. Aku berdoa dan meminta uang 5.000 Peseta (sekitar US$40) agar bisa makan sebelum pembayaranku dari IRC tiba. Aku berjalan keliling taman kota dan berterima kasih untuk 5.000 Peseta yang belum aku terima. Alkitab mengatakan Iman adalah dasar dari segala sesuatu yang kita harapkan dan bukti dari segala sesuatu yang tidak kita lihat.6Tentu saja aku dapat meminjam dari teman, tetapi aku menolak untuk meletakkan kepercayaanku pada manusia. Lebih baik aku mati kelaparan dengan iman pada Yesus daripada hidup berkelimpahan tanpa iman pada-Nya. Ketika sedang berjalan kutemukan satu Peseta di tanah. Dengan iman yang sederhana kuberkata pada Tuhan, "Terima kasih ya Tuhan untuk 4.999 Peseta yang tertinggal." Hari selanjutnya aku menerima pemberitahuan dari bank bahwa ada kiriman 22.000 Peseta untukku dari Swedia. Haleluya! Hari itu aku adalah orang terbahagia di Spanyol. Semakin hari semakin banyak aku belajar dan mengerti prinsip-prinsip iman. Aku melatih imanku tidak hanya dalam bidang keuangan melainkan juga dalam bidang kehidupan yang lain. Sebuah apartemen disewakan oleh sebuah gereja karismatik di Madrid supaya kami dapat mengadakan studi Alkitab dengan orang-orang Iran. Lokasinya di lingkungan yang sangat tua di pusat kota Madrid. Gedungnya sangat tua dan tidak terpelihara. Apartemen itu terletak di lantai dua. Temboknya telah retak, lantainya terkelupas, dan dapurnya kelihatan seperti kapal karam dengan lantainya yang miring. Keadaannya sangat dingin pada musim dingin karena tidak cukup ruang untuk meletakkan pemanas. Kelebihan rumah ini satu-satunya hanyalah letaknya yang mudah dicapai dari berbagai tempat. Aku tinggal di sana seorang diri untuk melayani teman-teman Iran kami dan tentu saja merupakan tempat yang murah untuk tinggal. Suatu hari ketika aku sedang berada di kamar mandi, aku bertanya dalam hati apa yang akan kulakukan jika bangunan ini roboh mendadak. Tiba-tiba atap kamar mandi jatuh, semua kecuali bagian yang berada tepat di atasku. Aku kira bangunan itu sedang roboh, maka dengan telanjang aku lari ke luar kamar mandi dan memanggil Nama Yesus. Tangan Tuhan melindungiku dan aku tidak terluka. Namun kami diminta pemilik apartemen untuk mengosongkan tempat itu. Kami dapat menyewa sebuah bangunan gereja dan melanjutkan pertemuan-pertemuan kami. Aku sendiri pindah ketempat lain, tidak lebih hangat, namun lebih aman. Sejalan dengan waktu kami mengetahui banyak orang Iran dan banyak yang mengunjungi pertemuan kami. Beberapa ingin mengetahui kami lebih banyak, yang lain hanya ingin dibantu. Banyak dari pengunjung ini sedang mencari kebenaran dan bersikap jujur, meskipun ada juga yang datang mengunjungi kami hanya untuk berdebat, menertawai kami atau memata-matai kami. Tetapi, Tuhan memberkati pekerjaan kami, banyak yang menerima Yesus dalam hati mereka. Bekerja di antara mereka ini bukanlah pekerjaan yang mudah. Kita perlu segenap buah Roh terutama kesabaran, kelemahlembutan, dan penguasaan diri untuk membentuk suatu kelompok yang benar-benar percaya di antara mereka. Mereka berbeda dengan kelompok lain yang pernah aku lihat. Kami perlu anugrah Tuhan dan Ia memberikannya. Dalam kelompok kami terdapat orang-orang seperti Babak dan Wzat. Yang satu seorang wanita Bahai dan yang lain seorang Muslim sekuler yang terikat judi. Ada pula Sima yang sombong dan selalu berdebat bahwa Islam lebih baik. Jalil telah menghabiskan dua tahun dalam perang Iran-Irak dan sering menyebabkan pertengkaran. Mojdeh sangat curiga pada setiap orang dalam kelompok. Shamaz sering berdebat dan berbicara di belakang kami. Valin haus akan Firman Tuhan tetapi istrinya Shiba tidak demikian. Masoud tidak menyukaiku, dan Ziba adalah wanita yang menyedihkan karena saudaranya meninggal di penjara Iran. Jala sangat pendiam, tidak seorang pun tahu bagaimana pendiriannya. Mahin sering berbohong dan Golam kehilangan uangnya di meja jackpot. Akbar mengatakan ia pernah bergabung dengan Mujahidin dan pernah membunuh dua puluh orang. Ia juga menyebabkan banyak pertengkaran. Mehdi sangat genius dalam berdiskusi. Ia seorang berpendidikan dan anak dari penulis Islam fanatik di Iran. Silvia sangat gemar menolong namun agak kebingungan. Afsaneh sangat serius. Joan terkenal sebagai peratap karena ia kehilangan semuanya. Dariush setengah gila; tidak seorang pun tahu apakah ia bicara benar atau bohong. Nadom seorang asing yang berbahasa Persia dengan aksen yang pecah dan sulit untuk percaya. Berit dan keluarganya menyediakan makanan yang lezat namun tidak tertarik hal-hal rohani. Hassan lebih tertarik karate. Masih ada yang lain, masing-masing dengan keistimewaannya. Mereka merupakan sebagian dari orang-orang yang menerima Yesus selama dua tahun pekerjaanku di Madrid. Mengumpulkan mereka semua dan membentuk gereja dari mereka adalah keajaiban Tuhan. Kadang kala aku ragu apakah Tuhan ingin melupakan mereka. Dengan satu perkecualian, mereka semua datang dari latar belakang bukan Kristen. Mereka tidak mempunyai pengetahuan tentang pola hidup ke-Kristenan. Satu-satunya 'terang' yang mereka tahu hanyalah berjalan dalam kegelapan. Seorang atheis di Eropa yang paling fanatis sekalipun tentu memiliki lebih banyak pengetahuan tentang Kristus. Tidaklah demikian dengan mereka ini, satu-satunya pengetahuan yang benar tentang Yesus yang mereka ketahui ialah bahwa Yesus dilahirkan oleh perawan Maria. Tetapi kemuliaan hanya bagi Allah karena semua yang Ia perbuat untuk mereka. Sekali mereka mengetahui tentang Yesus dan tinggal dalam Firman-Nya, mereka menjadi ciptaan baru. Hidup dan gaya hidup mereka diubahkan. Tuhan bekerja di antara mereka. Mereka bertumbuh makin matang dalam iman kepada Yesus Kristus. Setiap mereka dapat menyaksikan kuasa Tuhan dalam hidup mereka. Melayani di antara orang-orang ini selama dua tahun merupakan sekolah bagiku untuk belajar. Aku belajar mengetahui lebih banyak tentang kasih, kesabaran, anugrah, dan kekuasaan Allah. Sangat menyenangkan melihat hasil buah pekerjaan kita, menyaksikan dari tangan pertama bahwa bagi Yesus tidak ada yang mustahil. Hal itu menguatkanku dan memberi keberanian tentang kuasa keselamatan Tuhan. Aku bangga dengan orang-orang Kristen yang baru bertobat ini. Mereka seperti anak-anakku. Aku merasa seperti seorang ayah yang bertanggungjawab atas jiwa mereka meskipun aku lebih muda dari sebagian besar dari mereka. Aku seperti menggembalakan domba-domba Allah. Aku tidak ingin mereka kehilangan anugrah Allah. Aku berdoa dan berpikir terus-menerus untuk mereka. Mereka menjadi bagian kehidupanku sehari-hari. Ini bukan pekerjaan melainkan jalan hidup. Aku belajar lebih banyak selama dua tahun ini tentang melayani Tuhan dan pelayanan; lebih daripada semua buku yang pernah kubaca atau pengajaran yang pernah kuterima. Selama waktu itu Tuhan menghancurkan sebagian besar dari rasa egois, kecongkakan, dan keangkuhan hidupku. Aku belajar dengan mempraktekkan pengajaran-pengajaran Yesus. Aku tidak lagi hidup untuk diriku sendiri, melainkan untuk Dia yang memberiku hidup. Yesus telah menyalibkan Reza lama pada Salib-Nya. Seorang manusia baru telah bangkit, yang mencintai Allah tidak hanya dengan kata-kata melainkan dalam realitas Firman Allah. Seorang yang tidak haus darah atau penuh kebencian, melainkan seorang yang terus menerus disucikan dengan darah Yesus, Domba Allah yang sempurna. Seperti Alkitab katakan: Jadi siapa yang ada di dalam Kristus, ia adalah ciptaan baru: yang lama sudah berlalu, sesungguhnya yang baru sudah datang.7 Oh, betapa hatiku bersukacita karena Yesus! Ia menjadi segalanya bagiku.
Bab 7. Pernikahan
TUHAN TELAH memberi jaminan padaku untuk memperoleh apa pun yang kuperlukan sepanjang aku berjalan dalam rencana-Nya. Salah satu yang kubutuhkan, yang sering aku katakan pada Tuhan, adalah membentuk rumah tanggaku sendiri. Aku telah melihat kehidupan keluargaku di Iran dan aku ingin memiliki keluarga yang diberkati, di mana damai dan sukacita dari Allah berdiam. Aku meminta pada Tuhan gadis yang cocok. Sebelum berangkat ke Spanyol aku telah bertemu beberapa gadis Kristen yang taat tetapi aku tidak dapat memaksa Allah menyetujui pilihanku. Sebelum aku percaya Yesus Kristus, Allah tidak ikut campur dalam pemilihan istriku, tetapi sekarang aku bergantung pada-Nya dalam memilih gadis yang tepat. Masalahnya ketika aku jatuh hati pada seorang gadis, aku tidak merasa damai jika menikahinya. Dari sini aku tahu bahwa Tuhan mempunyai calon yang tepat untukku dan aku hanya perlu menunggunya. Rekan Inggrisku dan aku menemukan suatu gereja Lutheran di Madrid yang menolong pengungsi Iran. Gereja itu memberikan makanan dan pakaian kepada para pengungsi seminggu sekali. Mereka butuh bantuan kami dalam penerjemahan. Ini merupakan kesempatan baik bagi kami untuk berhubungan dengan orang baru. Suatu hari kami pergi ke sana menolong mereka dan bertemu orang-orang Iran yang baru. Juga terdapat orang-orang dari berbagai negara yang membantu pelayanan ini. Ketika kami menyiapkan roti, seorang gadis cantik lewat. Ia adalah seorang misionaris Amerika yang bekerja di antara orang Spanyol yang buta huruf. Ketika ia berjalan menyeberangi ruangan dan kami berkenalan, Roh Tuhan berbisik dalam hatiku, "Inilah istrimu". Mulanya aku tidak terlalu suka padanya. Aku mengira ia agak sombong. Tetapi karena aku tidak dapat berbahasa Spanyol, aku harus bekerja dengannya. Ia akan menerjemahkan Spanyol ke Inggris lalu aku menerjemahkan dari Inggris ke Persia dan seterusnya. Kami melayani di gereja ini setiap hari Kamis. Setelah beberapa minggu aku menyadari bahwa aku lebih menjadi berkeinginan pergi ke gereja tersebut dan menolong pengungsi. Aku juga menyadari bahwa bukan hanya orang-orang Iran yang menarikku ke sana, melainkan juga gadis Amerika yang bernama Marilyn ini. Suatu Kamis setelah bekerja di gereja, aku mengundang Marilyn untuk minum kopi. Aku ingin tahu lebih banyak tentang pekerjaannya. Ia kelihatan ragu-ragu pada mulanya, tetapi kemudian ia menerima undanganku. Kami pergi ke kedai kopi di pusat kota Madrid yang disebut "Nasib Baik". Hari Kamis menjadi lebih menyenangkan bagiku. Setelah bekerja kami akan pergi ke "Nasib Baik" dan minum kopi dan makan donat. Aku mulai lebih menyukai Marilyn. Suatu hari ia menanyaiku untuk bergabung dalam pesta Thanksgiving di tempatnya bersama dengan rekan Amerikanya. Aku membeli bunga dan datang ke apartemennya. Rekan-rekannya tidak dapat menolong menangkap tanda jatuh cinta di mataku. Sejak hari itu kami lebih sering bertemu. Menurutnya, tidak lama kemudian aku melamarnya. Tetapi makan waktu cukup lama untuk mendapat jawaban "Ya" darinya. Marilyn ingin segala sesuatunya pasti bahwa hal ini adalah kehendak Allah. Aku memohon segala macam tanda kepada Tuhan untuk meyakinkannya bahwa Tuhan ingin kami menikah. Aku tahu Tuhan mendengar doaku. Pada suatu hari kami diundang makan siang oleh pasangan misionaris muda. Mereka menceritakan bagaimana mereka bertemu dan mengira kami adalah fotokopi dari mereka. Hari itu "Hari keberuntunganku". Marilyn menerima lamaranku dan menelepon keluarganya di Amerika memberitahukan kabar baik ini. Kami mengetahui bahwa bekerja di antara orang-orang Iran di Spanyol hanya untuk waktu terbatas. Mayoritas dari mereka telah pindah ke negara lain, dan waktunya telah tiba bagi kami meninggalkan pekerjaan kami juga. Rekan kerja kami masih meneruskannya setelah kami pergi. Kami pindah ke Amerika untuk menikah. Adalah lebih mudah untuk menikah di sana. Aku senang bisa menghindari tata cara pernikahan di Iran. Di Amerika, keluarga pihak mempelai wanita yang bertanggungjawab atas pesta pernikahan; dan aku tidak ada uang sepeserpun! Istriku berasal dari keluarga petani sederhana di pinggir kota Philadelphia. Mereka semua mencintai Tuhan dan ingin melayani Dia. Aku sangat berterima kasih pada Tuhan yang memberiku keluarga baru yang sungguh amat mencintai Tuhan Yesus. Ia telah menjawab doaku.
Bab 8. Dunia, Ladang Misi Kami
PERTAMA KALI Tuhan berbicara ke dalam hatiku mengenai Romania ketika Evert dan aku berada di Polandia selama musim panas 1988. Evert adalah pemimpin kelompok musik yang disebut Zoe, yang sering menemaniku dalam kampanye penginjilan di berbagai negara. Setelah menikah kami menghabiskan waktu setahun di sekolah Alkitab di Amerika, sekarang aku kembali ke Swedia bersama Marilyn. Aku yakin Tuhan menghendaki kami di sini. Kami pindah ke Stokholm dan bertemu kembali dengan Lars, kembali kami melakukan perjalanan ke berbagai kota, berkhotbah di kamp-kamp pengungsi dan gereja lokal. Pada musim panas berikutnya aku mengembangkan tenda kampanye pertamaku di ibukota Stokholm. Ketika kami membuat rencana, Tuhan telah mengingatkan aku akan kelompok musik Zoe. Aku mengundang mereka untuk memimpin puji-pujian selama kampanye dua minggu. Sejak waktu itu kami mulai melakukan perjalanan ke seluruh dunia dan melakukan kampanye penginjilan di berbagai negara. Sekarang kami di sini pada bulan Desember 1988, melakukan perjalanan ke negara-negara Eropa Timur yang lain untuk menyampaikan Firman Tuhan. Kami mengunjungi berbagai kota dan gereja selama sembilan hari kami di sana. Kami melakukan perjalanan dengan pesawat, kereta api, dan sekarang berjalan 170 km dengan bus, perjalanan yang memakan waktu lima jam. Kami akhirnya tiba di gerbang kota Oradea di sebelah Barat Romania. Jalanan gelap. Kami berharap bertemu dengan seseorang dari gereja tersebut di stasiun bus namun tidak ada orang di sana. Kami sangat lelah, lapar, dan kedinginan. Kami putuskan untuk naik taksi ke rumah pembantu pendeta. Pendeta dan istrinya menyambut kami, dan dengan bermurah hati menyiapkan sejenis daging babi panggang untuk kami. Karena aku tidak biasa makan daging babi, aku hanya menelannya, sambil berkata pada diriku sendiri pada setiap suap; "Ini daging sapi!" Ketika kami tiba di Romania, kami tidak dapat menemukan makanan lain selain daging babi, maka selama dua hari itu aku hanya makan roti. Tetapi sekarang aku tidak perduli makanan apa ini. Aku sangat lapar! Aku sering berkata pada Evert bahwa ia merupakan misionaris yang lebih baik dariku lantaran ia makan segalanya! Setelah makan malam dan berbincang dengan pendeta itu, ia membawa kami ke hotel karena mereka tidak diijinkan menerima tamu setelah pukul sepuluh malam. Hotel ini lebih baik daripada yang pernah kami tinggali di Romania. Di sini tersedia pemanas dan air panas. Malam itu kami tidak perlu tidur dengan mengenakan baju hangat. Kami tidur pulas dan dijemput pagi hari berikutnya ke gereja. Karena telah beristirahat dengan baik, kami siap untuk tugas yang Tuhan telah siapkan di Oradea. Gereja ini mempunyai anggota terbanyak di negara itu. Bangunannya dapat menampung 2.500 orang. Kami diberi dua kesempatan dalam kebaktian pagi dan sore. Bangunan itu penuh sesak pada kebaktian pagi dan kehadiran Tuhan sangat nyata. Orang-orang hancur hati di hadapan Tuhan dan menangis ketika mendengar Firman Tuhan. Aku mengumumkan bahwa kami akan berdoa untuk yang sakit pada kebaktian malam. Sore itu kami tiba di gereja setengah jam lebih awal guna berdoa dengan pendeta yang lain. Gereja itu telah penuh melebihi kapasitasnya, orang-orang berdiri di luar berdesak-desakan. Kami mencari jalan untuk masuk ke kantor gereja melalui halaman belakang. Pendeta itu kelihatan agak gugup. Masih banyak orang akan datang. Ketika waktunya tiba kebaktian dimulai, kami mengikuti pendeta itu kembali melalui kerumunan di halaman ke belakang gereja. Akhirnya tiba juga di dalam gereja, kami kemudian mencapai altar di depan gereja. Menenangkan kerumunan itu lebih mudah dikatakan daripada dilakukan. Hampir tidak ada ruangan untuk bernafas. Kami mengerutkan badan sekecil mungkin. Pendeta itu maju dahulu, Evert mengikutinya dengan menjinjing gitar di atas kepalanya, kemudian aku mengikuti Evert. Pendeta itu kehilangan kancing bajunya karena desakan pengunjung. Pertemuan itu dimulai dengan doa dan Evert mulai memainkan gitarnya, menyanyikan lagu dalam bahasa Inggris. Aku duduk di podium di bangku kecil di belakang mimbar bersebelahan dengan penerjemahku dan pendeta itu. Dari ruang baptis dapat kurasakan tiupan angin dingin, tetapi seluruh ruangan terisi oleh Yesus dan Roh Kudus. Aku mengetahui dalam hatiku bahwa Yesus akan mengerjakan sesuatu keajaiban di antara orang-orang yang membutuhkan ini. Orang-orang itu punya pengharapan yang besar. Ada sekitar 4.000 orang malam itu yang berdesakan. Sementara masih ratusan menunggu di luar dalam kedinginan. Evert menyanyikan lagu kesukaanku, Nama Yesus. Lagu ini selalu membuat hatiku hancur di hadapan Tuhan. Betapa manis dan ajaibnya kehadiran Yesusku, Ia yang telah menjadi segalanya bagiku. Ialah satu-satunya lagu yang membuatku gembira. Bagaimana Yesus mengubah hidupku. Betapa aku berterima kasih pada-Nya. Air mataku meleleh di hadapan Tuhan, dipenuhi dengan cinta-Nya. Di hadapan-Nya menit-menit sebelum berkhotbah itu lebih baik daripada hidup. Aku berpikir kembali bahwa sebagai seorang Muslim aku tidak mungkin punya waktu-waktu seperti ini. Betapa aku telah haus dan kelaparan akan Tuhan. Betapa aku telah mencoba menyenangkan Tuhan. Air mataku meleleh. Aku menundukkan kepala dan berdoa. Aku berdoa untuk kekuatan dan berkat dari Tuhan untuk orang-orang ini. Ketika lagu berhenti, aku berdiri dan berkhotbah dari Yehezkiel 34: 15-30: Yang hilang akan Kucari, yang tersesat akan Kubawa pulang, yang luka akan Kubalut, yang sakit akan Kukuatkan . Kehadiran Tuhan sungguh amat nyata. Banyak orang menangis, bahkan penerjemahku pun menangis dalam menerjemahkan. Beberapa orang menerima Yesus dalam hati mereka. Kemudian aku memberitahukan mereka bahwa Yesus mati tidak hanya untuk menanggung dosa-dosa mereka, tetapi juga untuk kesembuhan penyakit mereka. Sebagaimana mereka telah menerima pengampunan dosa, mereka sekarang dapat menerima kesembuhan badani. Alkitab mengatakan; Dialah yang memikul kelemahan kita dan menanggung penyakit kita.8 Ia sendiri telah memikul dosa kita . . . Oleh bilur-bilurNya kamu telah sembuh.9 Aku mengingatkan mereka bahwa mereka dapat datang kepada Yesus sama seperti orang-orang dalam cerita Alkitab yang datang kepada-Nya 10 . . . percaya bahwa Dia akan menyembuhkan mereka. Aku mendorong mereka untuk berseru kepada Tuhan untuk kesembuhan sakit penyakit mereka karena Yesus telah menderita menanggung sakit penyakit mereka di Salib. Dia sudi melakukannya sebagai pengganti kita supaya kita boleh disembuhkan. Aku mengulangi janji-janji Yesus; Karena setiap orang yang meminta, menerima dan setiap orang yang mencari, mendapat dan setiap orang yang mengetok, baginya pintu dibukakan. Mintalah, maka akan diberikan kepadamu; carilah, maka kamu akan mendapat; ketoklah, maka pintu akan dibukakan bagimu.11 Dan kemudian kami berdoa untuk yang sakit. Yesus tidak hanya memberi pengajaran, melainkan juga menolong orang-orang. Ia menyembuhkan yang sakit, memberi makan yang lapar, membangkitkan yang mati, dan memberi penglihatan pada yang buta. Ia membuka telinga yang tuli, memberi kekuatan kaki yang lemah, membebaskan orang dari kuasa Iblis, dan Ia mengampuni yang berdosa. Ketika Yesus dikritik oleh orang-orang munafik karena menyembuhkan orang lumpuh pada hari sabat, Ia berkata pada mereka:BapaKu bekerja sampai sekarang, maka Akupun bekerja juga.12 Akumengetahui dalam hatiku karena aku telah bersaksi ratusan kali bahwa Tuhan akan menyembuhkan banyak dari orang Romania yang menderita dan cacat fisik. Di antara orang-orang Romania ini banyak yang sakit. Mereka berdoa dan berteriak pada Tuhan dan teriakan mereka telah sampai ke tahta anugrah-Nya. Sementara kami berdoa, mereka membawa seorang gadis kecil padaku yang sejak lahir bisu tuli. Ia sangat takut dan menangis ketakutan. Aku perintahkan roh bisu tuli untuk keluar dalam Nama Yesus dari gadis kecil itu. Segera sesudah itu ia berhenti menangis dan ia dapat mendengar doa orang-orang. Ketika ia mulai mengulang kata-kataku, orang-orang segera mulai berteriak memuji Tuhan. Yesus begitu menakjubkan dan menyembuhkan banyak orang. Kesukaan dari Tuhan memenuhi seluruh suasana. Beberapa orang yang pincang dan lumpuh Yesus sembuhkan. Di antara mereka ada seorang anak lelaki yang lumpuh separuh badan selama sepuluh tahun. Kuasa Tuhan bekerja di sana. Bahkan mereka yang berdiri kedinginan di luar juga disembuhkan. Orang-orang mencoba mendesak ke depan untuk menerima tumpangan tangan dan doa. Pendeta itu memintaku untuk menutup pertemuan atau kami akan berada di sana sepanjang malam. Aku takkan risau berada di sana sepanjang malam. Tetapi tampaknya ia takut kepada petugas keamanan pemerintah karena mereka sering disiksa. Betapa orang-orang ini tertekan oleh diktaktor yang kejam. Oh, betapa tersentuhnya hati Yesus pada orang-orang ini! Betapa bahagianya hatiku melihat Yesus menyatakan cinta-Nya di antara mereka! Aku mematuhi pendeta itu dan kuminta orang-orang yang sakit menyerahkan saputangan mereka ke depan agar aku dapat menumpangkan tangan atas mereka. Setumpukan besar saputangan, topi, dan selendang dilempar ke depan untuk didoakan. Sepuluh bulan setelah itu, pada kunjungan keduaku ke gereja itu, pendeta itu berkata padaku; "Setelah engkau pulang, pada setiap hari Kamis selama tiga bulan orang-orang masih berdatangan dan memberi kesaksian tentang kesembuhan yang mereka alami pada malam itu". Alkitab mengatakan; Masih banyak hal-hal lain lagi yang diperbuat oleh Yesus, tetapi jikalau semuanya itu harus dituliskan satu per satu, maka agaknya dunia ini tidak dapat memuat semua kitab yang harusditulis itu.13 Selama perjalanan itu kami mengunjungi kota-kota yang berbeda dan Yesus melakukan mukjizat yang sama. Ia menyembuhkan yang sakit, menyelamatkan yang berdosa, membebaskan dari kuasa Iblis, dan memulihkan banyak yang hidup dalam kegelapan. Betapa hal itu merupakan hak istimewa buatku dapat membagikan tentang Yesus dengan orang-orang yang lapar dan hancur hati ini. Betapa aku berterima kasih pada-Nya menjadi duta besar untuk memberitakan kabar baik-Nya. Oh Haleluya!
Bab 9. Hidup Sejati
HARI SEDANG hujan lebat ketika kami pulang dari Toledo ke Madrid. Aku telah membawa ibuku, saudariku, dan Marilyn berjalan-jalan melihat beberapa tempat bersejarah di sekitar Madrid. Tahun itu 1984 dan aku telah bekerja setahun di Spanyol. Telah empat tahun aku tidak melihat keluargaku lagi dan sekarang ibu dan saudariku datang mengunjungiku. Ini adalah pertama kalinya mereka mau bertemu denganku sejak aku menjadi Kristen. Dengan masih menganggap aku gila, mereka ingin bertemu denganku secara pribadi. Saudariku berteriak: "Tolong hentikan mobil di suatu tempat! Waktuku untuk sholat Ashar hampir habis," katanya. Tidak ada bangunan ataupun tempat berteduh yang kelihatan, tetapi ia bersikeras untuk berdoa di luar, dalam hujan. Sangat aneh melihat Behjad menjadi begitu fanatik. Dari semua saudara-saudariku, ia yang paling tidak religius ketika aku masih di Iran. Tetapi, Revolusi Islam telah mengubah jalan hidup setiap orang. Aku menghormati kepercayaannya meskipun aku tidak lagi percaya jalan itu. Aku mengingatkannya akan kemunafikannya. "Apa gunanya jika kau menunjukkan perbuatan baikmu di depan mata orang, tetapi menyembunyikan yang sebenarnya di dalam hatimu?" kataku padanya. Aku menghentikan mobil, ia melompat ke luar dan berdoa dalam curahan hujan. Ia tidak tahu di mana Mekah, maka ia menebak. Ia basah kuyub karena kehujanan ketika ia menyelesaikan separuh doanya yang terburu-buru. Tetapi aku menghormati kemauannya. Aku berharap banyak orang Kristen mempunyai kemauan seperti yang dimiliki orang Muslim. Ibu dan saudariku tinggal bersamaku selama 20 hari. Mereka melihat dengan nyata kehidupan baruku dalam Kristus. Mereka gabung dengan kelompok studi Alkitab yang diadakan di rumahku. Behjad sering memulai diskusi pada akhir khotbahku. Karena ia pro-Khomeini, ia akan berargumentasi pula dengan orang-orang Mujahidin yang datang ke kelompok kami. Mereka saling membenci dengan sangat dalam. Mereka berteriak satu sama lain dan saling menyalahkan dalam berbagai hal. Suatu hari, salah seorang muda yang sangat tertarik pada ajaran Injil, berkata pada mereka: "Beginilah adanya kamu, dua orang Muslim bertengkar satu dengan lainya dan haus akan darah yang lain. Lihatlah orang-orang Kristen ini," katanya, "dan belajarlah dari kasih mereka dan sikap mengampuni mereka". Kami menghabiskan waktu berjam-jam duduk dan berbicara, membicarakan keluarga yang lain, namun aku takkan membiarkan mereka membicarakan yang negatif tentang seseorang. "Tidak mungkin satu sumur mengeluarkan air manis dan asin sekaligus," kataku pada mereka. Saudara perempuanku memberitahukanku kemudian, bahwa sejak dia kembali ke Iran, dia meletakkan sebuah tanda larangan di atas meja kantornya yang berbunyi: "Dilarang memfitnah dalam ruangan ini!" Orang-orang heran bahwa ia menjadi lebih suci setelah berkunjung ke Barat. Puji Tuhan! Hidupku yang baru punya pengaruh pada keluargaku, meskipun mereka menolak untuk menerima Yesus dalam hidup mereka. Ibuku terutama, sangat tersentuh dengan cara hidupku yang baru. Ia sangat berbahagia karena semua kebingungan serta kekosongan kehidupanku telah lenyap. Pada suatu kali Tuhan menyembuhkan tangannya yang kena rhematik ketika aku berdoa padanya dalam Nama Yesus. Sejak itu ia selalu memintaku berdoa untuknya jika ia mempunyai masalah penting. "Tuhan mendengar doamu," katanya. Dua tahun setelah kunjungan ibu dan saudara perempuanku, aku bertemu dengan abangku di Jerman Barat. Tiga tahun kemudian pada tahun 1989, aku bertemu dengan ayahku di Singapura. Aku telah ditolak saudara lelakiku dan tidak diakui anak oleh ayahku. Meskipun demikian, cinta kasih Yesus untuk mereka selalu memenuhi hatiku. Ayahku bisa melihat betapa bahagianya keluargaku. Suatu hari beliau berkata kepadaku, "Kamulah anakku yang paling beruntung. Di antara kami keluargamulah yang paling bahagia". Terima kasih ya Allah untuk Yesus. Ini semua terjadi oleh karena-Nya. Alkitab mengatakan, Barangsiapa memiliki Anak, ia memiliki hidup; barangsiapa tidak memilki Anak, ia tidak memiliki hidup.14 Seorangpenyanyi Swedia yang terkenal, yang telah menerima Yesus mengatakan padaku suatu hari, "Aku memiliki keberadaan sebelum aku bertemu Yesus, sekarang aku memiliki HIDUP SEJATI". Alkitab mengatakan, Dalam Dia ada hidup dan hidup itu adalah terang manusia.15 Sepertiair yang keluar dari sumur, demikian hidup datang hanya melalui Anak, Yesus Sang Mesias. "Sebelum saya bertemu Yesus, saya tidak tahu bahwa burung bersiul begitu indah," kata seorang wanita Iran yang menerima Yesus sebagai Juruselamatnya. Aku telah melihat betapa orang-orang berjuang untuk mendapatkan kedamaian dan kebahagiaan dalam hidup. Aku melihat dalam hidupku sendiri bagaimana aku mencari hidup yang berarti. Aku melihat keluargaku sendiri. Aku menyaksikannya pada kerabat dan rekan dekatku. Tanpa Yesus tidak ada kehidupan, hanya ada keberadaan. Daud berkata dalam kitab Mazmur, Sebab padaMu ada sumber hayat.16 Jikaengkau mencari arti hidup, jika engkau ingin hidup dengan kehidupan yang daripada Tuhan, engkau harus pergi ke sumber kehidupan. Yesus adalah sumber kehidupan; kehidupan sejati! Suatu hari Yesus berdiri dan berkata dengan suara keras, Barangsiapa haus, baiklah ia datang kepadaKU dan MINUM! 17 Air yang Ia berikan padamu akan menyegarkan tubuhmu, jiwamu, dan rohanimu. Engkau mungkin bertanya, bagaimana seseorang dapat minum dari sumber kehidupan? Hanya dengan percaya. Maukah engkau meminumnya SEKARANG ?
Bab 10. Nama Yesus
SEGALA PERKARA menjadi mungkin dengan mengandalkan Nama Yesus. Allah telah memberi-Nya Nama di atas segala nama, terhadap Nama Yesus ini semua lutut akan bertelut. Ada kuasa dalam Nama Yesus untuk mengatasi segala kuasa kegelapan dan setiap roh jahat, seperti yang aku temukan segera setelah ini. Kami berada di kedai kopi Kristen di pantai selatan Spanyol. Aku telah membawa sekelompok siswa sekolah Alkitab dari Uppsala di Swedia ke Spanyol untuk penginjilan selama dua minggu. Pada pagi hari kami mengadakan pertemuan di jalan dan pada malam hari kami mengundang orang-orang ke kedai kopi ini dan berbicara dengan mereka secara pribadi. Tommi, salah seorang dari pelajar itu, sering menemukan orang Muslim dari Afrika Utara dan membawa mereka padaku. Ia mengatakan pada mereka bahwa adalah mungkin dari Muslim beralih ke Kristen karena ia mempunyai teman yang seperti itu. Kali ini ia membawaku seorang lelaki yang bernama Mustafa dari Maroko. Kami duduk mengitari meja di kedai kopi Kristen dan berbicara dengan Mustafa selama beberapa jam. Ia sangat terbuka untuk Injil. Setelah aku menerangkan padanya bagaimana ia dapat menerima Yesus, ia mau menerima-Nya sebagai Tuhan dan Juruselamat. Maka kami berdoa bersama untuk keselamatannya. Segera setelah kami selesai, ia rebah ke atas meja karena kuasa Roh Allah. Aku berdiri dalam kafe dan mulai berbicara tentang kuasa dalam Nama Yesus seperti yang Tuhan perintahkan padaku. Aku lalu berdoa untuk yang sakit dalam Nama Yesus dan Tuhan menyembuhkan orang yang datang untuk didoakan. Ada kesukaan besar di tempat itu. Aku kembali ke meja, tempat dimana temanku yang baru menerima Yesus berada. Dia masih dalam keadaan seperti saat kutinggalkan. Aku menegakkan kepalanya dan bertanya, "Bagaimana perasaanmu Mustaffa?" "Ada ular dimana-mana," jawabnya, "mereka berkeriapan di sekitarku". Aku tahu ada setan sedang bekerja mencoba untuk menakut-nakuti orang ini dari imannya kepada Yesus. Aku memutar dia dan dengan suara tegas kuperintahkan roh najis keluar darinya dalam Nama Yesus. Segera setelah Nama "Yesus" keluar dari mulutku, Mustafa terjatuh ke lantai dan merayap seperti ular. Ia tidak sadar apa yang ia perbuat. Ia menjambak rambutnya dan mencoba menarik lepas kaus kakinya. Ia merobek pakaian dalamnya dan merayap dengan perutnya. Kami memutar dia dan aku melepaskan pakaiannya agar ia tidak mencekik dirinya sendiri. Ia mencakar tubuhnya ketika setan menyiksanya dan mereka tidak mau keluar. Aku berteriak pada Tuhan, "Apa yang harus kami perbuat?" "Biarlah setiap orang keluar ruangan," jawab Tuhan. Aku meminta setiap orang keluar kecuali penerjemahku. Orang-orang masih ingin tinggal untuk melihat apa yang akan terjadi, tetapi aku meminta dengan sangat agar mereka keluar. Keajaiban takkan terjadi di tengah orang yang tidak percaya. Setelah semua orang keluar aku berteriak keras, "Dalam Nama Yesus Kristus dari Nazareth, Anak Allah yang hidup, aku perintahkan engkau roh najis dan kotor untuk keluar meninggalkan orang ini!" Aku kemudian mendengar Mustafa berkomat-kamit mengatakan sesuatu dalam bahasa Perancis. Aku menanyakan pada penerjemahku apa artinya. "Ia berkata 'hentikan'," jawabnya Aku berteriak lagi, "Aku takkan berhenti sampai kamu semua keluar dan meninggalkan dia sendirian." Tiba-tiba Mustafa mulai berkuap. Ia berdiri, sadar kembali dan merasa kepanasan. Aku membawa dia ke toilet laki-laki dan menyiram air atas tubuhnya. Ia mengatakan ia merasa sangat ringan dan rileks. Karena ia masih lemah, kami memberinya makan dan minum. Kemudian kami mengirimnya ke rumah. Mustafa sangat bahagia. Ia mengatakan seakan-akan ia telah dibasuh dengan parfum. Kemuliaan hanya bagi Tuhan! Betapa besar kesaksian penyelamatan dalam Nama Yesus. Aku sering bersaksi bagaimana setan-setan tunduk dalam Nama Yesus dan patuh. Betapa ajaibnya orang dapat menerima kebebasan dan keselamatan dalam Nama-Nya. Nama Yesus artinya "Yang menyelamatkan". Alkitab mengatakan, Dan keselamatan tidak ada di dalam siapapun juga selain di dalam Dia, sebab di bawah kolong langit ini tidak ada nama lain yang diberikan kepada manusia yang olehnya kita dapat diselamatkan.18 Aku tidak tahu nama lain yang dapat mengusir Iblis kecuali Nama Yesus. Di bawah kolong langit hanya ada satu nama yang olehnya manusia dapat diselamatkan, Nama yang kudus dari YESUS ! Seorang Muslim Iran yang telah beralih suatu kali mengatakan padaku bagaimana ia menerima Yesus ketika dalam penjara di Irak. Ia dalam perang melawan Irak. Ia tertangkap, dipenjara, dan disiksa oleh tentara Irak. Di penjara ia dapat memperoleh beberapa pil dan memutuskan untuk mengakhiri penderitaannya dengan bunuh diri. Hanya sebentar sebelum ia melakukannya, ia mendengar suara dari surga: "Panggil Nama Yesus," berulang-ulang. Ia mematuhi dan berbisik menyebut Nama Yesus. "Segera setelah itu, bebanku terangkat dari hatiku dan aku menerima keinginan untuk hidup lagi," jelasnya. Segera setelah itu ia dinyatakan bebas dari penjara dan datang ke Swedia. Di sana, dalam kamp pengungsi, ia mendengar berita Injil dan mendapatkan hidupnya melalui Yesus. Alkitab mengatakan, Sebab, barangsiapa yang berseru kepada Nama Tuhan, akan diselamatkan.19 Kamu pun dapat dibebaskan dan menerima karya keselamatan Tuhan jika kau percaya dan memanggil Nama Yesus. Maukah kau memanggil-Nya sekarang?
Bab 11
Darah Yesus INI KALI KEDUA aku menelepon ke rumah, "Apakah kau baik-baik saja?" tanyaku pada istriku. "Belum," jawabnya. Hari itu Jum'at malam dan kami ada "bukit doa" di gereja. Jum'at malam kami persembahkan untuk berdoa di gereja. Itulah sebabnya disebut "bukit doa". Aku pergi ke gereja seperti biasanya ketika aku sedang berada di rumah dan tidak melakukan perjalanan. Istriku dan aku mengharapkan kelahiran anak kami yang pertama. Itu bisa terjadi setiap menit. Pada awal malam hari tersebut Marilyn merasakan kontraksi, tetapi tidak begitu teratur. Aku putuskan pergi ke bukit doa dan menelepon ke rumah setiap sepuluh menit untuk mengetahui perkembangannya. Ini waktu yang menakjubkan bagiku. Tuhan telah memberkatiku dengan memberikan istri yang baik. Di sini kami sedang menantikan anak kami yang pertama. Setelah sepuluh menit aku keluar dan menelepon lagi. Kali ini ia mengatakan terjadi sesuatu. Kontraksinya terjadi pada interval yang makin dekat. Aku terburu-buru masuk ke gereja dan mengatakan pada pendetaku bahwa aku akan pergi ke rumah sakit. Aku mengemudikan mobilku cepat-cepat ke rumah dan membawa istriku ke rumah sakit. Perawat memeriksa istriku dan menjamin bahwa masih cukup lama untuk menunggu. Ia memberi Marilyn beberapa pil untuk menolongnya tidur dan meminta kami pulang. Sekitar pukul satu dini hari konstraksinya masih membuat ia terbangun, maka kami menelepon rumah sakit dan mereka mempersilahkan untuk datang. Lagi perawat mengatakan masih lama tetapi karena kami telah datang sebelumnya, mereka membiarkan kami menginap semalam. Marilyn merasa sakitnya datang dan pergi dan ia membutuhkan aku di sana untuk menolong ia bernafas. Sebagai kebiasaan di Swedia, ayah akan hadir selama proses kelahiran anaknya. Kami bersama diajari cara bernafas dan relaksasi selama proses persalinan. Aku kelelahan karena sekarang telah pukul empat pagi dan belum ada sesuatu yang terjadi. Aku membaringkan diri di tempat tidur yang lain dan mencoba tidur beberapa jam. Marilyn kelihatan sangat lelah ketika aku terbangun. Aku tidak dapat berbuat banyak kecuali memberi semangat dan berdoa. Jam satu siang kami tahu bahwa tahap akhir tengah datang. Kontraksinya makin kerap datang dan kami bergumul bersama untuk bernafas dengan benar. Meskipun aku bukan yang merasakan sakitnya, aku masih dapat merasakannya. Kami bergumul tiga jam dan akhirnya bidan mengatakan sudah waktunya. Aku merasa ada sesuatu yang tidak sejahtera dalam rohku. Aku tidak tahu apa itu. Aku tidak tahu bahwa ini karena kelelahanku ataukah rohku sensitif dengan sesuatu yang salah. Secara jujur aku tidak percaya bidan itu. Ia kelihatan gugup. Marilyn tidak menggunakan pati-rasa sehingga ia berteriak kesakitan. Aku berdiri di sampingnya dan memegangi tangannya serta mencoba bekerja bersamanya. Tiba-tiba ada sesuatu! Aku melihat kepala bayinya telah keluar! Aku berteriak kegirangan dan memuji Tuhan. Betapa cinta meliputiku untuk bayi itu. Aku tidak tahu apakah harus berkata atau menjerit atau berteriak, tertawa atau menagis. Marilyn menjerit terakhir kali dengan berat dan bayi itu lahir. Bidan itu masih gugup demikian juga denganku. Kepala bayi sedikit terantuk pada meja sebelum aku memotong pusarnya. Aku masih senang bahwa ia tidak menjatuhkannya. Bayi itu perempuan. Sangat cantik dan membuatku bangga. Bidan itu meletakkannya di atas dada Marilyn. Beberapa saat kemudian wanita yang lain datang untuk membersihkan dia. Ia mengambil bayi itu dan aku pergi dengan mereka ke ruang yang lain. Ia mulai membersihkan bayi itu dan memeriksanya. Ia menghitung jari tangan dan kakinya. Ia memeriksa mulut bayi itu dan melihat padaku. Ada sesuatu yang salah. Ia melihat padaku dengan sedih dan mengatakan bayi itu tidak mempunyai langit-langit atas dalam mulutnya dan dagunya sangat pendek. Ia mencoba untuk menghiburku dengan kata-kata kasihan. Kukatakan padanya untuk tidak kuatir tentang hal itu. Aku tidak mau terkonsentrasi pada ketidakpercayaannya. Alkitab mengatakan bahwa orang benar akan hidup oleh iman dan tidak oleh apa yang ia lihat atau rasakan. Tentu saja aku merasa sedih tetapi dalam lubuk hatiku aku percaya pada Tuhan dan mencoba untuk mengatasi emosi dari rasa kasihan pada diri sendiri. Karena sejauh yang aku tahu, mengasihani diri sendiri adalah dosa karena itu berarti tidak percaya, dan aku membenci ketidakpercayaan. Kukatakan pada perawat itu bahwa segala sesuatu akan berjalan baik. Ia menggendongkan bayi itu padaku dan aku berjalan kembali ke ruangan kami, pada Marilyn. Kutidurkan bayi itu di sampingnya dalam tempat tidur bayi dan duduk di sebelah tempat tidur Marilyn. Kukatakan padanya apa yang perawat itu katakan dan kucoba menghiburnya. Bidan dan perawat itu membiarkan kami berbicara sendirian serta makan roti. Tiba-tiba aku merasa harus memeriksa bayi itu. Aku melihat padanya dan berlari ke loket perawat. Ada sesuatu yang salah pada bayi itu. Mukanya berubah biru dan busa keluar dari hidung dan mulutnya. Ia kelihatan tidak bernyawa. Bidan itu lari ke dalam ruangan dan melihat bayi kami. Ia menggoyangkan bayi itu dengan kepalanya ke bawah. Bidan itu kelihatan sangat ketakutan dan lari ke koridor serta berteriak minta tolong. Semua perawat datang, ia memberitahukan bahwa bayi itu tidak bisa bernafas. Dalam waktu yang singkat tersebut aku merasa seluruh neraka datang melawan aku. Lidah bayi itu jatuh ke belakang ke dalam tenggorokannya dan menghalanginya bernafas. Aku pikirkan masa-masa hamil yang sembilan bulan. Aku mengingat kembali bagaimana aku menumpangkan tangan di atas perut Marilyn dan berdoa untuk bayi itu setiap malam. Aku pikirkan semua beban yang dialami istriku selama sembilan bulan yang lalu. Aku merasa sangat berat dalam hatiku. Bidan mencoba menarik lidah bayi ke depan dan memberinya oksigen. Saat itu aku berdiri di sudut ruangan, mengangkat tanganku pada Tuhan serta berdoa dalam bahasa Roh. Aku tidak mendengarkan yang jahat. Aku berbalik pada Tuhan dan percaya pada-Nya untuk keajaiban-Nya. Sedang aku berdoa dalam Roh, Roh Tuhan berkata padaku tentang darah Yesus. Yesus mengatakan bahwa jika Roh Kudus datang, Ia akan menolong dan menghibur kita serta memberitahukan seluruh kebenaran. Itulah tepatnya apa yang sedang Ia kerjakan. Mataku terangkat dari ruangan itu dan terfokus pada Salib Kristus. Ia telah menang untukku pada Salib itu. Roh Kudus mengingatkan aku akan darah Paskah di Perjanjian Lama. Pada malam sebelum bangsa Israel dilepaskan dari perbudakan Firaun, Tuhan memerintahkan mereka untuk mempersembahkan seekor domba dan mengambil darahnya, mengoleskan di samping dan di atas kusen pintu rumah mereka. Malam itu semua yang sulung di tanah itu akan mati kecuali yang pintu rumahnya diolesi darah anak domba.20 Darah telah menjaga mereka tetap selamat. Kematian tidak dapat lewat. Domba Paskah hanya bayangan dari persembahan sempurna yang akan datang yaitu Yesus, Domba Allah yang sempurna. Aku berkata pada si jahat, "Aku tidak hanya mempunyai darah Anak Domba Allah dalam rumahku, melainkan memilikinya terpercik atasku dan keluargaku." Seiring dengan ucapan syukurku pada Allah atas darah Yesus, imanku timbul dalam hati. Kutengking roh kematian keluar dari anakku dan aku memuji Tuhan. Kesulitan meninggalkanku dan damai sejahtera Allah menetap dalam hatiku. Aku melihat bidan itu mendatangiku dengan tersenyum. "Ia akan sembuh kembali," katanya. "Aku tahu!" cetukku. Dan memang benar demikian. Beberapa hari kemudian bidan yang sama datang mengunjungi kami dan membawakan bayi kami boneka. Ia telah tersentuh oleh cinta Yesus. Terima kasih Tuhan untuk darah Yesus. Darah-Nya tidak mengingatkan kami atas balas dendam atau kenangan untuk para martir. Tidak, itu adalah darah yang diberikan untuk hidup. Itu darah kehidupan. Darah Yesus mengucur dari tubuh-Nya yang terluka di atas kayu Salib dua ribu tahun yang lalu. Kemudian darah pengorbanan-Nya dibawa ke surga sebagai pengorbanan yang sempurna untuk semua dosa-dosa kita. Jika engkau percaya kepada darah Yesus yang tidak berdosa itu, engkau akan menerima hidup yang kekal. Yesus mengatakan, Barangsiapa . . . minum darahKu, ia mempunyai hidup yang kekal dan Aku akan membangkitkan dia pada akhir zaman.21 Dalam dunia kedokteran tranfusi darah dilakukan dari orang yang sehat kepada orang yang sekarat. Orang itu akan memperoleh kekuatan dan kehidupan yang baru. Yesus adalah satu-satunya manusia yang tanpa dosa pada sepanjang jaman. Ia satu-satunya orang yang sehat sesungguhnya. Kita manusia dari keempat penjuru bumi bersalah oleh banyak dosa. Kita adalah orang yang sakit. Kita semua memerlukan darah Yesus jika ingin hidup. Seperti darah kita membuat daging kita hidup, demikianlah darah Yesus untuk jiwa kita. Jika engkau meminumnya, engkau akan memiliki kehidupan kekal seperti yang Dia janjikan. Bagaimanakah seseorang dapat meminum darah-Nya yang tercurah dua ribu tahun yang lalu? Melalui iman! Untuk meminumnya adalah dengan percaya bahwa itulah satu-satunya jalan untuk penebusan dan pengampunan dari dosa-dosamu. Yesus mengatakan, Barangsiapa . . . minum darahKu, ia tinggal di dalam Aku dan Aku di dalam dia.22 Maukah engkau meminumnya sekarang?
Bab 12
Sebuah Pesan Sederhana Reza sedang berkhotbah HARI INI MANUSIA di seluruh dunia mencoba menutupi dosa mereka dengan melakukan kebajikan, melaksanakan ibadah agama mereka. Mereka mencoba menutupi perasaan bersalah dan kesadaran akan dosa dengan melakukan apa yang mereka percayai sebagai pekerjaan baik. Mereka sembahyang, berpuasa, bersedekah kepada orang miskin, dan sebagainya. Namun jauh di dalam hati mereka tahu bahwa mereka masih berdosa. Manusia dilahirkan dalam dosa dan salah.23 Tidak ada obat buatan manusia yang dapat menyembuhkan rasa bersalah. Ketika Pilatus, Gubernur Romawi di Yudea, menyatakan Yesus harus disalibkan, ia meminta air dan mencuci tangan dari dosa yang baru dilakukannya.24 Dosa tidak dapat dibasuh dengan air. Aku telah mencoba membasuh dan menutupi dosaku selama bertahun-tahun dengan air yang disebut agama. Tetapi hanya ada satu cara yang dapat menghapuskan dosa manusia; DENGAN PERCAYA DALAM DARAH YESUS, ANAK ALLAH YANG HIDUP. 25 Yesus tidak datang untuk menolong kita menutup-nutupi dosa kita. Ia datang untuk menghapus bersih dosa. . . . Tetapi sekarang Ia hanya satu kali saja menyatakan diriNya, pada zaman akhir untuk menghapuskan dosa oleh korbanNya. 26 Yesus mempersembahkan diri-Nya sebagai korban untuk menebus dosa dunia, domba yang sempurna, pendamai bagi dosa-dosa kita. Agama tidak dapat melakukan pengorbanan seperti itu. Itu hanyalah suatu simbol atau suatu jiplakan tetapi pengorbanan yang benar dan nyata hanyalah melalui domba Allah, Yesus Sang Kristus. Untuk menerima Yesus sebagai korban satu-satunya untuk penebusan dosa kita ialah menerima kesaksian-kesaksian Allah. Menolak Yesus merupakan penolakan terhadap jalan satu-satunya yang disediakan Allah bagi manusia untuk pembasuhan dan pengampunan dosa. Alasanku menulis buku ini ialah untuk menyaksikan pengorbanan akbar Tuhan kita. Keinginanku ialah untuk meyakinkan kamu tentang kebenaran ini. Hanya ada satu Allah dan satu kebenaran. Yesus berkata: Kamu akan mengetahui kebenaran, dan kebenaran itu akan memerdekakan kamu.27 Mungkin Anda bertanya, "Apakah kebenaran itu?" Hanya ada satu jawaban untuk hal ini. Kebenaran adalah Yesus dan Yesus adalah kebenaran! Segala sesuatu di luar Yesus hanyalah bayangan belaka. Yesus satu-satunya yang pernah mengumumkan: Akulah jalan dan kebenaran dan hidup.28 Kebenaran inilah yang memerdekakanku. Yesus menebus dan membebaskan manusia dari dosa dengan darah-Nya.29 Dalam Dia ada hidup dan hidup itu adalah terang manusia.30 Hidup sejati hanya dapat diperoleh melalui Dia. Segala sesuatu di luar Yesus hanyalah kegelapan total. Yesus berkata: Akulah terang dunia; barangsiapa mengikut Aku, ia tidak akan berjalan dalam kegelapan, melainkan ia akan mempunyai terang hidup.31 Yesus datang untuk memberi manusia kehidupan: Aku datang, supaya mereka mempunyai hidup, . . .32 Dia katakan. Segala sesuatu di luar Yesus hanyalah keberadaan tanpa kehidupan. Terdapat perbedaan besar antara kehidupan dan keberadaan. Seorang yang terbaring dan sedang sekarat karena penyakit yang tidak tersembuhkan memiliki keberadaan tetapi tidak memiliki kehidupan. Seorang yang berada dalam perahu yang sedang tenggelam mempunyai keberadaan tetapi tidak memiliki kehidupan. Alkitab mengatakan: Barangsiapa memiliki Anak, ia memiliki hidup; barangsiapa tidak memiliki Anak, ia tidak memiliki hidup.33 Percaya kepada Yesus adalah untuk memiliki hidup yang benar, HIDUP SEJATI ! Agama dan perbuatan agamawi tidak dapat menyelamatkan seseorang. Kamu boleh mengatakan, "Tetapi saya percaya kepada Allah." Hal itu tidak cukup sobat! Alkitab mengatakan: Engkau percaya, bahwa hanya ada satu Allah saja? Itu baik! Tetapi setan-setanpun juga percaya akan hal itu dan mereka gemetar.34 Satu-satunya jalan datang kepada Allah hanya melalui Salib Yesus. Darah Yesus merupakan jalan pengampunan dosa. Nama Yesus merupakan jalan keselamatan. Dan keselamatan tidak ada di dalam siapapun juga selain di dalam Dia, sebab di bawah kolong langit ini tidak ada nama lain yang diberikan kepada manusia yang olehnya kita dapat diselamatkan.35 Hanya Yesus Juruselamat manusia. Allah telah memberikan Yesus untuk menyelamatkan dunia bukan untuk menghukumnya. Agama manusia menghukum manusia. Penghukuman merupakan salah satu masalah terbesar yang manusia hadapi dalam hidup. Pada suatu hari orang-orang yang beragama membawa seorang perempuan kepada Yesus. Wanita ini tertangkap tangan melakukan perzinahan. Mereka ingin supaya wanita ini dilempar dengan batu. Mereka menanyakan pendapat Yesus. Barangsiapa di antara kamu tidak berdosa, hendaklah ia yang pertama melemparkan batu kepada perempuan itu, jawab Yesus kepada mereka. Kemudian mereka semua meninggalkan tempat itu, satu demi satu, tinggal Yesus dan wanita tersebut. Yesus bertanya kepadanya: Hai perempuan, di manakah mereka? Tidak adakah seorang yang menghukum engkau? Jawab perempuan itu: Tidak ada, Tuhan. Lalu kata Yesus: Akupun tidak menghukum engkau. Pergilah, dan jangan berbuat dosa lagi mulai dari sekarang.36 Sesungguhnya, hanya Yesus satu-satunya yang dapat melempari perempuan itu dengan batu karena Ia tidak pernah berdosa. Tetapi Ia tidak menghukumnya. Yesus mengampuninya. Sebab Allah mengutus AnakNya ke dalam dunia bukan untuk menghakimi dunia, melainkan untuk menyelamatkannya oleh Dia.37 Hanya ada satu Jalan, satu Kebenaran, satu Juruselamat, dan satu Allah. Segala yang lain hanyalah buatan manusia dan tidak baik. Alkitab mengatakan, Yesus Kristus tetap sama, baik kemarin maupun hari ini dan sampai selama-lamanya.38 Ia adalah Tuhan yang tidak berubah. Yesus masih melakukan hal yang sama dengan yang Ia lakukan dua ribu tahun yang lalu. Aku telah melihat Ia menyatakan diri-Nya di setiap negara dimana aku memberitakan Injil kerajaan Allah. Aku telah menyaksikan bagaimana Yesus membuka telinga yang tuli. Aku telah melihat bagaimana yang timpang dan lumpuh berlari dan melompat, yang buta melihat, dan yang bisu berbicara.39 Beberapa orang telah melihat Yesus dengan mata fisiknya selama kampanye kami. Yang lain merasakan sentuhan-Nya dan disembuhkan dan dibebaskan. Yesus hidup dan masih bekerja menyelamatkan dan menyembuhkan manusia. Ia satu-satunya yang dapat menyelamatkan. Keselamatan juga meliputi penyembuhan sakit penyakit. Alkitab mengatakan: Pujilah TUHAN , hai jiwaku, dan janganlah lupakan segala kebaikanNya! Dia yang mengampuni segala kesalahanmu, yang menyembuhkan segala penyakitmu.40 Yesus berwenang mengampuni dosa dan berkuasa menyembuhkan setiap penyakit. Dialah yang mempunyai kemenangan atas Iblis, dosa, dan kematian. Tiada manusia lain yang dapat mengalahkan Iblis kecuali Yesus. Pada Yesus telah diberikan semua kuasa di Surga dan di bumi.41 Tidak ada yang mustahil bagi-Nya. Dialah satu-satunya Penebus manusia. Apa pun yang engkau perlukan, Allah akan mencukupkannya melalui karya keselamatan-Nya. Apa pun masalah yang engkau hadapi, Allah akan menunjukkan jalan keluarnya. Jika ada dosa atau sesuatu yang jahat di dalam hidupmu, Allah akan mengampunimu dan mengangkatnya. Jika engkau mempunyai sakit penyakit atau cacat pada tubuhmu, Allah akan menyembuhkan engkau sekarang. Tanpa pengecualian, Ia akan menemui setiap orang yang datang pada-Nya dengan iman. Melalui iman pada-Nya dan Firman-Nya seseorang dapat melihat Dia dan kemuliaan-Nya.42 Yesus sedang berdiri di depan pintu. Barangsiapa yang mendengar suara-Nya dan membukakan pintu, Ia akan masuk.43 Untuk diselamatkan bukalah pintu hatimu untuk Yesus dan mempercayai pengorbanan-Nya di kayu Salib dan mempercayai kebangkitan-Nya.44 Dengan iman engkau dapat mengundang Yesus masuk ke dalam hatimu. Dengan iman dalam darah-Nya engkau akan menerima pengampunan dosamu. Dengan iman pada Firman-Nya engkau dapat dilahirkan kembali dan menerima hidup yang dari Allah. Dengan iman dalam kuasa Nama Yesus, engkau akan terbebas dari kuasa dosa, sakit penyakit, dan Iblis.45 Melalui iman dalam Yesus, Anak Allah, engkau dapat menyenangkan hati Tuhan. Tanpa iman tidak mungkin orang berkenan kepada Allah.46 Doa Untuk Menerima Yesus Sebagai Juruselamat :- YESUS, AKU datang kepada-Mu dalam Nama-Mu. Tuhan Yesus, terimalah aku seperti janji-Mu dalam Firman-Mu (Yoh.6:37). Ampuni dosaku. Aku bertobat dari semua itu. Aku sekarang menyambut-Mu untuk masuk ke dalam hidupku. Datanglah dalam hatiku sekarang, aku membukanya untuk-Mu. Aku tahu Engkau mati bagiku dan aku percaya bahwa Allah telah membangkitkan Engkau dari kematian dan Engkau hidup sekarang. Aku mengakui Engkau sebagai Tuhanku dan Juruselamatku mulai saat ini. Terima kasih Tuhan Yesus!